[16]

5.4K 573 78
                                    

Aku menutup telingaku dengan menggunakan bantal, Harry menyanyikan lagu kebangsaan inggris dengan lantang dan sangat keras, aku tahu Harry melakukan itu agar aku bangun dari tidurku. "Wake up."

"Wake up sweetheart..."

"Hey! Wake up!"

"Wake up, Haizley!" kali ini aku sudah benar-benar bangun karena lengkingan suara Harry.

"Bisakah kau diam! Kata Zara, aku harus istirahat!" aku mengerang dan melempar selimut ke samping tempat tidur.

"Akhirnya kau bangun. kupikir kau koma karena tidur panjangmu itu, ini sudah pukul dua siang Haizley," cerocos Harry panjang lebar, dia lebih berisik dari seorang ibu yang mengomeli anaknya yang terlambat bangun. Aku mimijit kepalaku yang sedikit pusing, mungkin ini akibat aku tidur terlalu lama kemudian menggeseser tubuhku untuk jaga jarak dengan Harry.

"Aku baru datang, kau tidak merindukan aku?"

Aku mengambil bantal yang ada di sampingku lalu memeluk bantalnya dengan erat. "Sudah biasa. Itu 'kan memang kebiasaanmu, terbang kemana-mana." aku memicingkan mataku, "Sama seperti hatimu."

"Haizley, aku ambil Olivia, ya." aku langsung menahan tangan Harry. Aku sudah tidak tahu bagaimana bisa Harry tahan mendengar suara bayi menangis, ini adalah saat-saat berharga yang bisa aku gunakan untuk istirahat. Lagipula, ibu Harry datang untuk menjaga cucunya dan itu meringankan bebanku.

"Aku masih lelah, oke. Jangan bawa Olivia ke sini. Biarkan ibumu menjaga cucunya."

"Oh ya, nanti Niall akan datang. Mungkin bersama Louis."

Aku menggeliat merenggangkan otot-ototku yang masih kaku. "I don't care."

"Apakah kau tidak bosan di rumah? Ibuku ada di sini. Bagaimana jika kita keluar. Sudah seminggu kan, kau istirahat."

Aku bangun untuk bersandar pada headboard. "Tidak. Selama tidak ada kau. Jujur, aku bosan karena kau ada disini."

"Kalau begitu kita keluar. Kita kencan seharian, kau mau kemana? London Eye, Oxford Street-- kau ingin belanja seharian aku akan menemanimu."

Aku menggeleng tidak menyetujui. "No! No. Satu, aku tidak suka belanja dengan kau. Dua, aku tidak mau jalan jalan dengan kau. Dan ketiga, aku tidak suka kau!"

"Baiklah, setelah kupikir-pikir lebih baik kita ke Jembatan London. Aku ingin menggantungmu di sana!" Harry mendekatkan kedua tangannya pada leherku seperti ingin mencekik aku.

"Hah? Kau pikir aku takut. Jika kau ingin membunuhku, aku juga akan membunuhmu. Apa salahnya jika kita saling membunuh."

"Seriously. Kalau begitu, kita berenang."

Aku menjentikkan jariku tiga kali di depan wajah Harry, "He-hey! Kau lupa kalau anakmu sudah lahir? Aku tidak bisa. Aku masih mau istirahat. Kau pikir melahirkan itu hanya seperti buang air besar."

"Nanti aku bantu."

Aku menggeleng, "Tidak mau. Aku tahu itu hanya Modus saja."

"Bukan, ini Median."

"Ya, you are Mean!"

"Aku ingin mandi. Jangan coba masuk. Jika kau berani, aku akan menenggelamkan kepalamu ke dalam bathtub." Harry hanya mengangguk, dia mengangguk bukan berarti dia tidak akan muncul secara tiba-tiba.

+

Aku mengeringkan rambutku dengan handuk, karena aku tidak mengingat di mana tempat aku menyimpan hair dryer ku terakhir kali. Aku diam-diam memperhatikan Harry yang sedang berbicara dengan Olivia di tempat tidur. Yang kusukai dari Harry semenjak aku melahirkan adalah dia sangat perhatian pada putri kami dan tentu saja padaku.

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang