Versi Baru Mahar Terindah: Dia? (III)

9.5K 613 59
                                    

Syelamat malam minggu...

Yang masih melek + malmingnya Cuma di watty, ayo dibaca... :D

Typo? Sorry...

Happy reading, enjoy my story...

Don't be silent reader, please....

======================================================================

Noura menutup laptopnya setelah ia selesai membuat materi pembelajaran untuk kelas IX. Ia mengingat kembali pembicaraannya dengan Andi 3 hari yang lalu. Noura menghela nafasnya, pembicaraan tentang lelaki yang sejak 3 hari yang lalu mulai memenuhi kepalanya kembali terngiang dikepalanya. Lelaki dingin yang mampu membuat Noura kewalahan karena terus menghantui pikirannya.

***

"Mbak dimana rumahnya?" tanya Andi setelah mobil yang dikendarainya meninggalkan parkiran rumah sakit.

"Ke mesjid tadi saja, Pak. Rumah saya dekat mesjid tersebut." jawab Noura yang duduk dikursi penumpang belakang sebelah kiri. Ia menyandarkan punggungnya pada jok mobil.

Lama diselimuti keheningan, baik Andi maupun Noura sama-sama tidak mengeluarkan sepatah katapun, hanya terdengar suara lantunan dari mesjid yang mereka lewati karena sebentar lagi waktu sholat Maghrib tiba. Tidak lama kemudian, terdengar suara adzan berkumandang dari mesjid yang baru saja mereka lewati.

"Mbak mau sholat dulu?" tanya Andi sambil melirik Noura dari kaca.

"Saya lagi halangan, Pak. Tapi kalau Bapak mau sholat dulu saya bisa menunggu."

"Ya sudah, kita berhenti dulu ya, Mbak." Noura mengangguk. Andi memutar mobil menuju mesjid yang sudah mereka lewati untuk sholat Maghrib.

Noura menunggu Andi didalam mobil. Noura memainkan teleponnya dengan perasaan yang tidak menentu. Ada sesuatu yang membuat pikirannya menjadi tidak fokus. Ia menunggu Andi dengan gelisah, Noura beberapa kali menghembuskan nafasnya dengan berat. Setelah menunggu kurang lebih 20 menit, Andi keluar dari mesjid dan berjalan menuju mobil.

"Ma'af ya, Mbak kalau lama." Kata Andi sambil memasang sabuk pengaman.

"Nggak pa-pa, Pak." Jawab Noura denga seluas senyum tipis. Mobil yang dikendarai Andi mulai melaju meninggalkan mesjid menuju Jakarta Utara.

"Mbak kenal ya sama Pak Hans?" Noura mengerutkan dahinya, ia baru pertama kali mendengar nama tersebut namun ia bingung dengan pertanyaan Andi.

"Tidak, Pak. Saya tidak kenal dengan nama yang Bapak sebutkan." Mobil yang mereka tumpangi berhenti dilampu merah.

"Saya kira Mbak kenal dengan Pak Hans. Saya sempat kaget waktu Pak Hans mau menolong Nenek tadi." Ingatan Noura merujuk pada lelaki tampan yang bersikap dingin dan membuatnya merasa canggung.

"Saya tidak kenal, Pak. Tetapi saya memang pernah bertemu dengan Pak Hans di mesjid yang ada di Depok." Andi menganggukkan kepalanya mendengarkan penjelasan Noura.

"Wah, tapi Mbak beruntung, tidak biasa-biasanya Pak Hans perduli seperti itu dengan orang lain." Noura kembali mengernyitkan dahinya. Ia tidak mengerti dengan arah pembicaraan Andi.

"Pak Hans itu dulunya tidak perduli dengan keadaan sekitarnya. Wajahnya selalu murung dan sedih. Tetapi sejak beberapa bulan yang lalu, Pak Hans mulai berubah. Bahkan Pak Hans mulai tertarik dengan agama Islam. Pak Hans sering melihat orang yang sedang sholat. Kata Pak Hans, Pak Hans takjub dan kagum dengan gerakan sholat."

"Subhanallah... Hidayah datangnya tidak terduga ya, Pak."

"Iya, Mbak. Pak Hans juga senang mendengarkan suara lantunan Al-Qur'an. Saya berharap Pak Hans memang mendapatkan hidayah dari Allah dan memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Saya bisa melihat bagaimana ketertarikan Pak Hans tentang Islam. Bahkan kadang-kadang saya suka kewalahan kalau Pak Hans mengajak saya diskusi tentang Islam." Andi tertawa pelan yang membuat Noura mengulas senyuman. Dalam hatinya ia juga mengucapkan harapan yang sama.

Mahar Terindah (Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang