Sahabat Gila

56 6 0
                                    

Tak terasa waktu begitu cepat, hampir setengah tahun sudah aku tinggal bersama Oma dan Opa. Begitu berbeda, karna tinggal tanpa orangtua.

Kini aku lagi di suatu mall sama Aldi untuk mencari hiburan, ntah juga kenapa mau kemall, bosan juga dirumah.

"Aldi lo tau ngga masalahnya Tia sama Albi?" Tanyaku. Aldi ngeleng.

Saat ini aku lagi duduk di starbucks hanya untuk santai-santai aja.

"Masa sih ngga tau?" Kataku tak yakin.

"Bener, gue ngga tau" katanya cukup serius.

"Tapi ya ni Di, dari kemaren sih Tia sifatnya beda dari class metting. Waktu kejadian gue jatoh , Ulan ada cerita sama gue kalau sih Faruq ada ngomong 'pasangan bodoh'" ceritaku. Sedangkan Aldi hanya ngangkat bahu sambil makan cake yang di pesan.

"Ayolah Di, coba lo tanya ke Albi masa sahabat sendiri ngga tau urusannya" rengekku.

"Iya-iya gue coba telpon dulu. Tapi lo diem yaa" katanya. Aku ngangguk sambil senyum sumrigh.

"Halo?" Aldi mulai masuk percakapan.

"Ah ya Di, ada apa?" Jawab Albi disebrang telpon.

"Lo dimana?"

"Lagi dirumah ni gue. Kenapa? Tumben banget nelpon"

"Ngga ada apa-apa sih hanya bosan aja gitu"

"Ehh lo dimana? Berisik amat keknya"

"Gue lagi dicafe nemenin nyokap arisan, mangkanya gue nelpon lo"kata Aldi dengan santai. Aku langsung aja menginjak kakinya.

"Wahh, nyokap lo udah pulang? Gue kangen ni sama masakan nyokap lo. Ntar yue kesana ya. Hehe" aku hanya bisa ngeleng.

"Ah ya-ya" kata Aldi sedikit ragu.

Hening.

"Di gue mau ngomong penting ni" kata Albi tiba-tiba. Aku langsung kembali senyum sumrigh.

"Apaan? Ngomongin aja kali biasanya lo main celestus aja tanpa izin-izin gitu" kata Aldi berusaha santai.

"Gue putus sama Tia Di, dia bilang kita break dulu sebentar tapi gue ngga sanggup Di. Rasanya beda banget" Kata Albi yang membuatku terkejut. Aku hanya bisa nganga seperti orang bodoh, Aldi langsung membekap mulutku. Aku hanya memasang muka sebal.

"Serius lo? Kapan? Ahh gila lo. Ngapa bisa putus sih?" Kata Aldi sok khawatir. Aku hanya mencibir lewat muka.

"Gue serius Di, tapi maaf ya Di gue ngga ceritain ke lo tentang ini. Gue udah break dari sebelum ulangan. Plis jangan bilang tentang ini ke Faruq, hanya lo yang bisa gue andalkan dari pada sih Keruk itu. Dia sama sekali ngga ada beruntungnya bukan malah orang senang tapi malah buat orang stress" cerita Albi yang membuatku spontan ketawa. Aldi langsung cepat-cepat matikan telponnya.

"Oke sorry gue ngga sengaja" kataku sela-sela ketawa. Aldi hanya memasang sok sebel gitu. Aku langsung aja mengalihkan mukanya.

"Oke biarin aja dia telpon balik, misalkan dia nanya kenapa mati bilang aja habis pulsa" sambungku berusaha santai. Aldi hanya mutar bola mata.

"Ehh di telpon balik tuh" kataku saat keheningan sebentar.

"Oke, saat ini lo harus diem. Oke?" Aku ngangguk sambil cekikan.

"Halo Bi? Maaf pulsa gue tadi mati. Hehe"

"Santai aja, udah biasa kali. Haha"
Aldi hanya mencibir.

"Eh tadi lo mau cerita apa?" Tanya Aldi to the point.

"Tentang Tia Di, dia kemarin sempat nyeritain cowo yang pernah dia kagum dari pertama dia masuk smp" aku hanya bisa tercengang sambil nutupin mulut.

Fath.. Why?(ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang