Bab 14: Si Pasangan Baru

Start from the beginning
                                    

Mereka ingin mengawali dan menjalaninya sebaik mungkin. Mengeluarkan dari agenda kencan hal bernama syahwat, agar lebih mudah mengenali hati masing-masing. Menjadi normal dan sesuai nilai-nilai.

Berpura-pura suci? Menjadi hipokrit?

Bukan itu maksud mereka berdua. Ini sebuah keputusan yang terlalu pribadi bagi Emyrrumi dan Myanna. Apa salahnya berusaha menjalaninya dengan benar? Seumur hidup mereka tahu sudah mereguk candu dunia sebelum saatnya. Jadi apa salahnya kali ini menuruti ide romantis itu?

Menahan diri dari hasrat yang menuntut dan menjadikan diri mereka indah satu sama lain, di saat pertama dengan restu jagad raya?

Rumi tidak bisa tidak menolak ide Myanna yang berawal dari racauannya yang berbobot saat mereka membuang waktu memandangi lampu-lampu kota Bandung di Oray Tapa, dari atas kap Evoque Rumi, bertemankan ketan bakar dan sekaleng bir ringan yang mereka bagi bersama.

Myanna bilang beruntung sekali orang-orang yang sanggup menjaga diri. Sebuah bukti jelas mereka disayang Tuhan karena siapa yang bisa keluar dari hasrat tanpa gemetar dan merutuki diri bodoh tidak berlanjut terlena?
Rumi menatap Myanna kala itu dan bertanya apa yang bisa ia lakukan agar Myanna merasa beruntung disayang Tuhan?

Menjalani sebuah hubungan yang tidak dibiaskan nikmat yang direguk raga masing-masing, begitu kata Myanna.

Maka Rumi terkejut betapa Myanna berpikir sama dengan dirinya. Mereka saling tatap kemudian sama-sama melempar senyum. Tidak lagi saling bicara, hanya duduk nyaman saling merapat sambil memandangi lampu-lampu kota. Bandung, kampung halaman, sedang cerah di penghujung musim hujan. Angin dingin dari hutan pinus menenangkan. Baik Myanna dan Rumi yang duduk saling merapat, sudah meyakinkan hati masing-masing agar bertindak tidak gegabah, menjalani masa penjajakan yang manis yang tidak berliku. Itu saja cukup supaya mereka bisa tahu pasti seberapa berartinya kisah yang kini mereka jalani.

Tadinya, sebuah kecupan tidak apa, pikir mereka.

Sayangnya mereka yang sudah tahu candu apa yang menanti di ujung ciuman ternyata memang jelas memerlukan lebih dari sekedar niat dan keyakinan. Rumi nyaris gila menahan diri tidak memagut lagi Myanna yang duduk mengangkang di pangkuannya.

"Aahh, aku mempersulit kamu."desis Myanna sewaktu merasakan ada yang sudah mengeras di sela selangkangan Rumi.

"Maaf."desahnya penuh sesal dan berdiri menjauhkan dirinya.

Yang justru membuat Rumi nyaris meledak mendengarnya. Ia mengerang dan menggenggam erat pergelangan tangan Myanna.

"Oh tidak, Sayang! Aku bisa gila!"

Myanna meringis, "Aku beneran mau jadi anak baik!"rajuknya.

Mereka lama saling tatap, mencoba meraba hati masing-masing. Akhirnya Rumi menyerah. Meski enggan, ia melepaskan genggamannya terhadap tangan Myanna.

"Kamu bener-bener tau caranya bikin aku mabuk kepayang."gerutu Rumi.

Tawa kecil Myanna yang kini duduk di depannya terdengar, membuat Rumi memandangnya sedikit kesal.

"Ya udah deh. Kita jalan aja yuk? Di rumah berdua gini bikin aku takut kita batal jadi anak baik."desis Myanna.

Rumi terkekeh geli, "Ini malem Minggu, pasti macet banget! Semua tempat rame dan kamu itu selalu ngomel-ngomel ga jelas jadinya."

Myanna menghela nafas, "Ya terus gimana? Bareng kamu gini bikin logika aku goyang, tau."

"Jangan pasang tampang kayak gitu dong! Bikin makin susah jadi cowok baik-baik."kata Rumi sebal.

Myanna memandang Rumi.

"Kenapa?"

Myanna bergedik, "Enggak apa-apa."

Affair of MeWhere stories live. Discover now