"Tentu saja dia baik."

"Are you sure?"

"Apa maksud mu, Fran?"

"Aku hanya menanyakan kabar anakmu."

"Perlu apa kau menghubungi ku, huh?"

"Hahaha. Darah anakmu masih tertempel di pisau milikku. Masih sangat segar."

"Sialan kau. Dimana anakku. Brengsek!"

"Santai, jangan emosi, tenangkan dirimu, Ray."

Tanpa menjawab apa-apa lagi, Mr. Tuan segera menutup telpon nya. Ia berjalan keluar ruangan dengan langkah cepat. Pria paruh baya itu memanggil anak buah nya berkumpul di ruang utama.

"Dimana Mark?" tanya nya dingin. Aura hitam menyelubungi seluruh tubuh nya membuat para anggota The Killers di buat takut begitu saja. "Jawab! Dimana Mark?!" Seseorang mengangkat tangan nya ke udara. Dia Youngjae. "Saya melihat nya pergi bersama Jackson, Tuan." Pria tua menghela nafas dan menatap anggota nya tajam. "Andrew, siapkan semuanya." Tanpa berpikir lama, Andrew sudah mengetahui perintah atasan nya itu. Ia mengirimkan beberapa orang ikut dengan nya, untuk mencari Mark dan Jackson.

Mr. Tuan berjalan keluar markas nya. ia masuk ke dalam mobil dengan duduk di kursi penumpang. Di belakang, Andrew bersama anggota lainnya mengekor mengikuti nya. Mereka bergegas mencari keberadaan Mark dan Jackson.

***

Sementara di tempat lain, seorang pemuda tertawa seraya memegang segelas minuman beralkohol di tangan nya. "Bagiamana?" tanya si pemuda kepada pria paruh baya di depan nya. "Hahaha. Anaknya pasti sudah mati." Jawab lelaki tua seraya menghisap tembakau sejenak. "Well, setidaknya ini memudahkan kita untuk balas dendam pada mereka." Pemuda tampan kembali tertawa sambil menuangkan minuman keras ke dalam gelas. "Tentu." Mereka pun kembali tertawa merasa misi kali ini berhasil dengan mudah nya.

***

"Tuan, kami menemukan sesuatu." Teriak salah satu anggota Mr. Tuan membuat nya menoleh dan mendekat pada suara tadi. "Apa?" tanya lelaki tua saat dia sudah dekat. "Darah." Sontak si pria paruh baya menghampiri lokasi tersebut dan berjongkok disana. "Masih segar," gumam nya. "Kalian semua menyebar. Mark masih hidup. Tidak jauh dari sini." Titah sang ketua membuat anggota nya patuh dan menjalankan perintah nya.

Mereka berpencar dan mencari petunjuk berharap Mark akan segera di temukan. Andrew dan Nayeon ikut dalam misi pencarian. Mereka berada pada arah yang sama. Mengikuti darah yang tertempel di dinding sepanjang lorong berada. "Andrew." Nayeon memecah keheningan membuat si lelaki kekar nan tampan itu menoleh. "Hmm." Balas Andrew. Mata nya masih mencari-cari jejak petunjuk apapun tentang sahabat nya, Mark. "Dimana Jackson?" Sejenak Andrew berhenti dan menatap Nayeon bingung. "Aku tidak tahu," jawab nya. Mereka pun meneruskan langkah. "Bukankah dia bersama Mark?" Mereka terdiam dalam pikiran masing-masing. "Aku khawatir terjadi apa-apa dengan Jackson," tambah Nayeon. "Kita akan cari mereka, oke." Nayeon pun mengangguk, lalu mereka kembali melanjutkan pencarian.

Sudah sampai di ujung lorong. Namun tidak ada sama sekali petunjuk dimana si pria tampan itu. Andrew dan Nayeon menghela nafas kasar. "Darah masih tertempel jelas disini," kata Andrew seraya memegang bekas darah di dinding lorong. Mereka kehilangan jejak. "Apa mungkin Mark di tolong oleh penduduk?" tanya Nayeon menatap Andrew lekat. Andrew berpikir hal itu bisa saja terjadi. Lalu, apa yang harus ia lakukan. "Bisa jadi," balasnya pelan. "Kita ke pemukiman penduduk saja kalau begitu," saran Nayeon bersemangat. Mata nya seakan meminta persetujuan pada si lelaki. Tapi Andrew tidak ingin gegabah. Ia memikirkan sebab akibat yang nanti akan mereka peroleh. "Kita tanyakan pada Mr. Tuan." Nayeon berdecak sebal. Ia sudah tidak tahan dengan pencarian bodoh ini. Ia ingin segera menemukan sahabat nya itu. "Berhentilah meminta persetujuannya. Kita tidak akan bisa menemukan Mark kalau kau terus seperti itu, "kata Nayeon sebal.

"Baiklah, ayo kita cari."

***

Mark merasakan punggung nya sangat pegal. Ia bangun, mencoba membuka mata nya perlahan. Masih di tempat yang sama. Sudah berapa lama ia tertidur, Mark tidak tahu. Mata indah si lelaki tampan menyapu seluruh ruangan. Kosong. Tidak ada apa-apa. Yang ada hanya segelas air putih di atas nakas, serta gelas berisikan air berwarna hijau yang Mark tidak tahu itu apa.

Rumah ini tidak terlalu buruk. Cukup luas dengan desain minimalis membuat nya nyaman. Ia berniat bangun dari tempat tidur nya. sedikit merintih karena sakit di perut nya masih terasa. Saat ia berhasil berdiri. Tangannya meraih apa saja sebagai pegangan. Ia berjalan menyusurri ruangan tersebut. Sepi. Mark tidak tahu kemana pergi nya si lelaki manis itu.

Tangan nya membuka tirai dan mata itu membulat begitu saja saat mengetahui di luar sana sudah gelap. Ia tidak mau bermalam lagi di tempat ini. Mark pun berniat membuka pintu untuk keluar, namun suara seseorang menghentikannya. "Mau kemana?" Mark menolah mendapati pria berambut merah menatap nya bingung. Kaca mata masih setia bertengger di tempat nya. Ia mendekat pada Mark membuat Mark menjauh dan punggung nya menabrak pintu. Mark berpikir kenapa ia merasa tidak bisa berkutik saat pemuda manis itu berdekatan dengan nya.

"Aku akan keluar dari sini."

Sang lelaki berkaca mata memandang nya tanpa ekspresi. "Bermalam lah untuk kali ini." Mark menggelengkan kepala nya. "Tidak. Cukup. Aku tidak mau menetap dengan orang yang tidak aku kenal." Jawab Mark sedikit teriak. Pria manis itu berdecih sebal. "Dimana rasa terima kasih mu, hah?" kata nya tak kalah teriak. "Oleh sebab itu aku harus pergi. Itu lah ucapan terima kasih ku untuk tidak merepotkan mu." Si pemuda mencoba meraih tangan Mark namun segera di tepis oleh nya. "Kau. Bahkan kau belum menjawab pertanyaanku, " kata Mark kesal. Jari telunjuk nya mengarah pada si pemuda manis membuat nya sedikit menjauh dari Mark.

"Duduklah dulu," titah si pria berambut merah membuat emosi Mark meningkat tajam. "Jawab pertanyaanku, sialan!" Suara Mark naik beberapa oktaf, wajah nya memerah, nafas nya berhembus tidak beraturan. "Aku mencoba baik padamu. Tidak ingin luka mu bertambah parah." Pemuda manis berdecak dan memalingkan tubuh nya pada Mark. Kemudian, ia berniat pergi. Namun, kata-kata yang keluar dari mulut nya membuat Mark berdiri mematung.

"Aku Bambam."

***

~~~~~:*~~~~~

THE KILLER

~~~~~:*~~~~~

***

Penasaran ya???

P

E

N

A

S

A

R

A

N

Duh, saya nya gaje alias gak jelas.. *bow

Sengaja aja gitu, supaya penasaran XD hihi [anggep aja iklan *apasih]

Mari kita kembali ke cerita ^^ Capcus yuk ke chapter berikutnya. Tapi nanti yaaa, hahaha. Ehhhh tapi jangan lupa di Vote dan Comment. Saya usahakan, kalo Vote nya udah 20, di waktu itu juga saya akan apdet chap selanjutnya.

See ya ^^

Lope lope chu chuu :*

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 09, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Killers [ MarkBam ]Where stories live. Discover now