Sudah berjalan lima setengah bulan dari kepergian Abigail. Zayn tampak sangat terpukul, begitu pula Louis. Bagaimana pun juga, mereka berdualah yang hidup paling lama bersama perempuan itu.
Zayn sangat terpuruk dan tidak teratur. Yang ia pedulikan hanyalah minum, minum, dan minum. Ia juga bertengkar dengan Shahid sesudah kepergian istri yang amat disayanginya. Bagaimana tidak? Tentu kalian ingat dong, bagaimana usaha Zayn dalam memperjuangkan gadis itu?
Louis juga tidak beda jauh. Tetapi. lelaki beraksen British ini pandai menyembunyikan perasaannya. Ia suka melamun sendiri, mengingat seberapa dekat dirinya dengan adik perempuannya pada saat itu. Tidak jarang juga ia menangis tersedu-sedu di tengah malam ketika mengingat adiknya. Dukungan dari istrinya, Eleanor, sangat membantu perkembangan psikologis Louis dalam menghadapi kehilangan yang dalam.
Keadaan sepasang anak kembar Malik tersebut pun tidak berbeda jauh. Zac tetap menyalahkan ayahnya atas kematian ibunya. Tidak jarang ia bertengkar dengan Zayn karena hobi Zayn yang terus mabuk-mabukan. Ia menjadi sosok yang sangat dewasa, dan bisa dibilang ia banyak memimpin keluarga ini. Beruntungnya, kearah yang benar. Ia juga benar-benar menjaga si kecil, Zara Skyavee, agar dia tidak merasakan ada yang kurang setelah kepergian ibu dan juga saudara kembarnya. Avee banyak menangis. Ia merupakan sosok perempuan yang tidak terlalu kuat, namun mencoba untuk tegar. Beruntung baginya, ada Dylan dan juga Luke yang selalu mencoba untuk menghiburnya. Sampai detik ini pun, Avee belum memilih dan menentukan siapakah yang pantas menjaganya. Dylan dan Luke sangat mengerti dengan kondisi yang dihadapi gadis yang mereka cintai ini. Mereka pun mulai berteman, walaupun mereka masih bersaing mendapatkan Avee.
"Zac, lo mau kemana?" tanya Avee sambil mengikuti jejak kembarannya menuju halaman rumah.
"Ketemu Lexi, dong. Apa lagi?" ujarnya sambil terkekeh.
"Jangan lupa, jemput Sky disekolahnya. Dan jangan telat juga," ucap Avee lagi. Mereka saling mendukung dalam membesarkan adiknya. Mereka sangat sadar betul akan keterpukulan ayahnya yang menyebabkan ketidakmampuan ayahnya membesarkan Sky yang terlampau masih rewel.
"Iya, iya. Gue tau." Zac meninggalkan saudara kembarnya sambil melambaikan tangannya. Mobil VW hitam itu pun melaju kencang. Avee kembali menuju ruang keluarga dimana ia dan Luke sedang berbincang-bincang.
"Avee," panggil Luke. Gadis itu menoleh dan duduk di sebelah lelaki berambut brunette itu. "Are you actually okay?"
"What do you mean by that? Do I look that I'm not?" tanya Avee balik.
"Hmm," gumam Luke. "I mean, it's about how you let your mum and your brother go." Gadis itu terkesiap mendengar perkataan Luke.
"Gue nggak tau," jawabnya sekenanya.
"You know, people have their own way to grieve. Gue belum ngeliat lo membaik. All of your jokes, your smiles, your laughs, it looks fake. Semua yang lo lakuin semata-mata untuk membuat orang lain senang, Vee. It's all lies." Avee merasakan jantungnya berhenti berdetak mendengar penjelasan Luke akan pertanyaan yang dilontarkannya sebelumnya. Ucapan Luke akurat. Avee belum membaik sedikitpun.
"I really don't know, Luke. I miss my mother. But, I just can't express it."
"Crying is okay. But don't cry because she's gone. Cry because you thanked God that He let your mother be a part of your life," ucap Luke. Ia memeluk gadis kecil itu. Avee menumpahkan air matanya di kaus putih lelaki itu. Tetapi Luke tidak peduli. Ia ingin gadis yang memenangkan hatinya itu merasa lebih baik.
"Rasanya seperti mimpi, Luke. Gue ngerasa dia masih ada." Avee menghapus air matanya.
"Gue tau, Vee. Berjanjilah bahwa ini kali terakhir lo menangisi Abigail dan Ian. Biarkan mereka tidur dengan tenang. Mereka berdua akan selalu berada di hati lo, kok."
"Mengapa ia diambil dari kehidupan gue secepat ini?"
"Tuhan membutuhkannya di surga, Vee. Ia orang yang baik. Tuhan pasti menempatkannya di posisi terbaik,"ujar Luke lalu mencium kening Avee.
"Avee! Luke! Aku ingin McDonalds!" seru seorang anak kecil lalu berlari memeluk kaki Luke dan Avee yang sedang berpelukan.
"Hi, Sky!" sapa Luke. Avee langsung menghapus air matanya cepat dan memasang senyum terbaiknya. Ia tidak ingin adiknya khawatir maupun merasa kehilangan lagi.
"Kamu mau apa, sayang?" tanya Avee sambil berjongkok disebelah adik perempuannya.
"Cheeseburger, can I?" tanyanya sambil tersenyum dengan imut. Ia mirip sekali dengan Abigail di masa kecilnya.
"Ayo kita pergi, Sky!" ujar Luke sambil ikutan berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan adik Avee. "Piggy bag ride?" tawar Luke. Sky langsung tertawa senang dan menaiki punggung lelaki itu. Ketiganya berjalan menuju garasi dimana mobil Luke terparkir.
Luke pun menyalakan mesin mobilnya dan menyetir maju. Dikanannya, terdapat Zac dan Alexis sedang bersenda gurau di teras halaman.
"Zac, Lexi! Apakah kalian mau ikut?" tawar Luke. Keduanya menoleh.
"Kemana?"
"McDonalds!" jerit Sky sambil tersenyum senang.
"No, thank you! Kami ada acara sehabis ini. Lexi mau pergi rekaman dan aku akan mengantarnya," ujar Zac. Avee dan Luke pun berpamitan.
**
HI, this is the first part.
Gue ganti jadi pake gue-lo biar lebih enak gitu (?) menurut kalian gimana? apa masih pake aku-kamu/kau aja? Tapi tetep kok kalo ke bapak ibu one direction anak-anaknya ngomong aku. Begitupula mereka kalo ke yang lebih muda kaya Sky
P.S: Mulmed : Zac & Avee. Bukan sama Luke atau Dylan
Comment down your thoughts!
Love, T.
Oh ya, gue punya buku baru tentang confessions in english gitu. Yang minat baca, monggo cek profile x
YOU ARE READING
This Is Not The End ⇨ Malik
FanfictionHidup tidak berhenti ketika seseorang meninggalkanmu. Dan sekarang, Zayn, Zac, Avee, dan Sky terpaksa melanjutkan hidup mereka tanpa Abigail. Dan inilah perjalanan hidup mereka, after Abigail. Tidak, tidak ada yang pernah sama setelah kepergian Abig...
