[Chapter 1] JUNG SEO JUNG

Mulai dari awal
                                    

"Ne-ne?"

Si pengawal yang terkejut dan salah tingkah berhadapan dengan Seo jung dengan cepat langsung memberikan kunci yang diminta.

"Yaa, hari ini.. aku akan bawa mobil sendiri lagi. Kalian.. pulanglah."

Perintahnya pada para pengawalnya sebelum membuka mobil dan duduk dikursi kemudi.

"Oh iya, anni. setelah ini kalian jangan pulang kerumah dulu. Tunggulah aku di taman yang biasanya kupakai untuk jogging. Karena jika kalian pulang tanpaku, aku yakin kalian bertiga akan digantung hidup-hidup oleh appa. Kalian mengerti maksud kata-kataku bukan?"

Katanya terakhir kali sebelum menutup pintu mobil dan berlalu dengan cepat meninggalkan area kampus itu.

Ketiga pengawalnya yang sudah terbiasa dengan sikapnya itu hanya bisa mendesah panjang dan mau tak mau harus menuruti perintah nona muda mereka itu lagi.

Walaupun ini sudah ke 8 kalinya Seo jung melakukan hal itu kepada mereka.

_***

Seo jung duduk di pantai beralaskan pasir putih. Saat ini sedang musim dingin, jadi bukan air laut saja yang mendingin, pasir pantai pun juga ikut terasa dingin.

Gadis itu mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol satu. Setelah itu tertera nama seorang pria di layar ponselnya.

Seo jung menempelkan ponsel itu ke telinga kanannya.

TIT..

TIT...

TIT....

TIT.....

TIT......

"Telepon yang anda hubungi, tidak menjawab. Cobalah beberapa saat lagi."

Seketika Kristal bening jatuh dari pelupuk matanya membasahi pipi mulus gadis itu. Seo Jung menangis.

"Hikss..

Hiks...

Hikss..

Oppa... Oppa eodiga?"

_***

Drrtttt...

Drrrttt..!!

Seorang Pria tengah duduk di sofa kamarnya sambil memainkan gitarnya.

Namun tampak pria itu tidak fokus dengan permainan gitarnya dikarenakan bunyi getaran ponsel yang berada pada meja dihadapannya.

"Arrgghh!"

Dengan emosi pria itu langsung membuang gitarnya dengan sembarangan ke sofa disebelahnya.

Diambilnya ponsel tersebut dan menatapnya dalam diam tanpa ekspresi apapun.

"Jung-Seo-Jung."

Pria itu mengeja nama si penelpon yang tertera pada layar ponselnya. Beberapa detik kemudian, Pria itupun menyunggingkan sebuah senyuman kecil.

"Tunggulah sebentar lagi." Katanya setelah itu.

_***

"Seo Jung-ah!"

Seorang yeoja menepuk keras bahu kanan Seo Jung.

"Auw!"

Seo Jung meringis kesakitan.

Melepaskan paksa earphone dari telinganya dan berbalik menatap wanita yang sudah berani memukulnya.

"Yaa Micheosso!?"

Bentaknya pada wanita berponi dihadapannya.

"Aigoo.. apa itu sangat sakit My seo jung? Hum? Hum?"

Goda yeoja itu sembari menggelitiki bagian bawah dagu Seo Jung.

Seo jung menepis tangannya.

"Nappeun yeoja."

Ucapnya sinis seraya berbalik dan berjalan mendahului yeoja itu.

Yeoja itu hanya menyunggingkan senyum manisnya kemudian berlari mengejar seo jung dan merangkul lehernya.

"Kajja, kita pulang bersama." Ajaknya.

"Shiero."

"Yak!"

Wendy menghentikan langkahnya dan menatap Seo jung dengan tatapan tajam. Ya, yeoja ini bernama Wendy.

Wendy Son. Sahabat Jung Seo jung sejak keduanya masih duduk di bangku taman kanak-kanak sampai sekarang.

Dan dialah satu-satunya teman yang Seo Jung miliki.

Terlahir dari keluarga konglomerat mengharuskan yeoja cantik itu susah mendapatkan teman, karena dilarang oleh Orang tuanya untuk berteman dengan sembarang orang kecuali dari keluarga konglomerat juga seperti Wendy.

"Wae, wae?"

"Berhentilah bersikap jahat. Itu sama sekali tak cocok denganmu."

Ucap Wendy kemudian.

"Inilah aku yang skarang. Mau tak mau, kau harus menyukai sifatku ini."

Balas Seo Jung seraya berjalan lebih dulu meninggalkan Wendy yang masih berdiam diri ditempatnya, menatap sedih punggung sahabatnya itu.

"Mengapa kau berusaha keras untuk merubah dirimu seperti ini. Gumanhae Seo jung-ah.. Bukankah itu menyakitkan?" Gumamnya.

Wendy sangat mengenal Seo Jung. Dia tahu betul bagaimana sifat yeoja itu. Dulu Seo jung tidak seperti ini.

Kehilangan seseorang yang sangat ia cintai 2 tahun yang lalu, membuatnya berusaha keras untuk merubah sifatnya yang dulu adalah yeoja yang lembut dan murah senyum menjadi yeoja angkuh yang dingin.

_***

"Hoaamm..."

Kim Myung soo terbangun dari tidurnya sembari duduk dan meregangkan otot-ototnya.

Ia tercengang melihat beberapa pelayan wanita yang sudah berdiri berjejeran di depan ranjang berukuran king size yang tengah ia tempati.

Namja itu menyunggingkan sebuah senyuman manis.

"Lee Ajhussi.."

Tuan Lee, Pria parubaya selaku kepala pelayannya yang dipanggil segera menghadap Tuan mudanya.

"Ne, Tuan muda.."

"Igeo mwoya? Ada apa dengan hari ini?"

Tanyanya dengan nada malas.

"Bukannya hari ini Tuan muda akan pindah ke Unniversitas Seoul? Mereka disini membawa pakaian-pakaian keluaran terbaru yang sangat cocok untuk Tuan kenakan dihari pertama kuliah."

"Ohh.. guraekuna."

Balasnya sambil menganggukan kepala tanda mengerti.

Myungsoo membuang nafas pelan sebelum beranjak dari ranjangnya dan berjalan ke para pelayannya yang berdiri berjejeran.

"Uummm... igeo."

Myungsoo menunjuk sebuah pakaian.

"Siapkan pakaian itu untukku. Palli. Aku rasa, aku sudah terlambat."

Katanya sembari lagi-lagi menyunggingkan senyum manisnya.

Kali ini kepada si pelayan yang memegang pakaian pilihannya.

Tbc~

.

.

.

•Tinggalkan jejak setelah membaca ya^^

I'M NOT HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang