Penyesalan Terdalam - Bagian 2 (END)

1.8K 62 29
                                    

“Haiiii….. Cepat siniiii…..!!!”

“Tunggu….”

“Cepatlah, aku abisin semua ni cupcakenya!”

“Enak saja! Cupcake itu kan Mamaku yang buat!”

"Hihihihi. Makannya ayo cepat sini!!"

Aku langsung berhenti bermain ayunan yang digantung pada cabang pohon flamboyan dan berlari menghampiri anak perempuan yang sudah berada di pintu masuk rumah. Aku berlari menyusuri halaman belakang rumah menuju tempat Cupcake. Halaman itu sangat luas dengan pemandangan perkebunan teh yang tertata rapi membentuk pola-pola apik dan terlihat bagai hamparan karpet hijau. Butuh waktu beberapa saat untuk mencapai muka pintu.

"Hei, mana cupcake bagianku?" tanyanya begitu sampai di depan pintu.

"Ambil sendiri sana."

"Huh! Kenapa kamu gak ngambilin sekalian sih?"

Cupcake menjulurkan lidahnya, anak perempuan itu berlari menuju ayunan dan meninggalkanku sendirian. Kuncir ekor kudanya melayang-layang ke kiri dan ke kanan seirama dengan langkah kakinya. Aku berlari menuju dapur untuk mengambil kudapan favoritku itu. Tapi sesuatu merusak pandanganku. Aku melihat ayahku sedang bermesraan dengan wanita! Aku kenal wanita itu! Dia bukan Mamaku! Amarah segera mengalir di seluruh tubuhku.

"PAPA!!!!" Aku berteriak sekuat yang aku bisa. Mereka tersentak dan menjauhkan diri. Aku tak peduli lagi. Aku berlari sekencang mungkin. Berlari. Berlari. Dan terus berlari.

Aarrgh.....

Aku membuka mata dan langsung terduduk di atas kasurku. Mimpi itu lagi. Sudah lama aku tak memimpikan kejadian itu  lagi.

Aaaarrrggghhhh............. Kenapa waktu itu Asa harus datang ke rumahku bersama ibunya????? Kalau saja dia tidak merengek main ke rumahku, kejadian itu tidak akan terjadi. Atau setidaknya aku tidak melihatnya. Mereka semua menyakiti Mamaku!!! Tapi itu bukan salah Asa. Dia tidak tau apa yang terjadi. Oh Tuhaaann........

Aku menagis dalam diam. Semua ini membingkan untukku.

***

"Pak Evan?"

Aku terkejut saat sekretarisku tiba-tiba saja sudah berada di depan mejaku. “Kenapa gak ketuk pintu?” betakku.

“Maaf Pak, tadi saya suda mengetuk pintu. Tapi sepertinya Pak Evan tidak mendengar.”

“Lain kali kalau saya belum suruh masuk, jangan masuk sesukamu!”

“Baik Pak, maafkan saya.”

“Hm. Ada apa?” Aku kembali memusatkan perhatianku pada pekerjaanku.

“Bukannya tadi Pak Evan yang memanggil saya?”

Hah? Ya Tuhan!! Sejak kapan aku jadi pikun? Ku hentikan pekerjaanku sejenak dan mengalihkan perhatianku padanya.  “Oh tentu saja. Apa Redo sudah menyerahkan laporan hasil meeting dengan Cakra Group tadi?”

"Belum, Pak. Nanti saya tanyakan pada Dewi."

"Suruh dia selesaikan dummy storyboardnya sekalian."

"Baik Pak. Ada lagi yang bisa saya bantu?"

"Kau boleh keluar." Aku kembali menekuni pekerjaanku.

Perusahaan Advertising ini kudirikan bersama kedua sahabtku, Redo dan Doni sejak dua tahun lalu. Sebenarnya latar belakang pendidikan kami berbeda-beda. Redo adalah sarjana ekonomi yang lebih suka mendesain dari pada menghitung atau membuat pembukuan. Doni adalah sarjana hukum yang bercita-cita menjadi notaris. Dan aku sendiri, lulusan arsitektur.  Awalnya aku dan Redo hanya sekedar iseng saja menekuni bidang advertising dan hanya untuk sambilan. Tapi Doni yang akhirnya meyakinkan kami membuat perusahaan sendiri. Dengan modal tekad dan nekat, jadilah kami mendirikan REDvertising ini.

Cerita Cinta KitaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora