BAB 11

8.3K 329 4
                                    

Suasana di rumah bungalo milik keluarga Ilham kelihatan riuh dengan keramaian sanak saudara yang datang. Hampir semua sanak saudara dari keluarga Ilham dan Kinanti dari Semarang yang merupakan kampung Ilham sudah mulai berdatangan di rumah tersebut.

Kaum bapak berkumpul di teras depan mempersiapkan tenda, meja kursi dan semua perlengkapan pesta. Kaum ibu dan sepupu – sepupu perempuan Anastasya berkumpul di ruang tengah sedang mempersiapkan bingkisan kue dan menghias setiap jenis barang branded yang akan digunakan sebagai seserahan besok, semuanya berjumlah 10 macam seserahan dari pihak keluarga perempuan. Sedangkan anak – anak yang semuanya sangat gembira bermain di taman samping rumah dekat kolam renang, mereka kegirangan karena jarang – jarang diantara para sepupu dan keponakan bisa berkumpul bersama ramai – ramai.

Besok merupakan hari penting bagi Anastasya, hari ini merupakan hari terakhir Anastasya berstatus anak gadis karena besok acara pernikahan antara Anastasya dan Mikhael akan dilaksanakan di pihak perempuan.

Dari semua yang ada di ruang tengah itu, hanya Anastasya yang kurang menikmati kegembiraan berkumpul. Iyalah...hampir semua tante dan sepupu – sepupu yang ada semuanya suka mengenakan Anastasya sampai merah muka Tasya seperti rebusan tomat.

"Aku penasaran lah dengan calon suami kak Tasya ini. Mmmm tak sabar nunggu sampai besok" celetuk Trisna yang merupakan anak dari adiknya Ilham.

"Sttt.....budhe Kinan tadi siang ada bilang calon suami kak Tasya handsome" kata Murni adiknya Trisna tersengih sambil mengacungkan kedua jempol tangannya.

"Waaaahh....kak Tasya hebat, maulah kayak kak Tasya ini...sudah vanti dapat calon suami handsome, pasti nanti anaknya cantik" kata Trisna dengan penuh antusias. Sedangkan Anastasya hanya bisa memberikan senyum terpaksanya mendengarkan celotehan mereka. Meraka akan lebih antusias lagi kalau besok susah bertemu dan lihat sendiri bagaimana tampannya wajah Mikhael, tidak perlu dijelaskan sekarang.

"Ooohh iya...masak sih Tasya bisa dapat calon suami tampan, muka biasa aja...lainlah kalau kayak aku ini, sekali petik jari 3 cowok ganteng mendekat" kata Jane yang baru datang bergabung dengan gaya yang dibuat – buat, pakaian sangat ketat dan rambut yang dibuat berantakan.

Trisna dan Murni secara bersamaan langsung mencebik, sudah hafal sekali dengan sifat sepupunya satu itu. Dari dulu Jane memang terlalu sombong dan punya percaya diri yang sangat tinggi sehingga semakin dilayani semakin menjadi.

"Eaaaalahh ratu kampung muncul lagi..." bisik Murni kepada Anastasya yang ada disampingnya sambil mencebikkan mulutnya. Anastasya sendiri tidak begitu peduli dengan sikap Jane.

"Eh Jane...kamu ngaca gak sih kalau kamu itu gak bisa dibandingkan dengan kak Tasya, dari dulu kak Tasya sudah buktikan ke kamu kan kalau kak Tasya selalu menang dan selalu lebih darimu" kata Murni agak keras, lengan Murni ditarik sedikit oleh Tasya sebagai tanda agar tidak usah menanggapi sikap Jane yang tidak pernah mau mengalah itu.

"Kalau dalam hal pasangan, aku tidak kalah dengan Tasya. Aku bisa cari kekasih sendiri yang mencintaiku. Coba lihat Tasya....suami aja harus dicarikan sama om dan tante...kasihan..." kata Jane mencebik sinis.

"Kak Tasya bukannya tidak bisa cari calon suami sendirilah kak Jane, tapi om hanya pengen persahabatan dengan teman lama om bisa terus terjaga" bela Trisna karena memang semua anggota keluarganya tahu kalau Anastasya menikah karena dijodohkan.

Jane mendengus geram mendengar pembelaan Trisna tersebut, dengan kasar mendekat mau membuat perhitungan dengan mereka. Tapi sebelum pertengkaran terjadi Tante Mona yang merupakan ibu dari Jane sudah mendekat menahan pertengkaran. Tante Mona memegang kuat tangan Jane dan mau menariknya keluar agar tidak terjadi pertengkaran dengan sepupu – sepupunya itu.

"Sudahlah Jane, kamu itu tidak habis – habis timbulkan masalah kalau ketemu dengan keluarga besar. Malu ibu dengan saudara – saudara dikira tidak mendidik kamu dengan benar" omel Tante Mona kepada anaknya itu.

"Tapi benar kan bu kalau Tasya dijodohkan, gak bisa pilih calon suami sendiri" balas Jane tidak mau kalah.

"Sudah....sudah...pergi masuk kamar terus tidur, daripada bikin keonaran. Lagian yang menikah kan ya Anastasya, jadi mau tampan mau tidak tampan itu apa urusan dengan kamu. Udah kamu urus diri kamu sendiri aja gak bener" lanjut Tante Mona mengomel sambil menggiring anaknya itu masuk ke kamar tamu yang disediakan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi aktifitas mempersiapkan perlengkapan pesta masih belum berkurang. Begitupun dengan Anastasya, Murni dan Trisna yang masih asyik bercanda di lantai yang berasalkan permadani lembut itu.

"Tasya...masuk kamar nak. Cepat tidur biar istirahatnya cukup, cantiknya hilang kalau pengantin perempuan kurang istirahat" Kinanti mengingatkan anaknya untuk istirahat.

Tanpa menjawab ibunya, Anastasya berpamitan dengan kedua sepupunya itu kemudian menyalami tangan kanan ibunya untuk berpamitan mau istirahat. Setelah berpamitan dengan orang – orang yang ada disekitarnya Anastasya naik tangga menuju kamarnya.

Setelah sampai kamar, Anastasya cuci muka dan kemudian merebahkan diri di atas kasur sambil menarik selimut. Sebelum memejamkan mata, dilihatnya telepon genggam miliknya yang dari sore tadi ditinggalkannya di atas meja samping tempat tidur.

Dilihatnya ada banyak misscall yang setelah dicek berasal dari Aries. Anastasya langsung menghela napas panjang tiba – tiba teringat kenangan bersama Aries. Dilihatnya ada beberapa whatsapp dari Aries yang apabila dilihat waktunya dikirim Aries dari jam 7 malam tadi.

Aries:

Sweety...aku mohon jangan lanjutkan rencana pernikahan besok...

Aries:

Masih ada waktu untuk berubah pikiran, atau kita kabur dari rumah malam ini. Aku akan bantu kamu.

Aries:

Please Tasya...aku menunggu jawaban kamu. Aku tunggu di tempat biasa.

Aries:

Tasya...please pickup my call....:(

Anastasya hanya menanggapi sepi semua pesanan dari Aries itu, diletakkannya kembali telpon genggamnya di samping dia tidur.

Dia merasa bersalah dengan Aries dan ingin rasanya mengikuti perkataan Aries untuk kabur dari rumah. Akan tetapi rasa cinta kepada kedua orang tuanya lebih besar dibanding rasa cintanya kepada Aries. Akhirnya Anastasya tertidur dengan kesedihannya.

Waktu lewat tengah malam ketika pintu kamar Anastasya yang tidak dikunci itu dibuka dari luar. Dilihatnya Anastasya sudah tidur meringkuk di atas tempat tidur dengan selimut menutupi sampai atas dadanya. Didekatinya Anastasya kemudian duduk di pinggir ranjang. Disibakkannya rambut yang sedikit menutupi wajah Anastasya, dari situ terlihat ada cairan bening di bulu matanya bekas tetesan air mata.

Ilham memandang sayu wajah anaknya itu yang kelihatan menanggung kesedihan dan berusaha tidak menunjukkanya di depan dia dan isterinya. Malam ini dia merasa ada suatu perasaan yang hilang, anak perempuan satu – satunya yang selama ini dijaganya dengan sepenuh hati besok akan diserahkan kepada laki – laki yang akan jadi suaminya. Dengan begitu tanggung jawab terhadap Anastasya bukan pada dirinya lagi, melainkan pada suaminya sepenuhnya. Itulah yang membuat dia memasuki kamar Anastasya sebelum dia tidur.

Dikecupnya lama kening Anastasya.

Maafkan ayah nak...ketahuilah ayah sangat sayang sama kamu nak...kalau ayah memaksakan pernikahan ini itu karena ayah sangat ingin melihatmu bahagia. Sehingga apabila kelak ayah tidak ada di dunia ini lagi, ayah yakin ada orang yang dengan penuh kasih sayang akan selalu menjagamu dan membuatmu bahagia, kata Ilham dalam hati.

Setelah mengecup kening Anastasya dan membenarkan selimut Anastasya, Ilham menekan saklar mematikan lampu kamar dan kembali menutup pintu kamar Anastasya untuk menuju ke kamarnya sendiri.

******

TBC

Semakin mendekati hari pernikahan Anastasya dan Mikhael...masih bingung mau pakai konsep apa acara pernikahannya. Jadi dimasukkan ke bab selanjutnya aja ya ;D

voment dari para readers masih diperlukan yuaaaa....



SETULUS KASIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang