[3/3] Believing Is More Than You Can See

6.6K 721 106
                                    

Melihat klip prolog itu dipotong, aku menjadi yakin bahwa pihak agensi menyetujui pengunduran diriku.

KLAP

Pintu terbuka, ah itu pasti Suga. Aku harus pura-pura tidur. Kumatikan layar ponselku, lalu tidur menghadap ke arah tembok.

"Hyung, kau sudah tidur?" Aku memejamkan mataku dan pura-pura tertidur. Sepertinya Suga beranjak menuju ke ranjangnya setelah melihatku yang pura-pura tidur.

Dengan gerakan natural, aku meraba-raba ranjangku mencari ponsel yang kuletakkan di dekat bantal. Nakas terlalu jauh, Suga bisa curiga. Aku tidak meraba apa pun, kemana ponselku? Di bawah bantal juga tidak ada, di sebelah kiri tidak ada, kemana ponselku? Bisa gawat kalau Suga melihatnya!

"Cari apa, Hyung?" Aigoo! Ketahuan!

"Ummh?" Aku pura-pura baru bangun tidur. Meregangkan badanku, lalu membuka mataku malas. "Ada apa, Yoongi?"

"Kau cari apa?"

"Aku tidak mencari apa-apa. Mungkin tadi posisiku kurang enak."

"Bukannya kau sedang mencari ini?" Suga menunjukkan ponsel berwarna merah jambu. Itu ponselku! Apa yang sudah ia lihat? Bodohnya aku tidak memasang kode pengaman pada ponselku.

"Kembalikan itu!"

"Jawab aku dulu, apa yang kau diskusikan dengan Manajer Hyung?"

"Yoongi, kembalikan ponselku." Aku berusaha tenang.

"Aku bertanya padamu, Hyung!"

"Bukan apa-apa. Sudah kujawab 'kan? Sekarang kembalikan ponselku."

"Eit, belum selesai, Hyung." Namjoon kini memasuki kamarku dan mengambil ponselku dari tangan Suga. "Apa maksudnya ini? Artikel ini benar?" Namjoon menunjukkan beberapa judul artikel dari mesin pencari dengan kata kunci "Jin Bangtan Sonyeondan". Judul artikel yang ditunjukkan benar-benar membuatku tak dapat berkata banyak, seperti: "Jin Keluar dari BTS", "BTS Akan Comback Dengan Enam Personil?", "BTS Terancam Bubar", dan lainnya. Seakan-akan aku membuat rumor yang sangat mengena tentang BTS. Aku harus tetap kukuh dengan pendirianku sendiri. Aku harus bisa meninggalkan grup aneh ini.

"Kalau itu benar, apa masalahmu?" jawabku dingin.

"Oh, jadi apa yang Jimin katakan di ruang latihan tadi itu benar? Kau yang membuat Jimin menangis? Iya 'kan? Kau menghadap Manajer Hyung untuk mengatakan kalau kau akan keluar dari BTS? Bukan begitu, Kim Seokjin?!" Suga terus memojokkanku dengan pertanyaan-pertanyaan itu, bahkan ia sangat menegaskan akhir kalimatnya.

"Kau tidak tahu apa-apa, Yoongi," kataku.

"Tentu aku tahu, Hyung!" bentak Suga.

"Hyung, jangan emosi," ujar Namjoon mencoba menenangkan emosi Suga yang sedang meluap.

"Ini urusanku, Namjoon," jawab Suga.

"Urusanmu adalah urusanku, yang juga urusan BTS! Aku masih bertanggung jawab pada skandal ini!" Skandal? Seburuk itu?

KLAP

Semua mata tertuju pada J-Hope yang baru saja membuka pintu. "Yoongi Hyung, keadaan di luar semakin tidak terkendali!" kata J-Hope. Aku hanya bisa mendengar suara isakan tangis dan jeritan yang sangat menyayat hatiku. Suga keluar dari ruangan, menyisakan aku dan Namjoon.

"Kau bisa menceritakan semuanya padaku, Hyung."

"Ini bukan urusanmu, Namjoon," jawabku dingin padanya.

"Hyung ...," desah Namjoon.

"KAU TIDAK AKAN PERNAH MENGERTI!!!"

Namjoon menarik napas dan membuangnya perlahan, ia tersenyum simpul. "Hyung, kau tahu?"

Off The LimitsWhere stories live. Discover now