Little Talk

63 8 0
                                    

Pipiku memanas mendengar ucapannya yang menggodaku, mungkin?

"Oh iya, nama kamu siapa?," tanyaku ingin tahu.

"Antonio Dareen Aharon," jawabnya. Namanya bagus, cocok dengannya yang tampan."-kamu?"

"Nama yang bagus,"pujiku tulus."-Patricia Belladona Alvarez," sambungku.

"Makasih, namamu juga." Jawabnya.

"Cafe ini milik kamu?" Tanyaku

"Iya, baru jalan 2 tahun,"

"Tapi udah ramai aja, design nya juga bagus. Jarang banget ada cafe yang begini," ucapku, kagum dengan interior yang ada.

"Iya makasih Bell, eh penampilan ballet kamu kemarin bagus,"

Bell? Dia memanggilku Bell di saat semua orang memanggilku Cia. Ada rasa asing-bahagia- membuncah menyelusup ke hatiku, perasaan yang biasanya kurasakan hanya ke dia.

Aku agak sedikit terkejut, ternyata dia melihat performa ku kemarin. Harusnya, aku bisa lebih jaga sikap. Bagaimana jika ia tak suka padaku?

"Ma-makasih, biasa aja kok, masih banyak yang lebih bagus," jawabku seraya tersenyum kecil.

"Gausah canggung gitu, ga perlu jaim sama aku. Tapi soal performa kemarin performamu yang paling bagus," ucapnya disertai senyuman yang menampakkan lesung pipinya. Astaga, manis sekali, jadi semakin tampan saja.

"E-eh, iya makasih," jawabku kikuk.

Baru saja kami berbincang-bincang sedikit, sahabatku, Devan datang menginterupsi.

"Cia, ayo balik. Aku kan udah janji sama kamu mau nganterin kamu jalan," ucapnya sambil menarik tanganku tanpa menyapa Dareen.

"Iya iya, sabar," jawabku kesal. Aku mengalihkan pandanganku ke Dareen, izin pamit.

"Makasih ya kopinya, lain kali aku bakal mampir lagi kesini," ucapku tersenyum ramah."-duluan,"

Aku langsung pergi tanpa mendengar jawabannya, saat aku menoleh kearahnya ku lihat ia mengangguk dengan senyum -agak- dipaksakan. Dan ada yang aneh, matanya terlihat menyiratkan kekecewaan? Ah, mungkin aku salah lihat.

"Siapa tuh tadi?" Tanya Devan penasaran.

"Temen aku yang baru," jawabku seadanya.

"Ohh, yakin cuma temen?" tanyanya menaik turunkan alis matanya dengan senyuman jahil.

"Apasih dev,"

"Ganteng juga, lumayan. Tapi masih gantengan aku,"

"Serah kamu,"

"Ampun, princess."

"Oh iya, kamu tuh kalau mau jemput bilang dong, ah," omelku pada Devan, sekalian mengganti topik.

"Ya tadinya mau kasih surprise gitu,"

"But I'm not surprised at all,"

"Usaha kan ga ada salahnya,"

"Iya deh iya," jawabku terkekeh kecil. Mencubit pipinya yang tertekuk.

"Jangan cubit-cubit deh ci," ucapnya kesal.

"Iya, depann sayang,"

Ya, nyatanya aku memang sayang sama Devan. Bahkan, lebih dari itu. Sayangnya, ia tak pernah tau. Miris? Sangat.

;

Happy new year 2k16 peeps!

Ballerina's LifeWhere stories live. Discover now