Prolog

272 12 2
                                        

“AUGH!!” Tiffany tersandung kaki seorang siswa yang sedang duduk di bangku miliknya. Tapi dengan sigap Tiffany menahan tubuhnya dengan tumpuan kakinya yang kokoh agar tidak terjatuh mencium kotornya lantai.

Semua penghuni kelas mengalihkan pandangannya ke sumber suara.

“CIIIEEEEE.....”

“Awas lo, Do! Gue doain lo dijegal balik!” Tiffany langsung duduk dibangkunya. Tidak memperdulikan ucapan teman sekelasnya. Ia mengelus kakinya yang malang itu, dan mengeluarkan sumpah serapah di dalam hatinya.

“Lo gak papa?” tanya Candy simpati. Teman sebangkunya.

Gak papa darimana? Kaki abis kesandung sekarang dijegal temen.

“Gue gak papa, Can,” jawab Tiffany yang berbanding terbalik dengan kata hatinya. “… Cuman agak sakit.”

Tiffany kembali mengelus kakinya.

“Woy, Do. Minta maaf gih ke Tiffany”, ucap Candy setengah teriak. Aldo menoleh. Melihat Candy dan Tiffany secara bergantian “Sorry, Tif.”

“Ya, gak papa. Santai aja,” jawab Tiffany diiringi dengan senyuman.

“Kaki aja dikaitkan, awas loh nanti hatinya yang dikaitkan.”

“CIIIEEEE...,” teman-teman sekelasnya sangat bahagia.

“Apaan sih lo, gosip aja kerjaannya.” Tiffany angkat bicara.

“Kalo jodoh gak lari kemana, Tif.”

“Lagian lo berdua cocok kok,” saut temannya yang lain.

Aldo kehabisan kesabaran. “Lo semua gak ada kerjaan ya? Kayak ibu-ibu tukang gosip.”

“Kita-kita kan calon ibu-ibu, Do”

Dan ternyata.. Keusilan Aldo terhadap Tiffany dilakukan beberapa kali ke depan setelah hati itu. Dan pada saaat itu pula teman sekelasnya men-cie-cie-in. Bahkan banyak berita yang beredar mereka berdua menjalin hubungan. Faktanya tidak.

Hari berganti hari. Minggu berganti minggu. Bulan berganti bulan.

Awalnya tidak ada perasaan apa-apa. Lambat laun sedikit demi sedikit tumbuh sebuah perasaan yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata. Bingung perasaan apa. Dan suatu hari, waktu menjawab pertanyaan hatinya bahwa ini cinta. Tiffany jatuh cinta!

***

Tiffany membuka akun facebook-nya, melihat apakah ada pesan penting, permintaan pertemanan, atau pemberitahuan. Setelah itu, ia langsung membaca status-status teman dunia mayanya. Tatapan Tiffany tertuju ke sebuah status yang dapat membuat hatinya mendadak sakit.

Aldo Kelvin Prasetya:
I love you Fisha :* ({})
#151107 ALF & FCA

Sabar. Tiffany hanya bisa sabar. Bukan hanya sabar, tapi pasrah dan harus menerima kenyataan pahit ini meskipun menyakitkan.

Cinta dalam diam. Harus rela disakiti. Harus rela menerima kenyataan dia punya pasangan. Dan harus rela hanya dianggap sebagai teman. Tidak lebih.

Tiffany meluapkan kesedihannya di dalam sebuah status.

Tiffany Ainin Kayla:
Apakah harus sesakit ini?

Lima menit setelah Tiffany membuat status, ada salah satu teman sekelasnya sekaligus salah satu siswa yang menjadi stalker setianya. Stalking status galaunya.

Bryan Reynaldo Syahputra: Jiaahh galon :v

Bryan lagi, Bryan lagi.. Seseorang yang dulu pernah Tiffany taksir, namun sekarang mungkin sudah mulai pudar. Rasa sayangnya tidak seperti dulu lagi.

Ketika Tiffany akan membalas komentar dari Bryan, Tante Dian memanggil Tiffany dari bawah. “Fan, ada Farah di bawah..” Fany bergegas menuruni tangga sambil menjawab, “Iya, Ma.”

“Farah?” tanya Tiffany ketika ia baru saja sampai di teras rumahnya.

Farah menoleh. “Eh Fany. Gimana kabarnya?” Mereka berdua cipika-cipiki ala-ala anak jaman sekarang.

“Baik, Far,” jawab Tiffany. “Ngomong-ngomong tumben kesini,” tanyanya to the point.

“Ya cuma main aja kesini. Gak boleh nih?”

“Ya bolehlah, Far. Masa temen sendiri gak boleh kesini? Kali aja ada maksud lain,” jawab Tiffany. Ia rasa bukan hanya itu alasannya.

“Hehehe, lo tau aja kalo ada maksud lain.” Farah tersenyum sambil menunjukkan deretan giginya.

“Ya taulah, gue gitu loh.”

“Gini nih, gue mau ngajak lo jalan-jalan gitu. Ke taman kota atau gak ke tempat makan-makan. Hmm, enak banget..” Farah membayangkan makanan yang lezat-lezat. Tiffany dan Farah adalah sepasang sahabat yang hobby-nya makan. Tapi yang mengejutkan, berat badan mereka tidak naik. Padahal mereka berharap berat badan mereka naik, tidak kurus kering seperti sekarang. Seperti lidi.

“Dih makanan aja yang lo pikir. Masalahnya gue lagi bokek nih. Kalo lo traktir sih gak papa.” Tiffany mengedipkan mata kanannya. Berharap temannya mentraktirnya.

“Tenang aja, gue traktir kok. Cuman itu gue anggep sebagai utang. Hahaha.”

Tiffany melipat kedua tangannya. “Itu sama aja gue beli sendiri.”

“Yang pentingkan lo bisa ikutan makan.”

“Mending jalan-jalan aja dah kalo kayak gitu ceritanya.”

“Gue gak lagi baca dongeng, Fan. Jadi gak tau jalan ceritanya,” jawab Farah enteng.

Kalau Farah bukan teman baiknya sekaligus teman dekatnya, pasti sudah Tiffany cekik lehernya. Greget!

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Oct 19, 2016 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Un Move OnOnde histórias criam vida. Descubra agora