"

Jadi dia yang namanya Choi Minho?" Joonmyeon terlihat bahagia saat melihat sesuatu dalam ponselku.

Tunggu! Choi Minho?

"Apa yang kau lakukan? Kembalikan ponselku Kim Joonmyeon" teriakku tepat di telinga kanan Joonmyeon. Ia terlihat sangat bahagia saat melihat potretku bersama Choi Minho, mantan pacarku.

Padahal aku harap dia akan cemburu. Lupakan!

Joonmyeon berlari menyusuri koridor. Memaksaku untukd mengejarnya sebelum ia mengetahui lebih lanjut aibku yang lain.

"HEY!!! KIM JOONMYEON hentikan" Pekikku keras. Mengundang tatapan aneh dari setiap murid yang ada disana.

Nafasku tersenggal, jantungku terasa mau copot. Aku melupakan sesuatu. Joonmyeon bukanlah orang yang tepat untuk di bandingkan dengan kecepatan lariku yang seperti... keong.

Dari jarak 15 meter Joonmyeon terlihat bahagia dengan isi ponselku. Padahal awalnya ku pikir dia akan cemburu, marah atau sebagainya saat melihat potretku bersama Minho. Tapi kenyataan berbeda 180derajat. Ia malah tertawa senang dan meledekku habis-habisan.

Minho adalah satu dari jutaan pria brengsek yang ada di semesta ini. Walaupun enggan, tapi aku harus mengakuinya. Minho adalah pacar pertamaku. Ia juga cowok pertama yang membuatku sakit hati.

"Hey" Joonmyeon menyenggol pelan lenganku. Aku menoleh dan mendapati wajah tampannya yang penuh keringat.

Tuhan tolong. Kenapa Joonmyeon sexy sekali sih? Arghhh.

"Apa"

"Minho tampan kok" Joonmyeon tergelak sambil memegang perutnya. Menyebalkan.

"Terserah" desisku pelan. Joonmyeon tersenyum.

"..kau membuatku selalu ingin tersenyum" imbuhnya. Sesuatu terasa sakit di kedua pipiku. Joonmyeon mencubitnya sambil tersenyum manis.

Boleh aku mati sekarang?



🍁🍁🍁🍁





"Kita mau apa kesini?" Tanyaku heran.

Joonmyeon menggiringku ke meja pojok Restaurant Cina. Mengingatkanku pada sesuatu yang menyakitkan.

"Aku ingin mengenalkanmu pada teman lamaku. Dia tampan loh" Kami duduk dan menyesap milkshake yang Joonmyeon beli.

Restaurant ini tampak tak begitu ramai. Hanya ada kami dan sepasang kekasih di ujung sana.

Restaurant cina. Ini tidak mungkin. Mereka berbeda!

"Nah! Dia sudah datang!" Celetuk Joonmyeon sambil tersenyum pada namja berseragam di dekat pintu kaca.

Napasku tercekat. "Maldo andwae (nggak mungkin)"

"Chorong pasti kau sudah mengenalnya kan? Hihi.."

"B-bagaimana kau mengenalnya?"

Choi Minho. Yah--aku menatap matanya sengit. Dan ia malah tersenyum manis padaku.

"Annyeong (Halo) Rongie!" Ujarnya riang.

Aku mohon! Siapapun bawa dia pergi dariku!

"Kau sengaja dengan semuanya?" Ucapku dengan nada sedingin mungkin. Mungkin tatapanku mulai tak bersahabat sekarang.

Joonmyeon menautkan kedua alisnya, "maksudmu?"

Ha ha. Aku sudah menduga semua ini. Trik murahan.

"Kau memanggilnya kesini untuk bertemu denganku dan agar dia bisa bertemu lagi denganku lagi dan mengajakku balikan da-"

"Chorong-a bhkk.. apa maksudmu?" Minho dan Joonmyeon saling bertatapan.

Sedetik kemudian tawa mereka pecah. Apa-apaan sih ini? Ini bukan hari ulang tahunku kok.

"Si gendut ini memang selalu pede ya? Hey Joonmyeon dimana kau menemukannya?" Ledek Minho sambil tergelak. Wajahnya bahkan terlihat merah.

Brengsek! apa katanya? GENDUT?

"Siapa bilang aku mau balikan denganmu? Aku hanya ingin membicarakan sesuatu dengan Joonmyeon bodoh!" Celetuk Minho.

Aku bangkit dari sofa dan meninggalkan mereka. Persetan! Aku tidak akan bertemu dengan Joonmyeon atau si Brengsek Minho lagi.



🍁🍁🍁🍁




Shinbi menopangkan dagunya ke atas gelas cokelat. Ia sahabatku selain Mina. Sebenarnya sudah seperti adikku sendiri. Karena kami sudah bersama sejak kecil.

Gaya pemikirannya yang seperti orang tua sedikit membantu masalah-masalahku.

Aku masih terdiam dengan lautan tissue di sekitarku. Satu.. dua.. tiga.. aku tak yakin berapa kotak tisue yang ku habiskan hanya untuk menangisi kedua cowok itu.

Joonmyeon dan Minho.

Tiba-tiba saja Shinbi tersadar dari lamunannya dan menatapku remeh. "aku tau akar dari semua ini!" Ujarnya.

"Huh?"

"Kau!" Shinbi melayangkan telunjuknya pada dahiku. Membuatku berjengit kesal karena tingkahnya.

"Kau gila? Aku yang jadi korban bodoh! Kenapa aku yang jadi masalahnya!"

"Kau harus menghilangkan syndrome konyolmu Park Chorong!"

Syndrome? Aku bahkan tak merasa memiliki syndrome apapun seumur hidup.

"Huh?"

"eoh! Berhenti bersikap 'kege-eran' pada siapapun. Karena itu membuat para namja dengan mudah mempermainkanmu seperti boneka"

Aku tertegun. Apa kegeeran termasuk sebuah syndrome? Humh. Entahlah.

TBC

Hold Me TightWhere stories live. Discover now