Aku berbohong dan menceritakan bagaimana kejadiannya pada pembantu yang lain. Mereka mendengarkan ku dengan antusias, namun sesekali tertawa karena aku membuat lelucon supaya suasananya sedikit cair. Pembicaraan kami berakhir saat Bu mei memerintahkan para pembantu yang lain untuk lekas mengerjakan pekerjaan mereka.

Aku menatap Bu Mei yang masuk kedalam kamarku. Bu Mei awalnya terlihat sungkan, namun aku juga melihat bahwa dia berusaha untuk tenang. Bu Mei duduk disalah satu kursi yang ada di kamarku. Awalnya dia terdiam namun akhirnya memulai pembicaraannya dengan ku.

"Apa kamu sudah baikkan?" Tanya BU Mei padaku.

"Sudah bu, tinggal ini saja" Aku menjawab sambil menggoyangkan tangan kanan ku pertanda bahwa hanya bagian itu saja yang belum sembuh.

"Maaf..., Ibu minta maaf atas ulah Sarah padamu?" Bu Mei berucap sambil menatapku sedih.

Bu mei juga terlihat sangat terluka. Aku sedih melihatnya seperti itu. seorang ibu yang meminta maaf atas apa yang anaknya lakukan. Hal tersebut membuatku teringat dengan bundaku yang ada di rumah. Lalu aku memegang tangan Bu Mei dengan tangan kiri ku sambil tersenyum.

Aku berusaha menguatkan Bu Mei. Menguatkan seorang ibu yang terluka oleh ulah anaknya. Lagian sakitku tidak seberapa, hanya luka retak saja yang masih belum sembuh. Selebihnya aku sudah fit kembali seperti semula.


_________________________________________________________________________


Hubungan ku dengan Bu Mei sudah membaik, saat kami mengobrol di dalam kamarku bebarapa hari yang lalu. Aku juga mengerti bahwa tak ada yang harus aku permasalahkan dengan Bu Mei.

Namun beberapa kali juga Sarah sedikit kasar padaku saat kami berpapasan. Namun Sarah berani melakukan itu saat tak ada siapapun. Aku pun tidak ambil pusing dengan ulah nya itu. Menurutku Sarah hanya berusaha mencari masalah dengan ku.

Sore ini, saat para pembatu sudah mulai berkemas dan pulang. Berbeda dengan aku yang masih sibuk di dapur untuk sekedar menghangatkan makanan. Karena setelah tanganku dibungkus gips seperti sekarang, membuat pekerjaanku tidak banyak. Dan beberapa pekerjaanku bahkan digantikan oleh yang lain hingga aku sembuh.

"Hmm..emmm..." Aku mendengar seseorang bersuara di belakangku.

Aku lantas membalikan tubuhku untuk menatap orang yang ada dibelakangku. Aku terkejut saat melihat Sarah ada di belakangku. Jujur saja aku sedikit takut padanya saat mengingat kejadian sebelumnya antara aku dan Sarah. Namun kali ini aku berusaha untuk tenang dan berani.

"Jadi bagaimana kabar mu?" Sarah berucap sambil menatapku dengan matanya yang seperti mengejek ku.

"Ba...ik Nyo....nya" Ucapku terbata. Entahlah tapi aku mulai merasa ketakutan saat Sarah tiba-tiba ada disini. Rasa tidak percaya diri itu muncul begitu saja.

"Oh... jadi sudah baikan" Sarah berjalan lebih mendekat padaku. Aku merasakan tatapan matanya tertuju padaku.

Sarah memang selalu melakukan hal jahat padaku saat tak ada pembantu satupun di rumah ini kecuali aku. Sarah memang selalu berperilaku pura-pura baik saat ada orang lain disekitar ku. Namun beda saat hanya ada aku seorang diri, maka dia akan menunjukan sifat aslinya. Terlebih saat dia tahu aku menyukai Tuan Jeremy.

"Apa peringatan ku terakhir kali pada mu masih belum cukup?" Sarah bertanya sambil tersenyum menyeramkan.

"Mmmm... maaf nyonya tapi saya—" Aku benar-benar tak tahu harus berbicara apa.

"Kau ini benar-benar seperti parasit sulit sekali untuk dilepaskan" Ucap Sarah dengan sedikit mendesis

Sarah lalu menarik pakaian ku. Namun kali ini aku tidak mau mengalami hal yang sama, jadi aku menghindar. Aku menggerakan badan ku sehingga saat Sarah berusaha mencengkram pakaian ku, yang terjadi selanjutnya dia malah terhuyung kedepan dan hampir terjatuh.

The Secret Housekeeper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang