>> Part 1[Seoul] <<

718 37 3
                                    

Sona melangkah kan kaki nya dari pintu keluar bandara seraya memainkan handphone nya.

"Ahjumma! Kapan menjemputku kesini?" "Kau naik taksi saja. Ahjumma tidak bisa menjemput mu karena harus menghadiri acara sekolah Samuel." "Ne. Aku akan naik taksi. Sampai nanti Ahjumma!" Ucap Sona mematikan sambungan telepon.

     Kalo kalian bingung tentang siapa Samuel? Dia adalah anak dari Ahjumma  plus sepupu ku. Dia masih kecil, mungkin umur nya masih 6 tahun.

    Gadis itu menyeret koper ungu nya seraya melambai-lambaikan tangannya untuk memanggil taksi.
      Akhirnya ada taksi berhenti di depannya. Sona memasukkan koper nya ke bagasi taksi yang di bantu supir taksi. Saat hendak membuka pintu taksi, seorang namja yang memakai masker langsung masuk ke dalam taksi begitu saja.     
     "Ya! Taksi ini sekarang dalam kuasa ku!" Ucap Sona melirik tajam ke arah namja yang sibuk menelepon. Namja itu tidak menghiraukan ucapan Sona dan menyuruh supir untuk segera mengendarai taksi.
      Taksi itu berjalan meninggalkan Sona yang membulatkan mata nya sempurna dan tidak lupa dengan mulutnya. "Yak! Aish,, dasar namja tidak tahu diri!" Gerutu Sona menghentakkan kaki nya kesal. Sona merasa aneh terhadap tangannya yang hanya memegang handphone dan ...

Tunggu, Koper ku!
Koper ku ketinggalan! Dasar taksi sialan,,

       "Bagaimana bisa? Paspor mu jg berada di koper!" Ucap Ahjumma khawatir. "Aish,, boneka burung hantu ku juga ada di koper, huaaa." Jawab Sona seraya mengaduk-aduk teh nya. "Tapi tidak apa-apa, kau kan tinggal bilang kedua orang tua mu." Ucap Ahjumma santai membuat Sona menatap Ahjumma."Aku tidak ingin mengganggu mereka." Jawab Sona sendu.

Mingyu POV

       Aku keluar dari pintu taksi seraya memasukkan handphone ku ke dalam tas. "Ini koper nya." Ucap supir taksi itu tersenyum ke arah ku.

Koper?

Aku tidak membawa koper apapun.
      Aku langsung menepuk jidat ku. Yeoja tadi, pasti koper itu milik yeoja tadi. Terpaksa aku membawa koper itu menuju apartemen ku.

      "Aish,, koper ini harus aku apakan?" Gerutu ku seraya menatap koper ungu yang berada di depan ku. "Apa aku kasih ke panti asuhan saja?" Gumam ku. Aku memutar-mutar koper ungu itu, dan terdapat tulisan 'Park Sona'. "Mwo? Park Sona? Pasti dia yeoja tadi dan pemilik koper ini." Ucap ku bermonolog dan membaringkan badan ku di atas ranjang.

Sona POV

        "MWO? Aku tinggal sendirian di apartemen?" Ucap ku berdiri dari tempat duduk. "Iya, karena kau tahu kan. Ahjumma tidak sekaya diri mu dan hanya memiliki rumah kecil ini." Jawab Ahjumma.
     "Tapi aku tidak mengenal bagian-bagian kota Seoul." Ucap ku. "Tenang saja, aku akan menyuruh Bibi Jung untuk mengurus keperluan mu serta mengantar mu kemana pun yang kau mau." Jawab Ahjumma.    
       "Aish jinjja,, mana kunci dan alamat apartemen nya?" Tanya ku. Ahjumma pun memberikan sebuah kunci serta kertas yang berisikan alamat. Aku pun menerima nya dengan berat hati.

         "Sampai jumpa Ahjumma, ahjussi, dan Samuel." Ucap ku seraya melambai-lambaikan tangan ku. "Iya, jaga baik-baik diri mu." Jawab Ahjumma tersenyum ke arah ku. "Ne. Ahjumma juga jaga diri baik-baik." Ucap ku.
        "Sudah siap semua nya, mari kita berangkat." Ucap supir taksi membukakan pintu untukku. "Dah semuanya, Ahjumma terima kasih atas pakaian mu untuk ku!" Ucap ku masuk ke dalam mobil taksi. Kami pun saling melambai-lambaikan tangan.

       Aku membayar ongkos taksi dan masuk ke dalam gedung yang besar nan megah. Aku langsung masuk ke lift dan menekan tombol 65. Di dalam lift, aku berdua dengan seorang namja yang bisa dibilang aneh dan mencurigakan.
     Namja itu memakai pakaian serba hitam serta masker dan kacamata hitam. Seketika bulu kudukku merinding membuat pikiran negative singgah di otak pintar ku ini.
Tunggu,,
Kenapa tombol yang dituju hanya lantai 65 ?
      Jangan-jangan dia ingin membunuh ku! Atau jangan-jangan dia adalah penguntit! Eomma! Tolong anak mu ini! "Berpikirlah yang positif." Batin ku. Aku sedikit menoleh ke arah nya dan terlihat ia juga menatap ku. Seketika badan ku kaku tidak bisa bergerak. "Astagaa,, ini sangat menyeramkan!" Batin ku.
       Tidak lama, pintu lift pun terbuka. Aku berjalan pelan menuju kamar nomor 77. Tapi aku masih bisa merasakan bahwa namja misterius itu ada di belakang ku, lebih tepatnya mengikuti ku. Sampai aku berdiri di pintu kamar 77, namja itu masih berada di belakang ku. Dengan penuh keberanian aku membalikkan badan dan menatap mata nya.
      "Ya! Pergi kau! Jangan mengikuti ku! Jangan sampai aku menelepon polisi!" Ucap ku menatap mata nya tajam. Namja itu hanya menatap ku bingung. "Apa kau bilang?" Tanya namja itu. "Pergi sana! Dasar penguntit!" Jawab ku. "Aku bukan penguntit." Ucap nya membuka pintu kamar nya dan masuk ke dalam.
Tunggu,,
      Jadi, dia tinggal di sebelah kamar ku? Berarti dia bukan penguntit tapi dia penghuni kamar sebelah alias kamar nomor 78.
    "Mwo? B-brarti aku yang menuduhnya sembarangan." Gumam ku sambil berpikir. "Aish jinjja, kebiasaan buruk ku tidak hilang-hilang." Lanjut ku memasuki kamar ku.

Chatty GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang