The Vague Temptation Part 4

Start from the beginning
                                    

"Oh." ayahnya tampak tidak tertarik, matanya mengarah kembali ke televisi, "Hati-hati kalau begitu."  

Sekali lagi Alexa menghela napas panjang melihat ketidakpedulian ayahnya, dia kemudian masuk ke kamar, mengambil jaket dan tas mungilnya, lalu melangkah ke luar lagi.   "Aku pergi dulu ayah." gumamnya berpamitan.   Tidak ada jawaban dari ayahnya seperti biasa, Alexa keluar dan melihat supir itu masih menunggu di teras rumahnya,   "Saya siap berangkat." gumamnya kepada si supir.  

***   

Daniel "Kakek menyuruh orang menjemput Alexa kemari?" Nathan tidak mempedulikan tatapan menusuk yang dilemparkan oleh Daniel kepadanya, "Apakah kakek akan menjelaskan semuanya pada Alexa?"  

"Tentu saja." Albert Simon, kakek dari Daniel dan Nathan tersenyum lebar, "Gadis itu adalah penentu segalanya." matanya menyipit ke arah Daniel dan Nathan, "Dan aku harap kalian bersikap fair dalam persaingan ini."  

Daniel mendengus, lalu berdiri  dan melangkah ke arah bar yang tersedia di sudut ruangan,

"Bukankah Alexa seharusnya milikku, kakek? Kenapa sekarang kau menawarkannya kepada Nathan?"  

Albert berusaha memunculkan wajah datar di hadapan cucunya itu. "Sebelum Nathan datang, kau menolak mentah-mentah perjodohan ini, Daniel. Apakah kau sudah lupa?"  

Daniel tidak lupa. Ketika kakeknya mengatakan bahwa dia terikat janji perjodohan dengan seseorang di masa lalunya, Daniel marah besar ketika mengetahui bahwa dirinyalah yang dijodohkan, dia tidak percaya masih ada perjodohan di jaman sekarang ini, dan karena dia dibesarkan untuk mennjadi pemberontak, Daniel menentang habis-habisan perjodohan itu.  

Sekarang keadaannya berbeda. Perjodohan itu penting. Karena kalau sampai Alexa direbut oleh Nathan, maka si anak haram itu akan memegang posisi kunci di hati kakeknya dan juga di keluarga mereka. Daniel tidak akan membiarkan Nathan yang menang, dia akan mencegah hal itu terjadi dan membuat menghalangi Nathan menguasai segalanya.  

Matanya menatap tajam ke arah kakeknya, penuh kemarahan bercampur tududhan,

"Kita lihat saja nanti, kakek." gumamnya setengah menggeram.  

***   

Mobil itu berhenti di sebuah mansion mewah dengan gaya kolonial penuh dengan pilar-pilar yang kesemuanya bercat putih bersih. Di bagian depan ada tangga marmer yang mengantarkan ke teras yang dipayungi kubah bulat dengan lampu-lampu kekuningan yang tampak indah di tengah gelapnya malam.   Supir itu turun dari mobil, kemudian membukakan pintu untuk Alexa.

"Silahkan nona, kepala pelayan sudah menunggu anda di pintu depan, beliau akan membawa anda ke ruangan tuan Albert, mereka sudah menunggu anda di sana."  

Mereka?  

Alexa mengerutkan kening ketika turun dari mobil, dan kemudian melangkah ragu menaiki tangga marmer, kenapa supir itu menyebut kata 'mereka' seolah-olah ada lebih dari satu orang yang menunggunya? bukankah yang ingin menemuinya hanyalah Albert Simon? atau dia salah duga?  

Di depan pintu telah menunggu seorang kepala pelayan berpakaian resmi, dia menganggukkan kepalanya sopan ketika melihat Alexa.   

"Mari nona. saya akan mengantar anda." lelaki itu membalikkan tubuhnya dan memberi isyarat supaya Alexa mengikutinya. Dia diantar menaiki tangga yang menjulang dan berkarpet rawna cokelat hangat itu, dan kemudian melalui lorong-lorong yang penuh dengan lukisan-lukisan indah. Sampai kemudian mereka sampai di sebuah pintu besar di ujung lorong.  

Kepala pelayan itu mengetuk pintu dengan sopan.

"Saya datang membawa nona Alexa, Tuan Albert." gumamnya sopan di balik pintu.  

The Vague TemptationWhere stories live. Discover now