Bagian 1 ( My world )

20.2K 893 8
                                    

Jeslyn Afton

"Seperti ini Jes..." ucap Jack seorang photographer sambil memperagakan pose vulgar.

"Are you crazy? Ini sangat menjijikan!" Ketusku kesal saat aku harus berpose sedikit menarik tali bikini agar terkesan sexy. Aku fikir ini adalah akal-akalan Jack agar ia mendapatkan foto sexyku. Dasar kau pria mesum!

"Ayolah Jes, kau sedang melakukan pemotretan pakaian bikini. Bukan sedang melakukan pemotretan gaun pengantin," protes Jack yang tengah memegangi camera nya.

"Ini terlalu vulgar Jack! Aku sangat tak nyaman,"

"Come on Jes, 1 kali lagi okay." Aku merasa dipermainkan oleh photographer mesum ini. Aku beranjak dan tak menghiraukan Jack yang menggerutu tak jelas. Aku bukan wanita murahan yang mengeksploritas tubuhku. Ah pakaian ini sangat membuatku jijik. Bikini pantai yang bebuatku memamerkan seluruh tubuhku.

Aku meraih tas dan dengan cepat memakai pakaianku dengan lengkap. Ku ikat rambut curlyku yang terurai sebahu. Aku bergegas meninggalkan studio Jack tanpa pamit padanya terlebih dahulu.

"Oh shit!"

"Kau tak bisa seenaknya keluar dari studio ini sayang." Gumam Jack yang tengah memeriksa beberapa foto yang ada di cameranya. Jack benar, jika aku keluar dari studionya begitu saja, maka kilatan blitz itu seenaknya mengambil gambarku dan akan menyebar berita yang tidak mengenakan hati. Semua ini adalah salah Abigail! Dia selalu menyebar fakta yang sama sekali tak terbukti kebenaranya.

Semua media tengah berlomba - lomba mendapatkan berita tentang hubunganku dengan Jack Photographer terkenal ini. Dengan pria mesum seperti dia? Oh no! aku lebih memilih menjadi model majalah dewasa, dibanding harus menjadi kekasih Jack.

Jack terkekeh geli melihatku begitu kebingungan mencari cara agar bisa melewati para pemburu berita di depan studio Jack. Jack meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. "Jemput Jeselyn di studioku. E- jangan lewat pintu depan. Lewat dari belakang. Hubungi aku jika kau telah sampai di belakang studioku." Jack mengantongi kembali ponselnya dan kembali asik dengan cameranya.

"Kau- menelpon siapa?" tanyaku heran. Jack melirikku dan meletakkan cameranya di meja. Menghela nafas sebelum ia menjawab pertanyaanku.

"Aku menelpon supirmu. Akan berbahaya jika kau melewati para reporter di depan studioku." Jelas Jack.

"Thanks," ucapku begitu dingin. Walaupun Jack adalah bad boy, tapi kuakui ia adalah seorang pria yang mempunyai sisi baik. Walau ia pernah mencoba meniduriku, tapi ia adalah pria yang gentle. Mengajak wanita tidur bersamanya dalam keadaan sama - sama bersedia. Aku akui, Jack adalah pria tampan, sangat popular. Tak heran jika ia banyak di puja oleh banyak wanita.

Aku mengenalnya saat aku tengah melakukan pemotretan iklan majalah mingguan. Dia adalah kenalan Abigail, bahkan Abigail berniat untuk menjadi penengah agar aku dan Jack bisa bersatu. Oh, jangan coba - coba mengatur soal percintaanku Abigail. Tak semudah itu kau lakukan. Kau boleh memerasku untuk menjadi lumbung uangmu. Tapi tidak dengan persoalan asmaraku.

Bukan hanya Jack pria yang berusaha Abigail jodohkan denganku. Bahkan Abigail mengenalkanku pada seorang konglomerat yang jelas - jelas masih memiliki istri sah. Oh aku bukan wanita perusak rumah tangga orang. Abigail adalah ibu tiri yang sangat manis. Manis seperti ular bergaun indah. Dengan cara halusnya ia merayuku agar dapat mengais uang lebih banyak lagi.

Jika kelak aku menikah dengan pria yang kaya raya, ku pastikan kau akan ku tendang Abigail. Betapa aku muak dengan ibu tiriku itu. Ayahku? Entah bagaimana pria itu terlihat sangat patuh pada Abigail wanita iblis itu. Ayahku tak dapat berkutik saat Abigail telah memutuskan sesuatu. Bahkan aku putrinya sama sekali tak ia dengar atau bahkan ia bela.

***

"Kau telah sampai? Baiklah." Jack melirikku.

"Apa?" tanyaku ketus.

"Sopirmu telah ada di belakang. Gunakan ini untuk menutupi kepalamu." Jack melempar sebuah syal padaku. Aku meraihnya dan memakainya lengkap dengan kacamataku. Aku berjalan keluar dari studio dengan begitu hati - hati. Aku berlari menuju mobil BMW yang telah menungguku. Dengan cepat aku memasuki mobil dan segera menutupnya kembali.

"Jalan." Perintahku pada Sovian, sopir pribadiku yang sudah 5 tahun ini mengabdi denganku. Aku merasa hanya dia dan bibi Julia lah yang baik denganku. Aku duduk dengan posisi merunduk, berusaha agar para pencari berita itu tak melihat.

"Kita kemana nona?" tanya Sovian. Aku melepas semua kostum yang aku gunakan untuk menyamar dan sejenak menghela nafas.

"Pulang ke apartemenku." Ucapku pelan. Sovian hanya menganggukan kepala dan melajukan mobilnya menuju apartemen pribadiku yang aku beli dari hasil kerja kerasku selama ini. Tentu saja aku tak satu atap dengan monster memuakkan itu. Siapa pun tak akan tahan tinggal seatab dengan wanita seperti Abigail.

Dia sangat manis di depanku guna untuk merayuku melakukan hal - hal yang sangat menguntungkan baginya, tapi tidak bagiku. Sudah cukup aku terus menerus mematuhi semua yang diinginkan Abigail. Peri tak berhati itu selalu memeras dan memperalat tanpa ia berfikir bagaimana perasaanku. Ia seorang ibu, tapi hatinya sama sekali tak mencerminkan bahwa ia adalah seorang malaikat. Aku merindukanmu ibu. Aku merindukan sosok ibu yang sangat mencintaiku, bukan sosok ibu tiri yang begitu kejam seperti Abigail.

Tak sadar buliran kristal telah berjatuhan dari celah mataku. "Kau tak apa - apa nona?" tanya Sovian yang melirikku dari kaca depan. Aku hanya bergeming dan menganggukan kepala. "Kau tak perlu sedih nona. Kau masih memiliki kami yang peduli denganmu. Dan Jack, aku fikir dia sangat perhatian padamu." Ujar Sovian memebela pria mesum itu. Ehm, aku akui Jack memang pria yang begitu baik. Tiba - tiba mobilku tak sengaja menyerempet sebuah mobil yang ada di depan.

"Astaga..." pekik Sovian yang saat itu menginjak rem mobil dengan cepat sehingga membuatku terbanting pada jok mobil. Beberapa pria bertubuh kekar keluar dari mobil yang tak sengaja tertabrak oleh mobilku.

"Keluar!" teriak salah satu pria itu.

"Ada apa Sovian?" tanyaku begitu khawatir. Sovian hanya menoleh sebentar ke arahku dan menghela nafas. Ia membuka pintu dan menghadapi pria bertubuh kekar di luar sana. Aku hanya mengintip dari jendela penumpang tanpa membukannya sama sekali. Aku takut jika ternyata pria itu adalah bayaran Abigail. Tiba-tiba salah satu diantaranya mengetuk jendela penumpang dengan sangat kasar. Kulirik Sovian yang kini di pukuli pria yang entah darimana asalnya. Tak tega melihat Sovian diperlakukan seperti itu, Aku mencoba memberanikan diri membuka pintu mobil.

"Tetaplah di dalam, Nona," pekik Sovia yang berakhir dengan pukulan di wajahnya. Pria tadi menarik lenganku dan berusaha menyeretku ke dalam mobil jeep yang ada di depan.

"Lepaskan! Siapa kalian!" teriakku. Pria itu tak menggubrisku dan terus menyeretku.

Tinnnnn! Tin.. Tin!

Sebuah mobil dari arah berlawanan membunyikan klakson dengan sangat kencang, membuat semua orang kini menatapnya dengan sangat heran. Ketika mobil itu terbuka, tampak seorang pria dengan jas hitam keluar dan mendekatiku. Para pria bertubuh kekar yang mencengkram lenganku menatap heran pada pria berkacamata yang baru saja menghampiri. "Lepaskan dia," perintah pria tersebut.

"Siapa kau beran-berani memerintah kami!" gertak salah satu pria bertubuh kekar itu.

"Aku Aron Albern."

===============================================================

Maafkanlah diriku yang baru bisa melanjutkan cerita ini hiks ><.

kali ini janji deh secepat mungkin bakalan update part selanjutnya. semoga menghibur ya^^

mari VOMENT nya hihi

The royal bridal (Complite)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang