Teruskanlah

5K 61 26
                                    

"Aku mencintaimu Sa."

Evan memegang kedua tanganku dan menatapku dalam, tatapan hangat yang membuatku meleleh. Matanya memancarkan cintanya padaku. Bibirnya menyunggingkan senyuman khas favoritku yang membuat siapa saja melayang ke angkasa jika melihatnya.

Ya, siapa saja boleh melihat senyuman itu. Tapi dia hanya tersenyum padaku. Catat!! PADAKU!!

Aku tak bisa berkata-kata. Hanya bisa tersenyum lebar dan meneteskan air mata. Suaraku sembunyi entah di mana. Mungkin karna saking bahagia, dia menari-nari, melayang-layang ke khayangan, bertemu bidadari dan tak mau kembali.

Selang beberapa waktu, setelah aku memaksanya pulang ke tenggorokanku, akhirnya dia kembali.

"A a aku juga mencintaimu, Evan!"

Dengan terbata dan sekuat tenaga akhirnya kalimat itu terucap juga dari bibirku yang masih tersenyum lebar.

Evan melepas genggaman tangannya padaku, menautkan jari-jari tangan kirinya pada jemari kananku. Dia menuntunku melewati taman bunga warna-warni. Aku hanya bisa mengenali bunga mawar di taman itu. Karna pikiranku, mataku, hatiku masih terlalu bahagia untuk membaginya dengan apa saja, siapa saja. Kecuali Evan tentu saja.

Kami sedang berada di taman bunga yang sangat luas dipenuhi bunga-bunga cantik. Bunga-bunganya disusun rapi sehingga membentuk suatu pola unik dengan degradasi warna cantik yang mengelilingi fountain. Di sekeliling fountain ada bangku-bangku taman menghadap ke taman bunga dan membelakangi fountain. Bangku-bangku itu terbuat dari besi tempa dengan ukiran bunga dan sulur-sulur daun. Kami duduk di salah satu bangku. Tidak ada kata yang terucap. Kami hanya saling menatap dan berpegangan tangan. Mengucap cinta dengan tatapan.

Kami serasa sepasang Pangeran dan Putri negeri dongeng yang sedang menikmati hari-hari indah bersama. Saling mencintai dan menyayangi.

Kriiiinnnngggggg

Kriiiiiiiinngggggg

Kriiiiiiiiinnngggg

Suara monoton terdengar memekakan telingaku. Suara apa itu? Aku merasa terganggu tapi enggan memalingkan wajahku dari Evan. Aku takut jika aku mengalihakan pandanganku, dia akan hilang.

Kriiiinnnngggggg

Kriiiiiiiinngggggg

Kriiiiiiiiinnngggg

Suara jelek itu semakin kencang saja terdengar telingaku.

Kriiiinnnngggggg

Kriiiiiiiinngggggg

Kriiiiiiiiinnngggg

Semakin lama semakin keras. Huft. Mau tak mau aku memalingkan pandanganku. Memandang sekeliling taman.

Tiba-tiba bayangan hitam merenggut Evan dari tanganku. Evan berteriak. Aku mencoba menarik tangannya. Tapi bayangan itu terlalu kuat. Tapi suara jelek itu masih saja terdengar. malah semakin keras.

Akhirnya aku terjatuh.

Kriiiinnnngggggg

Kriiiiiiiinngggggg

Kriiiiiiiiinnngggg

Aku membuka mataku dan tiba-tiba saja aku sudah berada di bawah tempat tidurku. Selimut tebal Mickey Mouse kesayanganku melilit tubuhku dengan cantiknya. Aku benar-benar mirip lemper.

Kriiiinnnngggggg

Kriiiiiiiinngggggg

Kriiiiiiiiinnngggg

Huuuuaaaaaa suara itu benar-benar menulikan telingaku sekarang. Ku tutup telingaku dengan kedua tangan.

Sial! Alarm memaksaku kembali ke bumi. Dengan terseok aku ambil waker yang ada di meja samping tempat tidurku dan menekan kepala mickey mouse itu. Terpampang nyata angka 7:30 pada perut jam mickey mouseku.

Cerita Cinta KitaWhere stories live. Discover now