SAG - 4

2.2K 159 2
                                    

Hujan mengguyur kota Jakarta membuat Ara nggak bisa kemana mana didepan sekolah. Dan lagi lagi Ara ceroboh tidak membawa payung, ini dikarenakan Ara mengganti tasnya sebelum dia pergi menginap dirumah Eci kemarin.
Ara memeluk dirinya sendiri kedinginan, bajunya mulai agak basah karena terkena cipratan air hujan. Cuma ada dirinya dan satpam di gardu pos sekolah yang tersisa disekolah, semua murid sudah pulang daritadi sebelum datang hujan.

"Neng.." Ara menoleh saat pak satpam datang dengan payung dan jaket ditangannya. Pak satpam memberi payung dan jaket tersebut kepadanya.

"Ini tadi ada yang kasih payung sama jaket ke saya katanya buat Eneng." Ara menerima pemberian pak satpam.

"Terimakasih, pak. Tapi siapa yang kasih ya, pak?"

"Saya gak tau namanya, Neng. Dia cowok murid sekolah kita kok, dia tadinya lagi teduh di pos karena naik motor, dia pake jaket itu, terus dia lepas dan kasih ke saya sama payungnya dia, katanya buat Eneng." Terang pak satpam, Ara mengangguk angguk mengerti.

"Tapi dia masih ada dipos, Neng. Neng mau ketemu orangnya?" Ara langsung mengangguk, dia dengan cepat memakai jaket dan payung yang dikasih pak satpam, kemudian menerobos hujan bersama pak satpam ke pos.

"Yaah, Neng. Orangnya udah pergi. Tadi motornya ada didepan pos padahal." Ara mendesah kecewa melihat pos satpam kosong gak ada siapa siapa.

Ara bingung kepada orang itu, kenapa harus memberi kejutan dan bantuan ini semua harus diam diam? Padahal Ara mau bertemu dengan orang itu dan mengajaknya berteman.

"Yaudah deh, pak. Saya pulang aja. Kalau ketemu cowok itu bilangin ya terimakasih dari saya." Pak satpam mengangguk sambil mengacungkan jempol. Ara pun pergi pulang menerobos hujan dengan payung dan jaket pemberian dari cowok misterius.

***

Ara mengerjapkan matanya beberapa kali, matanya bergerak cepat melihat langit langit kamarnya berubah menjadi warna putih dengan lampu besar yang menyala terang menyilaukan matanya. Alisnya mengerut mengingat kalau terakhir dia sedang berjalan masuk kedalam perumahan dan selanjutnya dia lupa apa yang terjadi.

"Ara, alhamdulillah kamu udah bangun." Ara menengok dan langsung meringis kesakitan saat merasakan kepala bagian belakangnya berdenyut.

"Jangan bergerak cepat cepat dong, Ra.." ucap Bunda Ara khawatir. dia mengusap usap kepala Ara dengan pelan.

"Bun, aku dirumah sakit? Kok bisa?" Tanya Ara masih lemas.

"Kamu tergelincir jalan licin pas kamu jalan mau kerumah, jatuh didepan rumah Tante Lusi. Untung ada satpamnya Tante Lusi yang nolongin kamu dan bawa kamu kerumah sakit."

"Kenapa harus kerumah sakit? Aku gak apa apa padahal, Bun."

"Kamu gak apa apa gimana? Kepala kamu kebentur aspal dan berdarah walaupun cuma dikit. Terus kamu juga pingsannya lama dan demam tinggi mungkin karena keujanan." Ucap Bunda Ara marah karena tidak terima elakan Ara. Ara tersenyum kecil melihat Bundanya sangat khawatir padanya. Ia sangat senang Bundanya memperlihatkan kasih sayangnya kepada Ara, hanya saja Ara sedikit sedih mengingat dia tidak bisa mendapatkan kasih sayang Ayahnya yang sudah tiada.

"Tadi Bunda udah kasih tau Eci kalau kamu masuk rumah sakit dan gak masuk sekolah." Ucap Bunda Ara sambil duduk di sofa. Ara mengangguk, tangannya hendak mengambil segelas air putih di side board namun terhenti saat dia melihat tulisan tangan dengan spidol pink tertulis di lengannya. Ara menarik tangannya kembali, menyentuh tulisan tangan tersebut dengan pelan. Dia tanpa sadar tersenyum senang membaca tulisan tersebut.

"Bun, tadi ada yang jenguk aku nggak?" Tanya Ara dijawab dengan gelengan Bundanya. Ara kembali melihat tulisan ditangannya.

'Get well soon my beautiful lady❤' baca Ara dalam hati. Pandangannya beralih ke tangan kirinya yang tertancap infus. Terdapat tulisan namun kali ini dengan gambar panah yang mengarah ke infusan.

'Aku udah kasih kamu vitamin love lewat infus biar kamu cepet sembuh. Xoxo #alay' baca Ara lagi dalam hati. Ara langsung tertawa kecil membacanya. Apalagi saat melihat ada tulisan hastag alay ditangannya, lucu.

Dia sudah bisa menebak kalau yang menulis ini adalah cowok itu, cowok yang akhir akhir ini memberi kejutan secara diam diam. Mungkin cowok itu berpikir kalau tangan Ara adalah buku tulis yang bisa dicoret coret seenaknya. Namun Ara mengakui kalau ini so sweet, walaupun hanya dengan hal kecil, dengan tulisan sederhana.

***

"Sayang, udah malem kamu tidur biar cepet sembuh. Dari tadi Bunda liat kamu senyum senyum terus." Tegur Bunda Ara yang sedari tadi memperhatikan Ara yang senyum senyum terus. Ara hanya menyengir malu karena ketangkap basah senyum senyum terus.

"Iya, Bun ini mau tidur." Ucap Ara sambil membetulkan posisi rebahannya dan selimutnya yang sedikit berantakan.

"Oh iya, Bun. Besok kalau aku lagi tidur ada yang jenguk aku tolong bangunin ya." Bunda Ara mengangguk mengerti.

***

Kring.. kring..

Ara mengernyit sedikit terganggu mendengar suara nada dering handphone ditengah tidurnya. Dia mau tidak mau membuka matanya kemudian mencari cari handphone yang berbunyi.

"Aahh handphone Bunda yang bunyi. Bunda mana lagi?" Gumam Ara sendirian. Tak lama handphone Bunda Ara berhenti berdering.

Ara melirik jam dinding, sudah pukul 9 pagi. Dia belum sarapan, ada makanan dari rumah sakit tapi dia sangat anti memakan makanan dari rumah sakit, baginya makanan rumah sakit terasa hambar dan tentunya tidak enak. Ara yakin Bunda sedang membeli sarapan untuknya di kantin rumah sakit.

Mata Ara beralih melihat ke side board. Wajahnya berubah cerah dan matanya berbinar melihat bucket buah dan bucket bunga lily, bunga favorite Ara. Dia mengambil bucket bunga lily tersebut, membaca isi surat kecil yang menyempil disela sela bunga lily.

'aku tau kamu suka bunga lily. Kalau kamu pernah nonton film Merry Riyana, kamu pasti ngerti kepanjangan dari S.H.M.I.L.Y' Ara tersenyum kecil membaca surat tersebut.

Ara tau kepanjangan dari S.H.M.I.L.Y. See How Much I Love You, itu kepanjangannya. Jadi si cowok misterius mau buktiin kalau dengan kasih ini semua menandakan kalau dia cinta banget sama Ara? Ara tersenyum kecil sambil menggeleng gelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan cowok misterius tersebut.

****

Secret Admirer GiftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang