[11] help

1.7K 87 0
                                    

Jika sudah tidak peduli maka tinggalkan aku

Jika sudah tidak menganggapku maka jangan buat luka ini semakin dalam

Jika kau tak ingin aku ada maka hancurkan aku dengan hatimu.

Aku siap menerimanya.

••••
Aku terbangun dari tidurku setelah kemarin beribincang dengan dua sahabatku yang juga di sekap bersama denganku. Aku melihat sekeliling aku kira aku sudah bisa keluar dari ruangan ini namun belum ada yang bisa menolong sehingga Aku dan teman-temanku masih berada di sini.

"Bel, kamu udah bangun?."

Aku melirik ke arah samping ternyata Valerie lebih dahulu bangun di bandingkan Karisha.

"Udah val, kamu udah bangun dari tadi?." Tanyaku.

"Udah soalnya tadi Karisha sempat mengigau jadi aku terbangun." Jawab Valerie.

"Apa dia mengigau tentang ka Aldy?." Tanyaku.

Valerie mengangguk lalu menatap Karisha yang sedang tertidur begitu juga dengan aku.

"Kapan kita akan keluar dari ruangan ini?." Tanya Valerie.

"Aku berharap secepatnya. Pasti kamu lapar?." Tanyaku.

Valerie menangguk lemah, kasihan sekali.

"Kita harus keluar dari sini bel." Ucap Valerie.

"Gimana caranya? Disini ada jendela, namun jendelanya sangat kecil tidak muat untuk kita." Jawabku.

"Kita dobrak saja pintunya." Ucap Valerie.

Aku menghela nafas berar "saat lapar seseorang tidak mampu mengeluarkan tenaga besar."

"Jadi kita harus bagaimana?."

Aku menggeleng pelan, aku juga tidak tau apa yang harus di lakukan untuk keluar dari sini. Mungkin satu cara yang harus di tempuh yaitu berharap seseorang menolong aku dan kedua sahabatku disini.

"Arindah kamu ngapain kesini?." Tanya seseorang.

Aku dan Valerie saling melirik karena kami mendengar suara seseorang dari luar ruangan ini. Suara ini sangat khas dengan suara baritonnya, dan aku mengenali suara ini. Suara ini... Suara ka Kelvin.

"Vin, kamu tenang aja deh aku kesini mau cari sesuatu yang ketinggalan." Ucap ka arindah.

"Tapi kenapa harus ke gudang ini? Kamu gak nyembunyiin sesuatu?." Tanya ka Kelvin.

Seandainya aku bisa teriak 'ka Kelvin tolong kami! Kami disini, di jebak oleh ka arindah dan teman-temannya.'
Namun aku bisa apa?

Aku melirik ke arah Valerie, Valerie hendak berteriak meminta tolong namun aku mencegahnya dengan memegang tangannya.

"Apa yang kamu tunggu, ka Kelvin ada di depan? Dia pasti bisa tolongin kita." Bisik Valerie.

Aku menggeleng pelan "dia gak bisa tolongin kita, kita cari penolong yang lain."

"Maksud kamu apa bel? Kamu mau disini terus sampai ka arindah sama teman-temannya Dapet berkah?."

Aku menghela nafas sebentar "kita bisa meminta pertolongan tapi tidak kepada ka Kelvin. Aku mohon turutin perkataan aku kali ini, aku yakin kita akan segera keluar dari gudang ini."

Valerie menghembuskan nafasnya kasar seakan ia sudah lelah dengan perkataan atau jalan pikiranku.
Hingga pintu terbuka munculah ka arindah seorang diri tanpa teman-temannya dan juga ka Kelvin.

"Oh ternyata kalian sudah bangun." Ucap ka arindah.

Ka arindah melirik ke arah Karisha yang masih tertidur "dasar kebo! Sekalian gak usah bangun selamanya."

WLIT [1] : When Love Isn't TalkingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang