7 (Fucked Up)

19.4K 1.1K 18
                                    

 Genny dan Kelly menggeliat bersamaan di kereta kecil mereka. Aku gemas melihat dua bayi kembar ini, pipinya benar-benar merah dan aku tak bisa berhenti untuk mengusap pipi mereka berdua.

Kami berada di ruang keluarga di lantai dua. Bianca mungkin sudah tidur di kamarnya bersama dengan tumpukan Armani dan Prada-nya, sedangkan aku masih menemani Alicia yang baru saja selesai mengganti popok kedua bayinya. Genny menggeliat dan sedikit menangis, Alicia lalu mengangkat Genny dari keretanya, usapan lembut Alicia pada bayinya seperti sihir yang dalam hitungan detik mampu meredakan rengekan. Aku melihat sesekali berdekip saat menatap ibunya, itu pemadangan yang manis dan karena pemandangan ini aku jadi merindukan Kentish.

"Mau menggendongnya?" tawar Alicia padaku.

"Apa boleh?" tanyaku ragu.

Alicia tersenyum padaku, lalu dia perlahan menyerahkan Genny padaku, dia mengajariku menggendong bayi dengan benar. Alicia membantuku memposisikan tangan dengan baik saat Genny sudah berada dalam gendonganku.

"Ya ampun, dia cantik sekali," pujiku jujur. Genny memang cantik, suami Alicia, George merupakan keturuan bangsawan London, jadi pastilah keturuan mereka juga sempurna.

Franzel baru muncul dari ruang kerjanya, kacamata baca masih terpasang di wajahnya, sebuah ponsel menempel di telinganya, dan dia berjalan menghampiri kami dengan sedikit tergesa-gesa.

"Alicia, Mom ingin bicara padamu, katanya ponselmu tidak aktif," Franzel menyerahkan ponselnya pada Alicia.

"Astaga, aku memang lupa menyalakan ponselku," ucapnya lalu meraih ponsel itu dari Franzel. Alicia berdiri dan terlihat begitu antusias menerima panggilan itu.

Alicia meminta izin untuk pamit sebentar menjauh sebentar karena sepertinya dia harus berkonstrasi dengan telfonnya, jadi dia menitipkan Si Kembar sementara padaku. Aku mengangguk tak keberatan sama sekali.

Saat Alicia menjauh, dan saat kukira Franzel akan kembali ke ruang kerjanya, tapi ternyata aku salah, Franzel justru duduk di sampingku sambil menatapku yang masih menggendong Genny.

"Mengapa begitu suka bayi?" Franzel bertanya penasaran seolah-olah dia sama sekali tidak tertarik dengan bayi.

"Entahlah, mereka lucu, mungkin," ucapku apa adanya, lalu aku melirik pada Genny yang sekilas tersenyum kecil padaku. Ya ampun, seandainya dia boneka pasti sudah kucubit.

"Mereka merepotkan, itu yang benar." Franzel mencoba mengoreksi. Benar,kan? Franzel memang tidak tertarik dengan bayi.

Aku tertawa kecil. "Jika tidak merepotkan, bukan bayi namanya. Kau bahkan pernah bayi, jadi jangan menghujat," ucapku sebagai pembela bayi. Aku mengalihkan pandanganku lagi pada Genny yang begitu mungil, terkadang lidahnya terjulur keluar, sesekali juga menguap.

Franzel sedikit memajukan wajahnya dan menunduk untuk melihat wajah Genny. "Dia biasa saja, tidak lucu sama sekali."

Aku memutar bola mata. "Jangan begitu, dia keponakanmu."

"Ugh, ya. Aku hampir lupa. Maaf, Kelly," ujarnya asal.

"Genny." Aku mengoreksi.

Franzel mendesah. "Terserah."

Aku melihat Genny sudah mulai menguap lagi, sepertinya dia sudah mulai mengantuk, jadi kuputuskan untuk meletakkannya lagi di kereta empuknnya agar dia bisa bersandar lebih nyaman untuk menggapai rasa kantuknya hingga Alicia datang.

Another HopeWhere stories live. Discover now