Prolog

1.5K 57 3
                                    

"Gue nggak nyangka saja, kalau Nauval bisa sesayang ini sama lo." Ucap Fara yang saat ini tengah duduk di samping Nina--di pinggir ranjang kamar Nina.

kedua gadis itu sedang menatap kosong kearah yang sama, hanyut dengan pikiran masing-masing. Beberapa kali Fara memang berusaha untuk membujuk Nina agar mau menemuinya namun Nina selalu menolak untuk bertatap muka dengan perempuan yang menjadi penyebab dari segala permasalahan di dalam hubungannya itu, luka yang dia terima juga masih belum kering, apalagi kepergian Nauval ada sangkut-pautnya dengan perempuan yang sedang duduk di sampingnya, namun selama dendam dan akar pahit itu masih dia simpan justru rasa bersalah kepada Fara semakin membelenggu pikirannya. Dia tidak mau mati dengan membawa dendam kepada orang lain, sama sekali nggak mau!!

"Pertama kita pacaran dulu, kita sama-sama membangun cinta pertama kita dan... ya, kita pikir cinta pertama kita adalah cinta terakhir kita juga." Fara tersenyum getir, dia juga tidak bisa menahan air matanya yang terjun bebas membasahi kedua pipinya ketika mengingat kisah cintanya bersama Nauval dulu. begitu hangat dan damai.

"Andai saja dua tahun yang lalu gue nggak memilih pindah ke Australia dan pergi begitu saja dari Nauval tanpa memberikannya pengertian, gue pasti saat ini masih ada bersama dengan dia." Fara berhenti untuk mendengus. Rasanya dadanya sesak jika harus mengingat laki-laki yang dia cintai itu.

"Gue pikir dia akan menunggu gue, tapi ternyata dugaan gue salah." Fara menunduk, menyembunyikan luka yang dia tahan sendiri. Begitu perih dan hancur.

"Sampai suatu ketika kita bertemu lagi dan dia bersama lo, gue rasa itu bukanlah suatu kebetulan, karena yang ada dalam pikiran gue waktu itu, kita di pertemukan lagi untuk merajut kembali kisah cinta kita yang sempat terhenti karena kesalahan gue." Nina semakin menumpahkan air matanya yang tak pernah ingin berhenti membasahi kedua pipinya, mendengar setiap kalimat yang Fara ucapkan.

"Sejak saat itu gue selalu meminta Nauval untuk kita bertemu, tapi Nauval selalu saja menolaknya dengan berbagai alasan." Nina menoleh kearah Fara yang menatap kosong ke depan dengan senyum masamnya, dia rasa Fara juga sama merasakan kehancuran seperti dirinya. Terlihat pucat pasi.

"Lo pasti tahu alasannya apa." Fara berhenti untuk mendengus, lalu tersenyum. Dia memutar bola matanya kearah Nina yang menatap nanar dirinya, mata mereka memerah menahan sedih masing-masing. Sesama perempuan yang mencintai, juga kehilangan laki-laki yang sama. Nauval.

"Itu semua karena lo, dia nggak mau pergi bersama dengan gue tanpa sepengetahuan lo, bahkan dia selalu menyuruh gue berhenti menghubungi dia. Tapi gue nggak nyerah, gue harus merebut Nauval dari lo, gue nggak peduli caranya gimana. Dan sampai suatu ketika, Nauval ngajak gue ketemu. Waktu itu gue berharap jika Nauval akan mengatakan bahwa dia sudah memutuskan hubungan sama lo dan minta gue buat kembali, gue pikir begitu. Tapi ternyata gue salah. Nauval justru meminta gue untuk nggak lagi mengganggu hubungan kalian, seperti yang lo lihat waktu kita di café hari itu, Nauval menggenggam tangan gue, justru untuk memohon ke gue supaya tidak merusak hubungan kalian." Fara mengusap kasar air mata yang jatuh di pipinya, ia menahan perihnya sendiri, sebenarnya menceritakan ini sama seperti membakar dirinya sendiri, tapi dia juga tidak ingin menyimpan rasa bersalahnya kepada Nina, gadis yang sangat di cintai oleh laki-laki yang dia cintai. Meskipun awalnya dia ingin merebut Nauval kembali ke pelukannya, namun diurungkan niatnya itu karena dia sadar dialah pihak yang paling bersalah dalam hubungan ini.

"Gue minta maaf, gue sadar gue salah Na." Fara menumpahkan seluruh air matanya sambil menatap perempuan di sampingnya itu, ada rasa lega yang menyelimuti hatinya saat ini. hatinya terasa ringan dari sebelumnya.
Berandai-andai pun juga tidak ada gunanya, karena semua sudah terlanjur. Tidak ada yang bisa menghentikan waktu atau pun mengulang kembali waktu yang sudah terlewati. Kini dia hanya bisa memperbaiki dirinya dan melupakan kesalahan di masa lalunya.

Menyembuhkan luka yang menganga di hatinya dalam waktu yang tak dapat di pastikannya...

Nina membalas tatapan nanar Fara, ia sadar bahwa mereka sama-sama perempuan yang rapuh, dan segala yang terjadi bukanlah kesalahan Fara sepenuhnya. Yang terpenting, Fara sudah berani meminta maaf kepada dirinya, pun mengakui semua kesalahannya. Bukankah seharusnya dia juga memaafkan Fara? Untuk apa menyimpan dendam dengan orang lain, toh juga nggak bakal mengembalikan semua yang sudah terjadi kan?

Nina memeluk erat Fara yang sedikit kaget dengan reaksi perempuan itu. Tapi dia cukup bahagia, karena itu artinya, Nina telah memaafkan. Tidak ada hal yang membahagiakan baginya selain permintaan maafnya di terima oleh Nina.

**
Tinggalkan like dan coment ya ;)
Terimakasih.

Kau Setia Tapi Tak NyataМесто, где живут истории. Откройте их для себя