Part 9

8.9K 294 3
                                    

***

"Gak, lo ga boleh pindah! Kalau lo mau pindah dari apartemen ini, lo mau tinggal dimana lagi!"

"Ya gue ga tau! gue cuma mau ngelupain semuanya, gue cuma mau itu!" Teriak (Namakamu) dengan histeris.

"Oh, Astaga (Namakamu).." Iqbaal lalu memeluk (Namakamu).

"Gue udah cape dengan semuanya Baal, gue udah cape! hks."

Bagaimana ini? Jika (Namakamu) pindah, tidak akan ada lagi yang bisa di goda Iqbaal, tidak akan ada lagi

"Jangan pergi (Namakamu), gue sayang sama lo." Lelaki ini mengeratkan pelukan nya, sepertinya ia benar-benar tidak mau kehilangan (Namakamu).

"Gue sayang sama lo." Ia mengulang lagi perkataan itu dengan sangat dalam dan tulus, tanpa disadari (Namakamu) lalu mengadahkan kepalanya.

"Apa? Lo sayang sama gue?"

Iqbaal terlonjak kaget dan sontak lalu melepaskan pelukannya. Lelaki ini benar-benar terlihat begitu sangat salah tingkah, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal itu.

"Ng ngga, lupain." Iqbaal mengibaskan tangan nya untuk melupakan omongan nya tadi.

"Tapi (Namakamu), gue mohon lo jangan pindah dari sini. Gue mohon," Iqbaal lalu mengalihkan pembicaraan nya, ia menatap (Namakamu) dengan teduh.

"Udah terlalu banyak kenang-kenangan gue sama Bidi disini, udah terlalu banyak." Lirih (Namakamu), Iqbaal menghela.

"Gue ngerti kok, gue ngerti. Tapi apa dengan lo pindah, masalah itu bakal selesai gitu aja? Iya? Nggak kan," (Namakamu) terdiam.

Iqbaal benar, belum tentu ia akan bahagia jika pindah dari apartemen ini. Ia tidak mudah melupakan kejadian konyol itu.

"Ayo lah (Namakamu).. Gue kangen sama lo yang dulu. Gue ga pernah liat lo nangis, gue ga pernah liat lo sedih, mana lo yang dulu! Lo yang slalu ceria, bukan lo yang lemah cuma karna cowo pengkhianat itu."

"Lo bener baal. Ngga ada guna nya juga cowo kaya dia ditangisin," lirih (Namakamu).

"Nah, gitu dong... Kan seger nge dengernya!" Ucap Iqbaal dengan penuh antusias, (Namakamu) tersenyum tipis.

"Gue balik dulu ya ke apartemen gue. Oh yaa, thanks makanannya tadi-"

"Eeeeh, tunggu tunggu tunggu. Gue ikut yaa, gue mau pinjem sapu sama lo, soalnya sapu gue ilang ga tau kemana." (Namakamu) mengangguk kan kepalanya, lalu ia dan Iqbaal keluar dan memasuki apartemen (Namakamu) yang bersebrangan ini.

~

"Nih, sapu nya."

"Wuih, makasih sayang." (Namakamu) lalu bergidik jiji saat Iqbaal melontarkan perkataan itu padanya:3

"Udah gih, sana pergi." (Namakamu) mendengus.

"Ga mau, wle." Iqbaal menjulur-julur lidah nya ke (Namakamu).

"Tuh kan, resek nya keluar lagi." (Namakamu) mendelik kesal

"Biarin," Iqbaal menatap (Namakamu) dengan sensual.

"Udah gih baal sana, ish" ucap (Namakamu) dengan kessal, Iqbaal lalu tertawa geli.

"You kiss me now." Lagi-lagi pria itu berkata dengan sensual.

"Apa?! Lo udah gila ya! Mana mungkin lah." Seketika itu, Iqbaal tersenyum miring.

"Jangan munafik deh lo! Giliran sama Bule Papua aja- ga pernah nolak," Iqbaal membuang pandangan nya kesembarang arah, ia menyindir wanita itu.

Sweet moment (14+)Where stories live. Discover now