Sungjae Pain

419 16 4
                                    

haihaihai Ada yang nunggu story inikah? Aku harap ada (Ngarep banget). Untuk story kali ini author harap reader suka. Happy reading guys. :)

Haera POV

Dingin.

Aku merasakan dingin. Bukan dingin dari pendingin ruangan. Melainkan dinginnya udara pagi.

Dingin?

Udara?

Masuk ke dalam kamarku?

Siapa yang membuka jendela kamarku?

Aku membuka mataku secara perlahan. Membiasakan mataku menangkap sinar yang menyilaukan. Sampai akhirnya aku melihat seorang namja berperawakan tinggi sedang merentangkan kedua tangannya yang memegang gorden kamarku.

Aku memerhatikan setiap bentuk tubuhnya yang beberapa hari ini selalu berada di dekatku. Bukan, bukan di dekatku. Tapi, berada di rumahku.

Sungjae.

“Hya, kenapa kau selalu membuka jendela kamarku sih.” Ujarku, Aku terganggu oleh dinginya udara pagi.

“Biarkan udara pagi masuk kedalam kamarmu.”

“Bisakah hanya kamarmu saja yang mendapatkan udara dingin ini? Tutup jendela kamarku.”

“Shireo. Udara pagi sangat baik untuk kesehatan.” Aku bangun dari posisi tidurku. Kemudian aku  berjalan menuju jendela itu untuk menutupnya kembali. Sial, aku berjalan dengan mata yang masih tertutup. Membuat ku kehilangan keseimbangan saat ingin menutup jendela. Untung saja Sungjae berada di dekat jendela dan dengan sigap menarik pinggangku, kalau tidak… Aku akan patah tulang, karena jatuh dari lantai dua.

Sungjae memelukku erat. Entah mengapa aku merasa ada yang aneh dengannya. Mengapa dia seperti lelaki lemah yang takut kehilagan sesuatu yang sangat dicintainya.

Merasa berat di pundak sebelah kiriku, aku mencoba untuk melihat apa yang membuat pudak kiriku terasa berat. Sungjae. Dia yang membuat beban di pundak kiriku. Matanya tertutup rapat, Sungjae menaruh kepalanya pada bahuku. Aku dapat merasakan hembusan napasnya di leherku. Sungjae itu semakin mempererat pelukan itu. Membuatku sesak napas.

“Hya, lepaskan tanganmu. Aku sulit bernapas.” Namun, Sungjae menghiraukan ucapanku.

“Sung… Jaaaaaaaaeeeeeeeee.” Aku kembali berteriak. Dan itu membuat Sungjae melepaskan pelukan itu. Sebenarnya aku tak tega meneriakinya. Dia seperti namja yang perlu dikasihani. Aku kasihan padanya.

“Mian.” Ujar Sungjae. Yang segera pergi meninggalkanku sendiri di dalam kamar.

Apa yang sebenarnya terjadi denganmu? Mengapa sikapmu begitu aneh? Kadang terlihat menyebalkan, kadang terlihat menyedihkan, kadang terlihat… akh sudahlah.

Sungjae berjalan gontai saat meninggalkan kamarku. Mengapa aku merasa dia sangat menderita dan memerlukan perhatian lebih dari seseorang?

Aku hanya dapat melihat punggungnya yang semakin lama semakin menjauh dari jarak pandangku.

@@@

“Sungjae, mari kita sarapan bersama.”

“Ya.”

Lama menunggu Sungjae yang tak turun ke bawah, aku memutuskan untuk ke kamarnya.

Betapa terkejutnya aku, saat melihat kamarnya berantakan (lagi). Ok, kamarnya memang tak lagi penuh dengan cangkang snack, tapi, kamarnya penuh dengan besi-besi dan perkakas yang sama sekali takku mengerti. Sepertinya dia sedang merakit sesuatu.

“Apa yang sedang kau lakukan.”

“Oh, ini, aku sedang merakit sepedaku.” Ujarnya masih dengan memutar sesuatu dengan sesuatu.

Love(Hate) In jejuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang