Sepuluh Besar

Mulai dari awal
                                    

"SEMUANYA BUBAR-BUBAR" teriakan Tiara itu membuat siswa yang lagi disekililingkupun akhirnya bubar.

"Za, bagusan lo cepet-cepet ke UKS deh, banyak bener dah tu darahnya" kata Tiara. Aku hanya ngeleng.

Ulanpun datang dengan wajah yang sedikit terburu, di langsung menghampiriku dan memberikan aku botol air minum.

Aku megoleskan tepi-tepi air yang di tutup botolku dengan perlahan, aku hanya meringis sedikit.

Aku yang masih tetap mengoleskanpun sampe tidak sadar kalau Tia, Albi, Faruq dan Aldi sudah pada didekatku. Akhirnya akupun tersadar saat Tia bersuara.

"Lan, kenapa bisa?" tanyanya. Aku mendongak. Aku hanya menyenggir.

"Biasalah jatuh doang kok" jawabku. Tia hanya memutar bola mata.

"Mangkanya hati-hati dong" kini Aldi bersuara. Dia berjongkok dekat lututku, dia meniup-niup lukaku sedikit.

"Udah dikasi air?" Tanyanya lembut. Aku ngangguk sambil senyum.

"Za, maaf ya mungkin lo bisa suruh teman kelas kita untuk menggantikan lo. Karna banyak kelas yang akan tanding" Aku ngeleng dengan penjelasan Tiara.

"Biasa aja kali Tir, gue bisa kok" kataku sambil tersenyum untuk menyakinkannya.

"Oke, terserah lo aja. Misalkan lo ngga bisa, ganti aja" kata Tiara dan berjalan menggilkan kami. Aku ngangguk.

"Fath, kaki lo masih sakit percaya sama gue. Bagus lo suruh siapa kek gantiin lo" aku ngeleng.

"Lebay lo ah" candaku. Dia hanya mutar bola mata.

"Coba aja lo berdiri, pasti ngga bisa" tantangnya. Akupun berusaha berdiri walaupun kataan Aldi itu benar, aku sempat meringis sedikit saat mau berdiri. Saat aku sudah mau berdiri, tiba-tiba aku oleng kekanan dan refleks aku memeluk leher Aldi yang dihadapanku. Emang harus siapa lagi aku akan berpegang? Hanya Aldi yang tepat saat aku hampir jatuh.

Aku langsung menatap matanya yang menusuk mataku, aku baru tau kalau sedekat ini Aldi begitu tampan dan mata hazelnya yang membuat orang jatuh cinta seketika.

Termasuk aku.

Tanpa sadar aku tersenyum dan Aldi juga sama senyumnya yang membuatku meleleh. Aku langsung tersadar saat disekitar kami ada yang berdehem, aku juga tidak tau siapa yang berdehem.

Aku langsung membenahi posisiku berdiri, walaupun kaki kiriku jadi bebannya. Rasanya pipiku memerah, aku hanya memalingkan muka.

"Udah gue bilangkan?" Tanyanya sedikit songong.

"Udah ah, gue mau ke kelas dulu" kilahku. Aku secepat mungkin berjalan walaupun aku harus berjalan pincang.

"Menyebalkan" gumamku.

"Siapa? Gue? Siapa suruh tadi meluk-meluk" aku yang masih setengah sebal dan setengah senang terkejut begitu saja saat ada Aldi disampingku, dia langsung merangkulku supaya bebanku tidak berat. Aku hanya terpaksa, bukan terpaksa sih sebenarnya, malah seneng. Banget.

"Itukan reflek kali " kataku sambil mutar bola mata.

"Bercanda" katanya sambil mengacak rambutku. Aku hanya gumam dan berjalan sampai ke kelas.

*

Hari yang paling kutunggu saat ini. Opa dan Oma lagi kesekolahan untuk mengambil rapotku, biarpun tante aku kepala sekolah pastilah wali kelasku akan menceritakan sifat-sifat cucunya ini. Dan tak lupa, Opa juga mengambil raport Aldi.

Kini aku sedang baring malas-malasan di sofa bersama Ulan dan Tia. Ceritanya sih mau nonton film horor gitu, tetapi kami yang tidurnya sendiri dan kami kompak bertiga takut begituan-begituan. Apalagi aku yang paling takut. Akhirnya kami putuskan untuk menonton romance. Eittss jangan salah sangka, kami nonton romance yang Indonesia bukan yang barat-barat. Kalau sampe hal begituan, Oma pasti akan memarahi kami yang katanya kami masih dibawah umur.

Fath.. Why?(ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang