[1] (Namakamu) Verely

Start from the beginning
                                    

Iqbaal tidak menanggapi ucapan bundanya. Ia lebih memilih melangkah menuju meja makan, lalu duduk di hadapan ayahnya. Mengambil 2 potong roti dan melahapnya.

"Adik kamu mana?" Tanya Ayahnya—Herry.

Namun, belum sempat Iqbaal  menjawab rumah ini sudah dipenuhi dengan suara yang menggelegar yang mungkin saja dapat meruntuhkan bangunan rumah ini.

"BUNDAA! SEPATU STEFFI YANG WARNA PINK MANA?!"
Teriak Steffi yang saat ini sudah mengacak-acak rak sepatu.

Iqbaal memutar bolamatanya malas melihat tingkah alay adiknya itu. Ia tidak perduli dan terus memakan rotinya. Tanpa memperdulikan gumaman dan dengusan dari gadis kelas 2 SMA tersebut.

Rike menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan anak gadis satu-satunya itu. Rike menjadi menyesal dulu ia sangat memanjakan Steffi.

Rike pun melangkah mendekati anaknya itu. Namun, belum tepat sampai di sisi Steffi ia tersenyum. Melihat sepasang sepatu berwarna pink—warna kesukaan Steffi, atau warna yang norak menurut Iqbaal—  teronggok di samping soffa. Ia mengambil sepatu tersebut.

"Ini apa?" Ucap Rike sambil menjinjing sepatu itu ke arah Steffi.

Steffi yang mendengar itu mengalihkan pandangannya. Lalu mengambil sepatu yang berada di tangan bundanya itu.

"Ih! bunda dapet di mana?" Tanya Steffi kesal.

"Ada di samping soffa, makanya kalau pulang sekolah taruhnya yang bener." Ucap Rike mengelus rambut kecoklatan anaknya tersebut.

"Heum, Steffi lupa. Maaf ya bun." Rike mengangguk. Steffi pun memasang sepatunya.

"Bun, Yah, Iqbaal berangkat ya. Ayo Steff entar telat." Ucap Iqbaal lalu melangkah keluar rumah dengan kunci motor yang berada di tangannya.

Steffi mendelik kesal melihat kakaknya, Ia belum sarapan. Bahkan sepatunya juga belum dua-duanya terpakai.

"GUE BELUM SARAPAN JANGKUNG! KAK IQBAAL SUMPAH LO JAHAT!" Teriak Steffi dengan makian.

Iqbaal pun hanya mengedikkan bahunya acuh dan masih terus berjalan ke luar rumah. Bahkan sekarang sambil bersiul.

'Kurang ajar!' umpat Steffi. Ya hanya umpatan, karena jika Steffi benar-benar mengucapkannya, bibirnya ini yang akan menjadi sasaran pukulan tangan bundanya.

Steffi sudah ingin meneriaki kakaknya lagi. Namun, bundanya itu lebih dulu berucap.

"Sudah sarapan di sekolah saja. Sana gih nanti ditinggal sama kakak kamu." Ucap Bundanya itu.

Steffi memutar bola matanya kesal. Lalu memasang sepatu nya dengan benar. Berpamitan kepada kedua orangtuanya.

'Awas aja, gue gak bakal bantuin lo deket sama (namakamu). GAK AKAN!' Ucapnya dalam hati.

**

Steffi turun dari motor Iqbaal saat berada di depan gerbang. Ia lebih memilih turun di depan gerbang, daripada harus mengikuti Iqbaal memarkirkan motornya.

Steffi pun tersenyum saat melihat sahabatnya itu sedang berjalan seorang diri di koridor sekolah. Ia melirik ke arah kakaknya itu dan ternyata dia juga sedang menatap objek yang sama yaitu (namakamu) Verely.

[1]Menunggumu❌IDRWhere stories live. Discover now