D I F F E R E N T : #15

4.2K 258 7
                                    

Hari pertama musim semi, bunga sakura tengah kembali bermekaran, daun-daun nampak berembun, udara yang tadinya dingin perlahan menghangat, juga sang surya yang sudah lama bersembunyi kini bisa menampakan lagi dirinya. Orang-orang nampak sedikit ramai guna menjalankan lagi aktivitasnya yang sempat terhambat.

Uzumaki Naruto, pria bersurai blonde dengan tiga garis bak kumis rubah dikedua sisi pipinya terlihat sangat serius. Manik shappire-nya menatap orang-orang yang tengah berkumpul diruang kerjanya dengan lekat, telinganya begitu jeli mendengarkan saran-saran yang mereka katakan padanya.

"Apa kau yakin dengan keputusanmu?" tanya seorang wanita bersurai merah dengan kacamata yang menempel pada netranya. Dia Uzumaki Karin, kakak sepupu Naruto.

Karin seperti seorang ibu sekaligus ayah setelah kedua orang tua Naruto meninggal dunia. Hanya saja setelah Karin menikah dengan pria yang berasal dari Kota Ame membuat hubungan mereka sedikit berjarak.

Tidak hanya Karin dan suaminya Suigetsu yang tengah berada disana, keluarga Uchiha yang merupakan sahabat terdekat Naruto juga ada. Mereka Sasuke, Sakura dan Sarada yang masih kecil. Juga satu lagi yaitu Hyuuga Neji yang tak lain adalah kakak dari mendiang Hinata.

Naruto sengaja mengundang mereka semua untuk memperbincangkan perihal Hinata versi dua.

"Aku sangat yakin dengan keputusanku, Kak" jawab Naruto dengan penuh percaya diri.

Mereka sejenak berfikir dengan keyakinan yang Naruto katakan. Entahlah apa yang mereka deskripsikan dalam benak mereka, tapi yang jelas keputusannya hanya ada pada gadis yang akan Naruto nikahi.

Ya, Naruto sudah merencanakan pernikahannya tanpa sepengetahuan Hinata. Dia tak ingin lagi melakukan kesalahan seperti tempo lalu, melamar gadis itu tanpa persiapan yang matang.

"Aku tak yakin kau menikahi Hinatamu itu atas dasar cinta. Aku tau, dalam hatimu kau masih mencintai adikku yang sudah tiada," Neji mulai angkat bicara. Meskipun Neji tak pernah tau semirip apa Hinata yang tinggal bersama Naruto, tapi dia yakin hati Naruto takkan semudah itu melupakan adiknya walau itu seumur hidup.

"Aku pernah bertemu dengan Hinata, wajah mereka begitu mirip. Hanya saja Hinata yang sekarang memiliki sifat dan penampilan bertolak belakang dengan adikmu. Mereka seperti yin-yang" tutur Sakura.

Naruto yang sejak tadi terdiam mulai bergerak dari posisi duduknya, dia beranjak dan melangkah perlahan ke arah jendela luas disana. Mata berwarna biru laut itu menatap keluar, menikmati suasana kota Konoha dengan gedung-gedung yang lebih rendah dari miliknya. Sesaat nafasnya terengah pelan, mencoba menetralkan perasaannya.

"Sejujurnya, saat awal pertemuanku dengannya aku sudah merasa jika Hinataku telah kembali. Ya, ku akui semua perhatianku pada gadis itu memang karena wajahnya yang mirip," jelas Naruto tanpa berbalik ke arah mereka yang masih duduk.

Tak ada satupun dari mereka yang mengeluarkan suara, mereka semua terdiam. Hanya Neji yang menyeringai puas karena tebakannya tadi tepat sasaran.

"... tapi asal kalian tau, setelah aku tau semua tentang dirinya entah itu baik ataupun buruk, aku mulai bisa mencoba membuka hatiku untuk gadis itu. Dia adalah gadis yang bisa membuka pintu yang begitu lama tertutup rapat. Mungkin iya begitulah awalnya, tapi aku bersumpah jika hatiku tulus mencintainya!" tambahnya.

Naruto kembali berjalan untuk duduk lagi ditempatnya, "Takdir juga bisa diubah apalagi perasaanku yang hanya sesosok pria setengah paruh baya," ucapnya lagi.

"Takdir itu tak bisa diubah, Naruto. Apapun yang ditetapkan Tuhan takkan pernah bisa kita ubah!" tegas Neji.

"Bisa, jika kau mau berusaha" kali ini Sasuke bersuara. Semua orang berpandang ke arah Ayah satu anak itu begitu juga dengan istrinya. Sejak tadi pria es itu hanya diam mendengarkan perbincangan yang terjadi antara mereka.

"Takdir tetaplah takdir, Tuan Uchiha," Neji kembali membela diri dengan keyakinannya.

Naruto berdecak, "Kak Neji dengarkan aku. Aku adalah orang yang tak pernah menyerah dan menarik kembali kata-kataku. Apa yang aku katakan tadi adalah sebuah janji yang akan ku penuhi, karena aku sangat yakin jika aku tulus mencintai Hinata. Ini tak ada hubungannya dengan takdir!"

"Benar kata Naruto," tambah Karin membela.

"Jika saja adikku tak mati dan kau bertemu dengan Hinata-mu yang sekarang, Hinata mana yang kau pilih?" Neji mulai sedikit emosi karena pembelaan berpihak pada Naruto.

Naruto sedikitpun tak bergeming, lidahnya terasa kaku untuk berucap demi menjawab pertanyaan dari Neji. Dalam diamnya dia berfikir, jika saja dua Hinata yang mirip itu ada harus manakah yang dia pilih?

"Hentikan Hyuuga! Kau malah memperkeruh keadaan!" bentak Sasuke.

"Kita disini untuk membahas persoalan resepsi pernikahan Naruto, kenapa malah bertengkar?" Suigetsu mulai angkat bicara.

"Lagi pula Hinata sudah bertahun-tahun meninggal, kenapa seakan-akan kau melarang Naruto untuk menikah, eh?" tambahnya lagi.

Neji mendengus frustasi menahan amarahnya yang hampir bergejolak, "Jika memang aku tak suka kalau Naruto menikah dengan selain adikku kalian mau apa? Selama ini Naruto hanya mencintai adikku, lalu dengan mudahnya pemuda ini melupakannya? Khe, adikku pasti takkan pernah memaafkan pengkhianatan yang telah dilakukan oleh kekasihnya!"

Brak!

Semua orang memandang ke arah Karin yang tiba-tiba menggebrak meja dengan keras. Entah apa yang dipikirkan oleh Neji, yang jelas keadaan semakin ricuh karena pemuda tua itu!

"Cukup Neji! Kau benar-benar tidak waras! Adikmu Hyuuga Hinata itu sudah MATI! Dia justru akan sedih melihat Naruto terus menyendiri sampai masa tuanya!" bentak Karin.

"CUKUP! Disini aku yang akan menikah! Tidakkah kalian malu menghancurkan reputasiku sebagai direktur disini? Aku mohon jangan buat keributan." Tukas Naruto.

"DIAM KAU NARUTO!" teriak semuanya. Naruto sweatdrop seketika mendengarnya.

"Heh, Hyuuga. Kenapa tidak kau nikahi saja Naruto sekarang juga?" Sasuke berucap ketus dengan seringaian tipis yang hampir tak terlihat.

"APA?!" Naruto langsung pingsan ditempat sementara Neji sweatdrop ria. Tak ada yang peduli dengan keadaan Naruto, mereka malah asyik melanjutkan perdebatan.

"Kalian semua sudah gila!" Neji kembali memekik.

"Lagi pula aku setuju jika Neji menikahi Naruto," Karin menyeringai.

"Jika istriku merestuimu, maka aku tak ada alasan untuk menolak," timpal Suigetsu.

"Menjijikan," gerutu Neji.

"Dengar Kak Neji, jangan membuat rumit masalah. Jika kau ingin melihat Hinata, besok aku akan membawakannya padamu. Bagaimanapun adikmu itu sudah lama meninggal. Kasihan Naruto umurnya sudah semakin tua, bahkan dengan Hinata juga bebeda 10 tahun," jelas Sakura meyakinkan.

Neji terdiam sambil berfikir. Dia memang sangat menyayangi adiknya walaupun pada saat adiknya sakit dia tak memiliki waktu untuk mengurusinya. Rasa bersalahnya yang mendalam membuat dia tak bisa menerima kepergian Hinata, dia hampir tak waras. Bahkan efek itu berdampak pada Naruto yang sempat menjadi kekasih Hinata.

"Baiklah, aku akan menagih janjimu besok" putusnya.

To be continue...

Leave a vomment

[ 2 ] DIFFERENT [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang