9 (Stolen)

12.6K 1K 68
                                    


            "Dia ingin bicara denganmu. Jangan berbicara terlalu lama, katakan kau baik-baik saja." Max menyodorkan ponsel kecilnya padaku, matanya mengawasiku.

Awalnya, aku sempat ragu untuk meraihnya, mengingat siapa yang berbicara di sebrang sana. Kentish. Dia ternyata sudah tahu apa yang terjadi dengan anak-anaknya. Aku terkejut akan itu. Hanya ada satu yang ada dalam pikirannku saat ini.

Sejak kapan dia peduli?

Dengan satu tarikan nafas akhirnya aku meraih ponsel itu hati-hati, karena tanganku masih sedikit nyeri setelah Natalie melepaskan infusku kemarin. Kutempelkan ponsel itu ditelinga kananku.

"Mom," ucapku serak.

Aku medengar Kentish menarik nafas panjang "Hope, kali ini apa lagi?" keluhnya dengan nada frustasi seolah dia sudah lelah dengan ulah yang pernah kuperbuat.

Aku meletakkan satu tangan di kepala, bersandar di kursi lalu membuang nafas perlahan. "Apa yang Franzel katakan padamu, Mom?" Aku penasaran.

Kentish mendesah kasar. "Sebenarnya dia tidak mengatakan apapun hingga aku menelfon dan menanyakanmu. Dia bilang kau kabur dari rumah sakit."

Aku sedikit terkejut. "Kau tahu aku di rumah sakit?" Kukira Franzel sengaja menyembunyikan hal ini.

"Franzel bahkan menelfonku sejak hari pertama kau berada di sana."

"Dan kau tidak menjengukku?" protesku kesal.

"Aku sedang berada di Texas bersama North untuk urusan pekerjaan. Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan ini, Hope. Lagipula Franzel bilang kau akan baik-baik saja," ucap Kentish begitu enteng. Mungkin dia berfikir aku hanya sakit demam biasa. Baiklah. Cukup menyebalkan!

Aku memutar bola mata dan melirik Max yang sedari tadi sudah mengawasiku, dia menungguku untuk menyelesaikan obrolan membosankan ini.

"Oh, tentu. Aku akan baik-baik saja. Jadi kau tidak perlu khawatir, Mom," ucapku dengan nada malas-malasan.

"Kalau begitu katakan dimana kau sekarang?!" Kentish sedikit menekan.

"Aku tidak bisa mengatakannya, yang jelas aku aman bersama Max dan Grey."

"Aku percaya itu, Hope. Tapi kau harus segera kembali pada Franzel!"

"Hmm, entahlah. Aku tidak yakin."

"Aku tidak tahu apa yang terjadi diantara kalian, tapi apapun itu kau harus menyelesaikannya. Selesaikan sekolahmu, itu yang penting!"

"Aku mengerti, Mom," ucapku lembut. Biar bagaimanapun aku selalu berusaha untuk menghormati Kentish sebagai ibu yang melahirkan dan membesarkanku. Meskipun kadang orang tua perempuan begitu menyebalkan, namun aku tak pernah tega untuk sedikitpun melawannya.

Dan setelah aku mengatakan itu. Max langsung mengambil ponselku dan mematikannya. Aku tidak protes, karena aku memang tak ingin terlibat banyak percakapan lagi dengan Kentish. Segala ucapannya hanya membuatku berfikir keras tentang masalah ini.

Ini sudah dua hari semenjak aku kabur dari rumah sakit. Aku sendiri tak yakin bahwa aku sudah berada cukup jauh dari New York, karena Natalie menyuntikkan obat bius padaku agar aku dapat tidur dengan tenang. Yang aku tahu, ini adalah kota dengan tingkat kriminalitas yang cukup tinggi. Detroit.

Another HopeWhere stories live. Discover now