[14]

5.4K 576 42
                                    

Haizley's POV

Si tolol itu sedang bermain kejar-kejaran bersama Jane dan adiknya, aku hanya diam duduk menonton mereka. Seandainya anak Harry sudah keluar, aku akan ikut. Namun bukan ikut main kejar-kejaran, tapi kesana untuk menyeret Harry dan menggesekkan badannya ke tembok. Sialan, kupikir dia akan taubat setelah menikah denganku. Paling tidak, dia sadar kalau aku ada di sini. Nah sekarang? Dia justru menunjukkan bakatnya menjadi pria jalang. Dia dari tadi mengobrol dengan Jane, harusnya dia tahu kalau aku tidak menyukai perempuan itu meskipun dia sepupuku sekalipun. "Sayang, kau tidak ingin memanggang daging di sana?" Harry menghampiri aku sambil membawa piring di tangannya.

Aku menonjolkan lidah pada pipiku sembari menatap Harry sebelum berkata, "Ya, aku ingin panggang sosis mu."

"A-apa maksudmu?" Harry duduk di sampingku setelah dia bertanya.

Aku menoleh ke samping, "Kenapa kau kaget?"

"Kau cemburu, ya." Harry menempelkan keningnya pada keningku berniat untuk mencium aku tapi aku sudah mendorong keningnya terlebih dahulu. "Ahk sayang. Dia kan sepupumu sendiri."

"Apakah aku harus perduli jika dia sepupu ku."

"Hey, Haiz." lihatlah betapa munafik nya dia, dia bahkan membenci aku dulunya, bahkan mungkin sampai sekarang. Seingatku dia datang ke rumahku saat aku masih di high school, selebihnya dia tidak tampak lagi. Jika orang tua Jane diundang, Jane tidak akan datang. Dan banyak alasan kenapa aku membencinya, termasuk ketika dia mengirimi aku pesan dan mengatakan aku gila karena mengaku akan menikah dengan Harry.

"Sayang, kau disapa. Say, hi." aku hanya memberikan tatapan tajam pada Harry.

Awalnya aku senang Les mengundang temannya untuk barbeque, namun semuanya kesenangan ku hilang begitu tahu yang Les undang ternyata saudaranya sendiri, aku bukan kesal pada saudaranya melainkan pada anak saudaranya. Jin botol sialan. "Aku tidak pernah melihatmu di rumah paman Les dan bibi Chesty." aku menoleh pada gadis kecil yang ada di pangkuan Harry. "Aku hanya mengenal Jude. Dan aku tidak tahu kau, padahal kita adalah sepupu, aku tidak tahu namamu. Aku hanya mengenal Harry," ucap adik dari Jane. Anak itu baru berumur tujuh tahun namun sudah tidak menggemaskan lagi akibat ucapannya.

"Kau tak tahu dia?" ucap Harry dramatis. Aku tahu kalau niat Harry hanya untuk mengejek aku saja. "Aku juga tidak tahu siapa wanita ini," ucap Harry berhasil membuat Jane yang bergelayut seperti monyet di tangan Harry tertawa lepas.

Aku memutar bola mataku. "Whatever. You're win bastard," ucapku dengan suara yang pelan. "Namaku Haizley, catat itu di pikiranmu baik-baik," ujarku.

"Bisa aku menyingkat namamu?" tawarnya lagi sementara aku hanya tersenyum sambil menggeleng sebagai tanda kalau aku tidak mau.

"Kau bisa memanggilnya dengan sebutan, uncle," ujar Harry. Astaga, mahkluk ini. Apakah tampangku ini tampang om-om sampai sampai Harry mengatakan itu.

"Ya, terserah. Thank you, aunty," tuturku lalu mengipas wajahku dengan mengunakan kipas yang ada di tanganku.

"Harry terima kasih telah mau aku jadikan teman curhatku." Jane memeluk tangan Harry dan balasannya Harry mengusap puncak kepalanya.

"Huek!" aku mengeluarkan suara muntahan membuat Jin dan Jasmine aka Harry menoleh padaku. "Morning sickness. Ya, kau tahu. Huek!"

"Bukankah kau sudah melewati itu? Dan lagipula ini sudah sore. Benar tidak Hazz--"

"Panggil aku Harry," ujar Harry membuat aku tersenyum.

"Yang hamil aku, jadi terserah aku mau muntah kapan saja." aku memijat pelipisku. "Huek!" aku sangat ingin tertawa melihat raut wajah Jane yang terlihat kesal.

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang