D I F F E R E N T : #7

4.4K 326 8
                                    

Dear Naruto-kun,

Entah perasaan apa, aku mengangkat tanganku yang begitu kurus dan rapuh ini memberanikan untuk menggores kertas yang polos, memberi beberapa kata yang mungkin takkan bisa ku lakukan lagi setelah kau melihat isinya.

Entah firasat apa, aku begitu antusias menggoyangkan ballpoint ini.. membiarkan dia menari seirama dengan hati dan perasaanku.

Naruto-kun, aku akan bercerita sebuah kenyataan yang pernah ku alami dalam hidupku. Mungkin aku hanya gadis pengecut, tak berani mengungkapkan langsung apa yang ku tulis ini.

Naruto-kun, beberapa tahun yang lalu saat kita duduk dibangku sekolah menengah, sesungguhnya aku sudah sangat sering memperhatikanmu, ku masih ingat jelas ketika kau selalu bermain basket dengan lincahnya, mataku tak bisa memutuskan untuk terus memperhatikanmu. Ketika kau terpuruk dengan berjuta kesedihan, aku selalu dibelakangmu. Dan.. ketika kau bahagia dengan senyumanmu yang cerah, aku selalu lega dan berharap semoga kau terus begitu.

Ya, mungkin kau tau, setiap kali kita berpapasan saat di sekolah, aku selalu gugup dan bergetar.. aku selalu merona hebat dan rasanya ingin pingsan. Dan saat itu pula, kau selalu bertanya padaku, "Hey, apa kau baik-baik saja?" .. setelah itu aku berlari untuk menyembunyikan kegugupanku, bukan menghindarimu.

Disaat waktu itu, aku pernah begitu yakin jika suatu saat aku bisa bersamamu. Tapi keyakinan itu pudar saat aku jatuh sakit. Ku pikir, penyakitku akan sembuh cepat tapi nyatanya semakin lama itu semakin saja perlahan mengambil kehidupanku.

Hingga akhirnya kau datang.. menjelaskan perasaanmu, aku tertegun dan serasa jantungku yang sekian lama mati berdetak kembali. Aku berusaha bangkit untuk bertahan hidup, hidup untukmu.. lelaki yang sangat ku cintai.

Tapi pada akhirnya aku sadar, ternyata Tuhan lebih menyayangiku darimu. Sebuah jawaban dari apa yang ku inginkan, hidup berdampingan bersama sosok lelaki yang mencintaiku..
Sebuah jawaban dari apa yang ku inginkan, mencintai sosok lelaki sampai kulit berkeriput dan rambut beruban..
Sebuah jawaban itu adalah sosok laki-laki itu bisa terus mencintaiku walaupun wujudku tak ada.

Jawabanku atas cintamu mungkin hanya lukisan abstrak yang tak mungkin berdiri dan berbentuk Naruto-kun...
Dan aku hanya meminta satu hal.. berdoalah pada Tuhan agar aku selalu nyaman disisi-Nya.

Sebuah jawaban.. bahwa aku juga mencintaimu.

Hyuuga Hinata,

---

"A-apa maksudnya ini? Kenapa namaku tertulis disurat ini dengan marga yang jelas ini bukan margaku?"

Tubuh Hinata bergetar hebat sampai rasanya tulang-tulang kokoh miliknya melemas, tubuhnya ambruk seketika bersamaan dengan luruhnya air bening itu dari pelupuk maniknya.

Hinata View~

Hyuuga Hinata, siapa dia? Kenapa dalam surat ini ada namaku? Siapa Naruto itu? Dan.. kenapa aku menangis?

Apa laki-laki tua itu namanya Naruto?

Aku terus menerus menangis, entah kenapa rasanya dadaku begitu sesak saat membaca sepucuk surat beratasnamakan Hyuuga Hinata. Aku tak mengerti, kata-katanya sedikit rumit. Lantas, dimana sekarang wanita itu? Apa dia meninggalkan pemuda bernama Naruto itu?

Jika iya, aku adalah orang yang paling jahat karena telah bersikap kasar padanya. Penderitaannya sangat dalam, dan aku bisa merasakan bagaimana terlukanya ketika kehilangan seseorang yang kita cintai.

Aku beranjak dari tempatku, berjalan menuju ranjang untuk mencari ponselku. Ku mainkan touchscreen-nya hingga bergulir dan mengklik sebuah kontak.

Tuuut...tuuuttt....

"Dei, aku butuh bantuanmu!"

***

[ Author Pov ]

Naruto terbangun dari tidur panjangnya, mengerjap-ngerjap dan meregangkan otot-otonya yang terasa kaku. Penciumannya menghirup aroma kopi mocca yang nikmat menggugah selera. Pemuda itu bangkit, terduduk disofa yang sudah menjadi ranjang tidurnya.

Matanya menangkap segelas minuman yang merayu hidungnya tersaji rapi di atas meja bersama beberapa roti isi. Lengan kekarnya bergerak mengambil kopi itu, tanpa sengaja dia menjatuhkan secarik kertas yang terhimpit dibawah gelas.

Naruto mengambil dan membacanya.

Tuan Naruto, aku meninta izin untuk keluar apartement demi sebuah urusan. Maaf tak memberitahumu secara langsung, tapi sebagai permintaan maafku dan rasa terimakasihku aku membuatkanmu roti isi dan segelas kopi. Semoga Tuan suka.. ^_^

Hinata,

Bibir tipisnya melengkung membentuk sebuah senyuman. Rasa hangat menjalar indah dalam dadanya, namun seketika dia tersadar akan satu hal..

"Kenapa Hinata tau namaku?"

- T B C -

Hohoho... pengen loncat-loncat deh aku buat ni chapter.. gereget banget ide-nya gak muncul-muncul..

Semoga suka ya (=´∀`)

Vomment-nya jangan lupa !!

Love,
Lianika

[ 2 ] DIFFERENT [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang