Adam : Works too

Setelah berfoto selfi beberapa kali, ku pilih gambar yang menurutku terbaik lalu ku kirim pada suamiku.

Adam : Aaargh. Miss u more!

Aku : Miss u much much more!

Semenjak kepergiannya? Setiap hari kami bertukar pesan pendek. Sering juga saling berkirim foto.

Tak jarang juga ber-skype ria. Kadang dia melakukannya dengan teman-temannya. Nathan, Mell, Alex dan Sandy. Mereka menyapa dan menggodaku. Aku bisa menilai bahwa mereka orang-orang baik yang peduli pada Mas Adam.

Hal ini juga kadang menggangguku. Dunianya disana. Dia tampak bahagia. Bersama sahabat-sahabat yang saling menyayangi. Sedangkan duniaku disini. Walau tak pernah ku katakan, sesungguhnya aku tak yakin ingin tinggal disana.

***

Hari ini aku diminta Bu Ratih menemaninya belanja bulanan ke supermarket. Setelah selesai, majikanku itu mengajakku ke gerai makan tak jauh dari supermarket sambil menunggu Pak Omar yang masih di toko buku.

"Ayah, ibu tunggu di Es Teler 77 ya." Begitu kata Bu Ratih kala bertelepon dengan suaminya.

Setelah memesan makanan, kami mulai bersantap.

Tak disangka handphone bunyi. Aku tidak enak hati karena melalui ringtones nya aku tahu siapa yang menelepon.

Aku diamkan saja. Lalu mati. Bunyi lagi. Mati lagi. Bunyi lagi.

"Ti, hp kamu nyala dari tadi. Kok gak diangkat-angkat?"

"Mmh..."

"Angkat dong...tuh bunyi lagi..."

Dengan berat hati, ku ambil hp dari tas selempang mungilku. Hati-hati ku tutup layarnya yang memunculkan gambar suamiku.

"Halo..."

"Nastiti. Kok gak diangkat-angkat. Kamu gak papa?" Ada kepanikan dari nada suara Mas Adam.

Aku berdehem.

"Gak papa. Aku sedang bersama Bu Ratih, habis belanja bulanan..." kataku, pelan.

Bu Ratih tampak menyimak dengan rasa ingin tahu. "Siapa?" katanya pelan.

Aku menggelengkan kepalaku perlahan. Dahi Bu Ratih berkerut.

"Halo?...ya sudah...kabari kalau sudah di rumah. I realy miss you babe. Can't sleep..."

Tidur?

Ahh. Perbedaan waktu.

Kadang membingungkan.

"Ya sudah...nanti dikabari lagi ya..." Aku menjawab setenang mungkin tanpa mengatakan kalimat i miss you too. Sedih rasanya. Tuhan tahu betapa aku merindukan suamiku.

Setelah sambungan telepon ditutup, aku segera memasukkan hp ke tas.

"Siapa itu? Pacar kamu ya?"

Aku diam sesaat. Lalu mengangguk pelan.

"Punya pacar kamu sekarang. Hati-hati jangan bikin pusing ibu. Kuliah yang bener. Jangan macem-macem..."

Rumahku, di Hatimu (The Beginning of Undeniable Love Series)Kde žijí příběhy. Začni objevovat