Semuanya mengangguk setuju.

"Mungkin itu kali ya, yang bakal terjadi kalau ada itik buruk rupa yang naksir putri raja?"

Ya... mungkin saja.

Π

Sepulang sekolah, Ega memintaku menemaninya makan siang. Karena ingin menghibur sahabat yang sedang patah hati, maka aku mengiyakan ajakannya. Kamipun pergi menuju sebuah kedai kecil yang menjual segala macam jenis Bakso dan Mie Ayam di pinggiran kota. Ega memesan sepiring bakso urat dan es teh manis. Sedangkan aku hanya memesan secangkir es jeruk tanpa makan.

"Tumben," ujarnya heran.

"Lagi malas makan bakso," jawabku dan dia tidak bertanya lebih jauh.

Sambil menunggu pesanan, Ega curhat soal Ani dan perasaannya kini setelah ditolak mentah-mentah. Dia merasa aneh karena wanita tersebut menolaknya hanya karena wajahnya yang kurang tampan.

"Padahal gue tulus sama dia," katanya sedih. "Apa itu enggak cukup? Gue enggak bohong waktu gue bilang jatuh cinta sama dia. Gue beneran serius sama dia, dan dia nolak gue cuman karena gue jelek. Aneh enggak, sih?"

Aku hanya diam mendengarkan. Bukan karena aku tidak tahu harus menjawab apa, tapi karena aku tidak ingin membuat pria ini sadar bahwa dia juga sama bodohnya dengan Ani.

Ega sungguh naif jika menurutnya Ani akan menerima cintanya hanya karena ia tulus pada wanita itu. Ega juga naif jika ia berpikir cinta tidak seharusnya memandang fisik di saat ia sendiri masih suka menolakku hanya karena aku tidak memliki wajah secantik Ani.

Ya, aku menyukai Ega dan dia sudah tahu soal itu. Aku pernah mengatakan padanya secara langsung dan dia menolakku atas alasan yang sama, namun dengan kalimat yang lebih lembut dan secara tidak langsung;

"Gue udah nganggep lo sebagai adik gue sendiri, As. Jangan aneh-aneh, ah. Kita enggak mungkin pacaran."

Aku ingat nadanya yang setengah geli. Aku ingat hari itu adalah Rabu yang sore. Aku ingat dia membelikanku sepotong cokelat setelahnya dan memintaku untuk tidak lagi membicarakan soal ini. Aku ingat, itu adalah hari dimana untuk yang pertama kalinya, aku menangis hanya karena seorang anak laki-laki.

Aku menyukai Ega setulus ia menyukai Ani, tapi Ega masih tidak mau menyadari itu. Dia menyadari hal-hal kecil yang pernah ia lalui dengan Ani tapi lupa dengan apa yang sudah aku lakukan padanya; dia ingat dulu Ani pernah meminjamkan pulpen padanya, tapi lupa bahwa aku sering membawakannya makan siang ke sekolah; dia ingat bagaimana Ani tersenyum padanya saat selesai mengerjakan tugas bersama, tapi lupa sama sekali bagaimana kedinginannya aku sore itu saat menemaninya melindungi mawar peliharaannya di bawah hujan. Intinya, Ega bodoh. Dan aku lebih bodoh karena tidak bisa membencinya sama sekali.

"Gue enggak akan nyerah gitu aja. Gue yakin Ani jodoh gue. Lo dukung gue, kan?" Ega bertanya. Aku tersenyum lalu menganggukan kepala.

"Kalau itu bisa bisa bikin lo bahagia, kenapa enggak?"

"Yes! Lo memang sahabat gue yang paling ngerti, As!" Katanya sambil merangkul pundakku erat.

Dan juga yang paling sayang, tambahku dalam hati.

Aku pernah membaca sebuah status dari seorang teman yang aku temui di dunia maya. Persisnya, aku lupa seperti apa, tapi intinya, wanita tidak semestinya merendahkan dirinya sendiri hanya untuk seorang pria. Wanita adalah mahluk yang istimewa, yang seharusnya bisa menghargai dirinya sendiri tanpa harus menggantungkan kebahagiaannya pada sebuah mahluk bernama laki-laki.

Otakku setuju dengannya.

Tapi hatiku rupanya tidak.

Setelah ditolak dan di-sister zone-kan oleh Ega, aku tidak merasakan sakit hati sama sekali ketika itu. Aku tidak marah padanya. Atau pula membencinya dan mengatainya pria bodoh. Yang aku lalukan saat itu justru malah memperendah diriku sendiri dan mulai berpikir, mungkin saja memang salahku yang terlahir seperti ini. Mungkin jawaban Ega akan berbeda jika aku tidak segendut ini. Mungkin Ega akan menganggapku sebagai wanita jika saja wajahku tidak sejelek ini. Mungkin sekarang aku bisa saja menjadi pacarnya Ega jika kulitku tidak sehitam ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 31, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Chronicle Of Ugly PeopleWhere stories live. Discover now