9. Where? [revisi]

2.9K 181 2
                                    

Rintik demi rintik turun dengan deras membasahi kota Jakarta yang padat di pagi hari. Reta turun dari bangku penumpang depan mobil ibunya yang mengantarnya pagi ini ke sekolah, berlari menyusuri koridor sekolah hingga akhirnya masuk ke dalam kelas dalam keadaan sedikit basah kuyup.

Setelah menyampirkan jaketnya di gantungan jaket dekat pintu masuk kelas, Ia berjalan menuju bangkunya dimana sudah di isi oleh Rachel yang sedang membaca buku di bangku sebelahnya.

"Rein belom dateng?" Tanya Reta sembari mengeluarkan alat tulis dari dalam tasnya. Rachel menggeleng mantap. Pandangannya tetap tertuju pada buku yang I abaca didepannya saat ini. Buku itu terlihat sangat tebal, taka da satupun gambar disana, membuat Reta yang melihatnya bergidik ngeri. "Woy kutu, baca apaan sih lo? Ngeri amat."

"Huss, berisik amat sih."

Reta pun membungkam mulutnya dengan mengangkat bahu tanda tak peduli. Ia memang tak bisa berbuat apa-apa kalau sudah mendapati teman sebangkunya itu tengah tenggelam dalam cerita novel.

Tak lama kemudian, Bu Helen yang pagi itu mengajar pelajaran matematika dikelas X IPA 1 masuk melangkahkan kaki menuju meja guru untuk segera duduk disana. Beliau mulai membuka map absen dan menyebutkan satu per satu nama yang tertera di absen tersebut.

"Rafael Alexander?"

"Ngga dateng bu."

"Randi Ardhian Januarta?"

"Hadir bu."

"Reindina Aliyah Januarta?"

Seisi kelas terdiam. Tak ada satupun dari mereka yang menerima kabar dari Rein, termasuk Rachel dan Reta.

"Bolos paling bu." Satu sahutan berhasil memecahkan keheningan kelas. Randi yang bangkunya terletak di pojok belakang kelas menatap Bu Helen berusaha meyakinkan bahwa Rein memang bolos hari ini. Seisi kelas menoleh memandang cowok itu yang terlihat sangat santai, termasuk Rachel dan Reta yang berhasil dibuat melongo, memperhatikan setiap lekuk wajah Randi hingga mulai menyadari sesuatu.

"Hel..."

"Hm?"

"Lo sadar sesuatu ngga sih?"

"Apaan emang?"

"Randi sama Rein nama belakangnya sama-sama punya Januarta." Rachel terdiam. Ia mulai tau arah percakapan Reta.

"Randi anak pemilik yayasan ini." Sambung Rachel. Matanya masih tertuju pada Randi.

Begitu pula Reta. "Dan lo sadar ngga sih, kalau di perhatiin wajah mereka emang mirip banget?"

Rachel mengangguk mantap. Hati kedua cewek itu seakan-akan berkomunikasi dan mengatakan bahwa Rein dan Randi memang bersaudara. Namun kenapa mereka berperilaku seakan-akan tidak memiliki hubungan darah apapun? Bahkan Randi rela mempermalukan saudarinya didepan umum dan Rein rela ingin menghabisi saudaranya didepan umum?

***

"Lein kita ke taman yuk! Ada ayunan balu disana!" Randi kecil merengek pada Rein kecil yang tengah bermain basket mainannya dihalaman rumah.

"Lein lagi main, Landi. Bental lagi ya." Kata Rein masih berusaha membujuk. Namun usaha itu sepertinya sia-sia dengan Randi yang masih terus merengek.

"Ayolah Lein, Landi haus banget pengen minum es jeluk abang-abang di taman", Randi merangkul lengan Rein agar bocah itu menghentikan permainan basketnya. Rein juga tidak bisa menolak karena Ia juga memang sangat haus dan sangat gemar meminum es jeruk abang yang berjualan disekitaran taman kompleksnya.

Gadis kecil itu pun berjalan mendampingi saudaranya bersama ke taman kompleks. Mereka berdua pun berlari girang begtu melihat abang es jeruk yang sudah mengenal mereka terlihat senang begitu melihat mereka menginjakkan kaki di taman itu.

O'Clock [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang