part 3

21.7K 870 2
                                    

Titi tetap setia menjadi teman gue dan ternyata benar. Dia temen sd gue dulu yang sempat pindah ke cinere dan balik lagi kesini entah apa alasannya.

Disini lah gue berada, rooftop. Anyway, Titi nggak sebaik penampilannya. Jikalau di buat rasio, kenakalan gue menyentuh angka dua puluh lima persen sedangkan titi lima puluh persen. Apalagi, kacamatanya dilepas dan rambutnya diurai berantakan semua orang yang melihat dia akan langsung beranggapan bahwa titi bukan anak baik baik.

Penampilannya memang sangat menipu guru dan staff sekolah, sampai banyak yang berasumsi kalo titi kena guna guna dari gue yang pake susuk dengan kekuatan super. Seh, dikata gue ultraman dengan kekuatan super suwe bener dah.

"ta, mau nggak?" dia menawarkan gue benda haram candu yang merusak kesehatan paru itu

"boleh,"

Gue mengambil sebatang dan menyalakakannya dengan korek yang gue bawa. Huft tenang banget emang kalo hidup jauh dari orang tua tuh. Mama gue pulang sebulan sekali, kalo dia inget itu juga

"ti, kakak lo yang nggak guna itu masih hidup?,"

"masih lah, lu gatau apa oma sayang banget sama ratu uler kadut itu?"

Titi hidup sangat berkecukupan tapi karna orang tuanya kebih sayang ke dia dibanding kakak perempuannya, jadilah titi samsak berjalan. Ngomong soal kakak, gue juga punya kakak laki laki dan... Kembaran yang suka cari muka sama keluarga besar gue

Jam tangan masih menunjukan pukul enam pagi, jarang ada manusia datang sepagi ini kesekolah kecuali gue dan titi karna ingin mengisi paru paru dengan nikotin. Apa kabar ya sama anak yang ngancem gue waktu itu?

*drrrt
Hellen's calling

"mbak vel dimana sih? Kok aku samper ke rumah gaada?"

Nada bicara hellen keliatan panik,
"aku udah berangkat,len. Lagian tumben banget nelpon?"

Gue menjauhkan diri dari titi sambil menginjak rokok yang hanya sisa sedikit
"mbak yakin berangkat jam segini? Biasanya osis lagi inspeksi mbak, checking kesana kemari barangkali ada hal mencurigakan atau menemukan benda terlarang. Posisi mbak veli sekarang dimana?" 

Gue melotot.
Sebenernya tempat ini kurang pantas dibilang rooftop. Orang cuma bangunan yang lantai nya dari semen dan kebetulan aja pohon rumah penduduk rindang jadi panas pun ngga akan terasa

"halo, mbak?"

"gue di lantai paling atas. Kenapa?"

Terdengar helaan nafas berat disana
"mbak sekarang turun, tapi, hati-hati. Jangan ninggalin apapun diatas. Aku sebentar lagi sampai ke sekolah"

Gue langsung mengajak titi turun. Meskipun awalnya dia menolak mentah mentah karna gulungan nikotin itu belum sepenuhnya habis, dia akhirnya mengikuti gue. Bukan perkara takut, titi hanya menjalankan peran anak baik baiknya mulus

"eh,Titi? Tumben banget jam segini udah dateng. Biasanya enam lewat empat tiga baru dateng" sapa perempuan dengan nametag Clara

"iya, aku mau piket soalnya. Duluan ya, ra" pamit titi dengan suara selembut mungkin

Gue masih membuntuti titi ala film film action. Dia lari ke kelas sebelah untuk mengambil cairan pembersih kaca, disusul gue mengambil taplak ke ruang kebersihan

Clara, anak yang tadi keliatan ramah sama titi merubah tatapannya jadi judes ke gue macam mbak mbak antagonis di ftv
"ravellita, sebelumnya gue udah tau siapa lu sebenarnya. Lu berlindung dibalik kepolosan titi yang aslinya sama, bukan?"

Gue menatap Clara panik. Asli, mana pernah gue bawa identitas gue ke publik. Gue nggak pernah speak up siapa gue sebenarnya, emang dasarnya gue aja suka bikin ulah dari dulu

"Pinter juga ya keluarga Chlorin ngembunyiin anak kayak lu"

"Ra, kalo lu tahu apapun tentang gue diem."

Clara tersenyum sinis
"Nanti kalo gue kasih tau siapa gue, lu jangan panik, ya?  Ah iya, awasin adik sepupu tuh"

Clara pergi ninggalin gue gitu aja. Pihak sekolah tau gue kakak sepupunya Hellen dan yang jadi polemik adalah, dia selalu menghukum gue ketika gue bikin ulah. Namun kali ini, tumben banget dia sampai memperingatkan kalo gue harus berhati hati jangan sampai ninggalin jejak apapun, terharu rasanya.

Nggak mau membuang waktu gue lari ke kelas pasang taplak batik yang tadi gue ambil. Anak anak melihat gue rerheran heran, kok tumben banget ravel mau bantu piket

"Vel, lu tobat? Tas lu juga udah berat nih" sapa Regha

"Haha ya nggak, lah. Kalo bisa gue bantu ya bantu, masalah ulah mah nomer satu hahaha"

Anak anak kelasan mendesah kecewa. Titi dan Hellen menghilang entah kemana, yang ada di kelas tinggal tas pulpen hitam polkadotnya saja. Apa jangan jangan mereka di celakain sama seseorang?

Tiba tiba speaker kelas berbunyi

*krrsk *krrrsk
"perhatian perhatian untuk siswi yang bernama Ravelitta  Madrier diharap untuk menemui ibu Siska di ruang BK. Sekali lagi untuk siswi yang bernama Ravellita Madrier segera menemui ibu Siska di ruang BK. Terimakasih"

Gue lari, bukan mau ke BK. Tapi mau menemui seseorang yang sangat berjasa. Siapa lagi kalau bukan sepupu gue Hellen Aryasafina. Begitu sampai di depan kelas 7-4, Hellen menyeret gue ke rooftop dan menatap gue macam emak yang mergokin anaknya yang bilang kerja kelompok realitanya nge date bareng doinya

"el- el mbak bisa jelasin. Mbak ngga ninggalin apa apa diatas"

Hellen mencari sesuatu di saku rok nya, dan ternyata kotak nikotin yang sudah lusuh itu tertinggal dan ditemukan sama Hellen. Reaksi gue? Biasa aja sebenernya. Cuma kasian aja Hellen harus jadi bahan gibahan satu sekolah

"mbak tau ini yang nemuin siapa? Andre mbak. Temen mbak sendiri. Apa nggak malu?"

"loh, terus sekarang Andrenya mana? Lu juga kenapa masih disini? Bukannya udah jam bu Sukma?"

Hellen naik ke atas mungkin manggil Andre yang ada di ruang OSIS

"Tata," panggil Andre

Gue ogah ogahan menengok. Pasti deh mau ceramah lagi
"Tata tolong jangan ngerokok lagi, bisa? Andre capek tau lari kesana kemari untuk ngamanin barang bukti nya. Sekarang  anak anak osis lagi nyari barang bukti nya meskipun disana masih kesisa sedikit"

Gue menganggukan kepala sebagai rasa bersalah, kalo udah gini gue ngga tau mau apa lagi, kepala gue rasanya buntu. Tapi ini juga pelarian diantara masalah keluarga gue yang lain

"vel gue tau lu bisa berubah, berubah ya demi gue?" bujuk Andre

"nanti ya ndre,"

Gue lari sambil keluar dari sekolah dengan menelpon taksi online. Masa bodo dengan sekolah, karna barang bukti udah di tangan gue sendiri













































































































988 words:")
Aslinya mau ditambahin, mungkin jadi seribuan tapi males ah wkwk takutnya kalian pada gumoh:)
Voment nya ditunggu hehe

I Am A Bad Girl 「R E V I S I」Where stories live. Discover now