1. Aku Mencintainya

303K 10.4K 181
                                    

BAGIAN 1: AKU MENCINTAINYA

SASIKIRANA

Aku berjalan menyelinap di sela-sela kendaraan yang berhenti karena jalanan yang macet. Berulang kali aku tidak memedulikan teriakan seseorang di belakangku yang berusaha mengejarku.

"Sasi, tunggu."

Bukannya berhenti, aku yang kini sudah sampai di trotoar malah semakin mempercepat langkahku, mengabaikan teriakan yang semakin gencar di belakangku. Sebuah cekalan di lenganku sukses membuatku berhenti dan membeku di tempat.

"Kenapa lari terus?"

Pertanyaan itu tidak sanggup kurespon dengan baik. Sentuhan kulitnya di lenganku mampu membuatku bergetar ketakutan. Sepertinya orang yang sedang mencekal lenganku sadar. Karena sedetik kemudian dia melepas tangannya dari lenganku dengan cepat.

"Ehm, maaf," ucap orang itu lagi.

Aku mengembuskan napas beberapa kali, menetralkan detak jantungku yang sedari tadi memompa dengan kuat karena habis berlari ditambah dengan sentuhan ringan orang di belakangku. Perlahan aku berbalik menghadap orang yang sedari aku keluar kampus, mengejarku. Aku mendongak, laki-laki di depanku balas memandangku dengan khawatir.

"Kamu nggak apa-apa?" tanyanya.

Aku menggeleng pelan lalu berbalik lagi, berusaha mengabaikannya untuk kesekian kalinya.

"Kamu pulang sama siapa?"

Suara di belakangku masih saja membuntutiku.

Feri, nama laki-laki itu. Laki-laki yang sejak semester pertama sudah berusaha menarik perhatianku. Laki-laki yang benar-benar tulus dengan perasaannya padaku yang dia ungkapkan di tahun kedua masa kuliah kami. Kami memang tidak satu jurusan, tetapi satu fakultas.

"Aku antar, ya?" Suara itu lagi.

Aku masih tetap berjalan tanpa menoleh lagi padanya. Dia memang baik, perilakunya sopan dan dia juga disegani orang-orang di sekitarnya karena kepandaiannya dan kecakapannya. Tetapi permasalahnnya aku yang belum terbiasa dengan kehadirannya. Walaupun dia berulang kali mencoba menampakkan dirinya di sekitarku. Aku terlalu takut padanya. Dan pada semua laki-laki lain.

Kecuali ....

Suara hp terdengar. Aku merogoh tas tanganku dan melihat nama Kak Aurel terpampang di sana. Aku segera menjawabnya.

"Kamu di mana? Aku udah di depan kampus kamu."

Aku melirik pada gedung fakultasku yang tidak jauh dari tempatku sekarang. Kulihat sebuah mobil terparkir di sana. Dan aku tahu itu mobil milik Kak Aurel.

"Iya, Kak. Aku ke situ."

Setelah mematikan sambungan telepon, aku berkata singkat pada Feri tanpa menatapnya.

"Aku udah dijemput."

Terdengar embusan napas frustrasi dari laki-laki itu, tapi aku tetap saja pergi meninggalkannya dan kembali menuju depan gedung kuliahku. Aku sampai di samping mobil Kak Aurel dan langsung membuka pintu penumpang depan. Kududukkan tubuhku di jok dan menutup pintu di sampingku. Aku mengatur napasku karena masih saja merasa tidak tenang.

"Kamu kenapa, Si?"

Aku membuka mataku dan menoleh pada Kak Aurel yang menatapku cemas.

"Aku nggak apa-apa, Kak," kataku sambil mengusahakan seulas senyum di bibirku.

"Benar?" tanyanya tidak yakin.

Aku hanya mengangguk mantap. Mobil mulai berjalan meninggalkan pelataran parkir gedung kuliahku.

PAIN (TERBIT) ✔Where stories live. Discover now