Part 1

22.9K 462 6
                                    

Aku mengamat-amati cincin berlian yang bersarang di jari manis kananku. Sudah 5 tahun cincin itu ada di situ. Aneh, pikirku. Apakah cincin ini yang terlalu kecil, atau aku yang bertambah gemuk? Aku menghela napas. Aku tahu itu Cuma alasanku. Alasan untuk melepas cincin itu, dan memberi alasan pada suamiku, bahwa cincinnya sudah kekecilan.

Aku mengambil napas dalam-dalam dan melepas cincin itu, buru-buru membuka lemari pakaian dan meletakkannya di bawah tumpukan baju-bajuku. Selesai, pikirku.

"Di mana cincinmu?" sudah kuduga. Setelah keluar dari kamar mandi dan menuju dapur, suamiku sudah memergoki bahwa aku sudah melepas cincin kawinku.

"Oh, ya, cincinku agak kekecilan. Yah, kau tahu kan, aku agak 'membesar' akhir-akhir ini. Cukup menyiksa," alasanku.

"Oh, begitu. Hm, haruskah cincinnya kau lepas?" tanyanya lagi.

"Kurasa ya, untuk beberapa saat ini," jawabku.

***

"Oh baiklah, apa yang akan kau perbuat kini?" decak kawanku, sejak kuliah, namanya Jane.

"Jalan, tanpa pakai cincin," ujarku, "menikmati seperti masa lajang."

"Aneh. Memangnya kenapa kalau sudah menikah? Atau jangan-jangan..."

"Hm... tak seperti dugaanmu," jawabku, "aku hanya ingin menjadi lajang, hanya beberapa hari."
"Kadang idemu gila. Sungguh, kau membawa pencobaan bagi dirimu sendiri."

"Well, apa salahnya bosan menjadi wanita rumah tangga?" gumamku.

The CommitmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang