Chapter 20

31.5K 2.8K 243
                                    

...*...*...

....

'Di dalam hidup ini tak ada hari yang kosong, karena pada setiap harinya akan selalu ada hal baru yang kita pelajari. Hal baru yang mengajarkan kita untuk bahagia, mengajarkan kita untuk besedih dan mengajarkan kita untuk bersabar dan menerima.'

...

...*...*...


____________________________________________________________________________

"Apa Tuan tidak latihan?" Tanya ku pada Tuan Jordan yang masih setia menemaniku di kamar ini.

"Aku sedang tidak latihan" Jawab Tuan Jordan.

"Bukannya Club Tuan akan melaksanakan pertandingan minggu depan?" Aku beralih memperhatikan Tuan Jordan.

"Ahh.. iya minggu depan ada pertandingan haha..." Ucapnya mulai gugup. Aku memberikan ekspresi aneh atas jawaban Tuan Jordan tadi.

"Baiklah, baiklah aku ijin hari ini" Akhirnya Tuan Jordan jujur padaku.

"Kenapa harus ijin untuk tidak latihan?" Aku bertanya kembali.

"Aku ingin menjemput mu keluar dari rumah sakit" Ucap Tuan Jordan sambil menatapku dalam.

"Seharusnya Tuan tidak usah repot-repot menjemput saya, karena Tuan Jeremy kan sudah pasti menjemput"

"Justru itu, aku ingin menjemput mu langsung"

"Kenapa?" Tanya ku mempertanyakan sikap baik Tuan Jordan padaku belakangan ini.

"Entahlah... hanya saja aku ingin melakukan itu" Tuan Jordan menatapku dengan tulus.

Aku yang memposisikan tubuhku tiduran di kasurku lantas menatap Tuan Jordan, dan tersenyum padanya pertanda aku berterima kasih atas perhatiannya. Tuan Jordan lantas membalas senyum ku sambil sesekali memperhatikan isi kamarku.

"Pergilah Tuan, harusnya anda latihan sekarang" Aku menyuruh Tuan Jordan untuk segera melakukan aktivitas yang memang seharusnya dia lakukan.

"Baiklah aku akan pergi sekarang, tapi ingat jika terjadi sesuatu hubungi aku" Tuan Jordan lantas mengambil hp milikku dan memasukan nomer teleponnya kedalam hp-ku.

Aku hanya menganggukan kepalaku untuk membuat Tuan Jordan segera pergi dari kamarku. Jujur saja aku tidak nyaman dengan perhatian Tuan Jordan padaku. Bagaimana pun aku adalah pembantu di rumah ini, dan masih banyak pembatu lain. Aku juga merasa takut jika mereka merasa aku terlalu di spesialkan oleh Tuan Jeremy dan Tuan Jordan.

Tuan Jordan lantas keluar dari kamarku sambil sesekali menatapku dan bertanya apakah aku yakin ditinggal sendiri. namun aku kembali menganggukkan kepala hingga Tuan Jordan benar-benar pergi dari hadapanku.

Tak butuh lama hingga para pembantu yang lain ribut dan membuat kamarku menjadi berisik. Meraka semua masuk ke kamarku dan bertanya bagaimana bisa aku mengalami kecelakaan kerja seperti ini.

"Anda kenapa bisa sakit sih?"

"Kok bisa sampai tangannya retak gitu?"

"Oh iya kata Bu Mei tangan kamu luka gara-gara tertiban peralatan dapur ya?"

"Kok bisa sih Anda?"

Mereka berbicara tanpa memberiku jeda untuk menjawab. Aku hanya memberikan senyum dan diam. Aku tahu sekarang, bahwa Bu Mei berbicara pada pembantu yang lain mengenai tangan ku luka karena tertiban oleh peralatan dapur.

Aku mengerti mengapa Bu Mei berbicara seperti itu kepada para pembantu yang lain. Bu Mei berusaha untuk menutupi masalah yang terjadi. Dia juga berusaha agar anaknya yaitu Sarah tidak dibenci oleh pembantu di rumah ini. selain itu Bu Mei juga tidak mau menambah kekacawan di rumah ini.

The Secret Housekeeper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang