sudah direvisi:::THREE [POOR ALISHA]

7.7K 527 33
                                    

[Alisha]

Gue jongkok di pinggiran jalan yang sepi ini. Gak ada kendaraan yang lewat, apa lagi angkutan umum. Supir alay gue pergi entah kemana.

Gue melirik jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan gue yang bertatto kupu-kupu kecil. Pukul 17.43, hampir tiga jam setelah waktu pulang sekolah. Pasti Mang Deden ngira gue kelayapan.

Gue mengambil Iphone 5S dari saku kemeja putih ketat yang gue kenakan, dan langsung mengeline Mang Deden.

Alisha: Dimana lo? Gue sendirian nih, balik-balik lo gak ada.

Berselang 5 detik Mang Deden langsung membalas. Bisa gue tebak kegiatan dia sekarang, yaitu ngepost foto di instagram. Dia itu sopir anti-mainstream, bahkan dia pernah selfie di mobil gue yang dia akui di mobilnya. Tapi gapapa, dia sopir yang paling lama bertahan jadi sopir gue. Bahkan dia pernah gue telpon jam dua pagi buat nganterin gue ke you know lah dengan iming-iming bonus gaji.

Deden Suraden: Gw kira loe kelayapan ama temen2 loe.

Fyi aja sih, Mang Deden itu alayers.

Alisha: Sekolah gue, gc.

'Ting.. nong'

Deden Suraden: Sekolah loe kan buanyak tenan.

Gue mengernyit.

Alisha: Yang tadi pagi lo anter, oneng. Cepetan ah, sepi nih, nanti gue dibawa orang.

Deden Suraden: Mana ada yang maoe bawa biawak lepas macem loe.

Anjrit, gue yakin lo semua gak pernah ketemu supir macem dia 'kan? Durhakanya minta ampun.

Alisha: KE SEKOLAH GUE, S E K A R A N G.

Mang Deden tidak langsung membalas, lima menit berselang, mungkin dia sedang merangkai kata-kata.

Deden Suraden: Gimana yeuh? kan shift gue kata joeragan coema dari jam 6 pagi sampe 3 sore.

Alisha: Beneran? Gue potong nih gaji lo.

Deden Suraden: Kan yang ngegaji gw itu joeragan, bukan loe. Bhay, gw maoe pacaran doeloe ya ama Mbak Iyem.

Skakmat. Gimana nasib hamba-Mu ini sekarang Ya Tuhan? Kirimkanlah seorang malaikat penolong untuk hamba-Mu, Tuhan. Edisi alim, ketik-ketik publish.

Suara motor tertangkap oleh indera pendengaran gue. Serius? Tuhan baik banget deh, jadi pengen taubat. Tapi gak janji, gak sekarang juga ya.

Gue berpaling, tampak seorang cowok mengendarai motor ninja hitam. Saat dia hampir sampai di tempat gue berdiri, gue mencegat dan menghalangu motor itu agar tidak bisa lewat. Sontak dia mengerem mendadak.

"NGAPASIH SIH, LO?" Cowok itu membuka helm-nya menatap gue kesal. Dan dia... si Ketua Osis menyebalkan itu, idih, gak ada yang bagusan.

"Anterin gue pulang." Gue langsung to-the-point.

Karel menatap gue dengan tatapan apaan-sih-lo. "Ogah!" Dia menjawab dengan tidak kalah to-the-point.

"Oh.. Ternyata lo itu tipe yang tega ninggalin cewek sendiri di jalanan sepi kaya gini." Gue mengangguk-angguk sok paham.

"Gue gak ngerasa kalau lo itu cewek."

"Lo emang ngeselin banget ya!" Kaki gue menendang motor Karel sebagai pelampiasan amarah, tendangan itu membuat Karel sedikit kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh.

"Jangan tendang motor gue, Berandal!" Karel menatap gue dengan amarah tertahan.

"Emangnya lo gak punya kaki? Jalan aja sana, atau gak naik angkutan umum yang lewat aja. Susah banget kayanya, atau lo gak punya ongkos?"

"Mana ada sih sejarahnya gue gak punya duit cuma buat naik angkutan umum? Please, gunain mata lo sekarang, dan lihat gak ada angkutan apapun yang lewat." Kata gue sarkastik.

Karel menatap gue sebentar, "Derita lo!" Dia mengenakan helm hitamnya lagi, bersiap untuk pergi.

"Lo mau pergi? Jahat banget lo ya, Gila! Gak habis pikir gue! Tega banget najis! Cuih banget gue kenal sama lo!" Gue melepas semua bacod yang daritadi gue tahan, dan sialnya gak dihiraukan oleh Karel.

"Udah ya, Bye!" Karel memacu motornya sampai tidak terlihat oleh indera pengelihatan gue.

Seriusan gue di tinggalin.

Bakalan gue inget ini selama hidup gue!

***

Gue langsung merebahkan diri dikasur. Gue capek setengah mampus, bayangin lo jalan dua kilometer dengan penuh amarah. Gue baru tau ada orang setega dia.

Ini seriusan hari tersial gue.

Change [Bad Girl vs Good Boy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang