Tangannya mulai meraih batang itu dan alangkah anehnya. Kedua tangannya menembus pohon itu lalu dia membuka matanya sejenak.

Dia sudah berada di depan bangunan tua angker seperti yang dilakukan saat siang tadi [dunia manusia].

"Wow.. aku kembali.."

Hasekura mencoba membuka pintu itu lalu masuk kembali di dunia Naria. Akari masih menunggu.

"Diaa.. menghilang!"

"Akari-san! Aku sudah menemukan jawabannya!"

"Apa?! Jadi kau tadi tembus ke dalam pohon itu!"

"Coba kau pejamkan kedua matamu ke gubuk itu."

Akari melihat gubuk di depannya yang letaknya tidak jauh dari dirinya. Dia berjalan menghampiri gubuk itu.

Dia mencoba melakukan sesuai intruksi dari Hasekura. Dia begitu percaya dengan Hasekura karena hal yang dilakukannya tadi benar-benar berhasil.

"Lalu.."

Hasekura menyuruh Akari untuk mencoba memahami isi dunia Naria. Sesuaikan dirinya terhadap dunia Naria. Dan yang lebih penting lagi..

Percaya..

Percayalah dengan sihir..

"Baiklah aku percaya dengan sihir!
Terima kasih, Hasekura-chan!"

Hal yang dilakukan oleh Akari sama halnya dengan Hasekura. Hanya saja Akari beda tempat atau lokasi dengan Hasekura.

"Jadi.. sudah pulang ya?
Sama-sama!"

Hasekura juga melakukan hal yang sama.

Sudah sampai di depan banguan angker itu, dia melihat Ren yang masih belum pulang, tampaknya dia sedang menunggu sesuatu. Hasekura pun lalu menghampiri Ren.

"Ren-san! Kenapa kau tidak pulang?" Sapa Hasekura.

"Aku hanya menunggumu.."

"Menunggu..ku?"

Ren menatap Hasekura dengan tatapan tajam dan berkata..

"Sekarang ayo kita pulang!" Dia menghela nafas panjang.

"I-iyaa.. maaf telah membuatmu lama menunggu."

****

Waktu sudah pagi, sekitar pukul tujuh lebih dua belas menit. Ren mendengar suara ponselnya berdering keras.

Saat di terbangun, dia melihat siapa yang menghubungi pagi-pagi sekali menurutnya. Ternyata suara deringan itu hanya alarm yang ada di ponselnya. Alarm itu sudah hampir sepuluh kali bunyinya.

"Apa aku seperti itu?" Dia bergumam tidak percaya.

Kesiangan lagi, itu yang biasa dilakukan oleh Ren. Namun tidur kesiangan sudah hal yang biasa untuk Ren. Terkadang dia malah pernah bangun sampai jam sepuluh pagi.

Dia beranjak dari kasur dan mencari sesuatu untuk dimakannya. Perutnya sudah keroncongan karena lapar. Dia segera menuju ke lantai bawah untuk ke dapur.

Sampai di dapur, dia membuka kulkas.

"Hmm... telur dan sosis."

Dia mengambil sosis siap jadi itu lalu membuka kemasannya. Lagi-lagi dia memakan makanan yang sangat membosankan.

Dia melihat sejenak dalam kemasan itu dan tertulis..

Selamat! Anda telah mendapatkan satu unit mobil dari produk SoNak!
Tukarkan kemasan ini di toko terdekat!

"Hadiah mobil.. hmm.. buang saja. Aku hanya ingin diskon besar-besaran di mall."

Dia membuang kemasan itu ke dalam tong sampah di sebelah kulkasnya itu. Setelah dia makan sosis, dia segera bergegas mandi seperti biasanya.

Tidak ada rencana apa-apa untuk hari ini. Dia akan bekerja seperti biasa.

Setelah berdandan rapi seperti mau pergi ke acara pesta pernikahan, rambut acak-acakan dengan muka kusut tanpa semangat.

Dia segera pergi bekerja.

Di tengah perjalanan sendiri, dia selalu memikirkan kata-kata dari Hana. Yang ditakdirkan untuk menjadi Pasukan Mistis.

Namun, hal itu sulit juga untuk dipercaya. Jika ada dunia lain seperti dunia Naria. Rasanya seperti mimpi memang, dia terus memikirkan hal itu dengan memegang dagunya.

"Apa benar aku akan menjadi Pasukan Mistis?"

Tapi dia saat ini tidak ingin bekerja, melainkan dia berbelok ke salah satu Mall untuk pergi berbelanja pakaian.

Banyak toko yang berjajar disana. Dia hanya bingung melihat pakaian mana yang akan dibelinya, bukan masalah penampilan ataupun kualitas pakaian--tapi dia hanya mencari harga diskon yang paling tinggi.

Diskon 12%, 15% bahkan sampai 25% tidak membuatnya tertarik. Dia ingin melihat diskon hingga mencapai 99,9%

"Kenapa harga di jaman sekarang mahal ya? Coba saja kalau gratis."

Dia begitu bosan melihat tidak ada diskon yang cukup heboh. Dia berjalan terus sambil melihat orang-orang yang berteriak lantang untuk menawarkan barang dagangannya.

Tanpa sengaja dia melihat sosok wanita sedang membeli sebuah kaset DVD yang cukup mirip dengan Hana. Ren lalu memegang kedua pundaknya lalu memanggil Hana dengan keras.

"Hana! Bagaimana kau bisa ada disini!"

Wanita itu mendorong Ren kebelakang. Bahkan wanita itu tidak mengenal siapa Hana. Dia menatap Ren aneh.

"Siapa kau?! Aku tidak mengenalmu!
Pergi sana!" Bentak wanita yang mirip Hana itu.

"Jadi.. kau bukan Hana ya?"

"Hana darimana! Aku tidak mengenalmu bodoh!"

"Maafkan aku.."

Ren itu menatap wanita itu aneh, dari fisik dan wajahnya sudah benar-benar mirip dengan Hana. Ayolah, ini hanya pikirannya saja. Dia masih terbayang akan kejadian kemarin.

"Kenapa kau melihatku seperti itu! Pergi!"

Bentakkan dari wanita itu membuat Ren tersadar sedikit. Ren berjalan meninggalkan wanita itu, dia kembali meratapi kebosanannya. Entah kenapa dia tak ingin bekerja hari ini.

"Bahkan tidak ada satupun diskon disini.
Ohya.. aku harus menghubungi Hasekura," gumam Ren.

Dia mencoba mengambil ponselnya di saku celananya, tapi alangkah sialnya--ponsel yang sudah ada di genggamannya langsung direbut oleh anak kecil. Bahkan Ren pun juga tidak mengenali bocah tersebut.

"Ponselku.. kembalikan bocah! arghhh!" Teriak Ren dengan mengacak-acak rambut pendeknya. Kenapa kesialan ini harus terjadi padanya.

Mystical SaviorWhere stories live. Discover now