[13]

5.4K 597 33
                                    

Haizley's POV

"Haizley..." ini masih pagi. Tanpa aku membuka mataku, aku sudah tahu kalau ini masih pagi. Aku merasakan seseorang sedang mengguncang tempat tidur. "Ayo bangun."

Aku memicingkan mataku untuk melihatnya. Astaga manusia ini. Dia sedang duduk di sampingku sambil terus mengguncang tempat tidur. Dia sedang  memakai sport shorts tanpa atasan. "Ayo olahraga denganku."

"Kau saja. Aku masih lelah dan mengantuk."

"Ayolah." Harry menarik tanganku. Aku terpaksa bangun karenanya. Ia mencium pipiku berkali kali. "Mum ada di luar."

"Kau serius?" tanyaku. Ia hanya mengangguk sambil menunjukkan senyumnya. Baiklah, mertuaku ada di luar jadi aku sebagai menantu harus menyambutnya. Aku bergeser dari tempat tidur lalu berjalan ke closet untuk mengganti night robe yang masih kupakai.

Aku hanya memakai legging pants dan hoodie milik Harry lalu keluar dari kamar. "Selamat pagi Haizley."

"Hey," sapaku balik. Dia sedang duduk di ruang tengah tentu saja bersama Harry. "Mum sudah sarapan?"

"Sudah. Aku sudah membuatkan sarapan untukmu." aku melihat meja di depanku terdapat susu dan juga bagel gandum. Aku  merasa semakin tidak enak. "Ayo makan Haizley."

"Thank you," ujarku sembari tersenyum padanya. Ia mencium pipiku dan mengambil sarapan buatannya untukku. Pantas saja anaknya selalu memperlakukanku dengan sangat manis, ternyata Harry tak jauh berbeda dengan ibunya.

Harry sedang bersandar di pundak ibunya sambil menikmati sarapannya. Kupikir dia ingin olahraga tadi, mungkin dia sudah selesai. "Perutmu bersaing dengan perut istrimu sekarang."

"Mummy no. . ."

"Aku ingin ke dokter nanti. Mom mau ikut?"

"Maaf Haizley, Mum ada janji dengan teman Mum siang ini. Kau tidak apa-apa 'kan berdua dengan Harry."

Aku tersenyum sambil mengusap tangannya. "Tidak apa-apa Mom. Terima kasih sudah mengunjungi kami."

"Aku menemani Gemma di LA. Kebetulan kalian juga ada disini."

"Haizley, ayo mandi. Kita harus ke dokter." benar-benar manusia ini. Apakah dia sengaja atau pura-pura lupa kalau disini ada ibunya.

"Kau mandi saja sendiri, kenapa kau mengajak istrimu."

"Aku mau mandi berdua dengan istriku, Mum."

"Harry!" aku melemparinya dengan bantal dan dia hanya menyengir pada ibunya.


+


"Kenapa kau diam?" tanya Harry dengan melirik ke arahku.

"Lebih baik kau fokus menyetir mobilnya, aku tidak ingin menjadi saksi saat kau di penjara karena kasus tabrak lari," jawabku acuh.

"Jadi, kita ke dokter hari ini. Seperti pasangan normal," ucapku dan entah untuk alasan apa Si bodoh ini menggelakkan tawanya seperti seorang Joker. Bahkan seorang joker terlalu tampan untuk mirip kecoak terbalik macam Harry.

"Memangnya kurang normal apa hubungan kita, huh?" memangnya ada pasangan normal yang setiap Harry saling menjelek-jelekkan satu sama lain? Seorang suami yang memanggil istrinya dengan sebutan paman. Yang benar saja.

"Ya, sayang. Hubungan kita sangatlah harmonis," ucapku dengan menunjukkan senyum terbaik seperti model iklan pasta gigi. "Sedikit informasi, aku benci dengan dokter itu."

"Why. Siapa dia?" tanya Harry.

"Dia Conditioner. Ops, maksudku Directioner. Kau harus tahu, setiap aku kesana aku adalah pasien yang paling lama diperiksa oleh dokter kandungan, aku ralat. Maksudku gadungan. Setelah aku diperiksa, dia akan melemparkan 1000 lebih pertanyaan tentang kau. Dan parahnya lagi, dia punya obsesi gila untuk tidur denganmu. Gila bukan?" aku menghela nafasku setelah menceritakan tentang dokter sialan itu.

Mate MoronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang