Sepuluh

11K 713 44
                                    

Rayni memejamkan mata untuk mengatasi rasa pusing, karena posisi tubuhnya yang dipanggul dengan kepala di bawah. Ia merasa sangat heran, karena sedemikian mudah Zavir dapat menyusup masuk ke El Firdaus. Emir memiliki barisan pengawal tangguh, dan tidak mungkin sedemikian mudah membobol pertahanan mereka. Tapi pria itu dapat masuk bahkan tanpa menimbulkan keributan sedikitpun. Tidak ada tanda-tanda penghuni lain mengetahui kedatangannya.

Rayni sama sekali tidak paham jalan yang mereka lalui. Karena sepertinya mereka melewati lorong rahasia yang keberadaannya tidak sembarang orang tahu, bahkan mungkin penghuni El Firdaus sekalipun. Rombongan kecil itu melewati jalan bawah tanah dengan bentuk lorong gelap yang menakutkan. Ini seperti labirin tanpa ujung, dan pria itu seolah hapal di luar kepala seluruh arah dalam kesunyian mencekam itu. Hanya berbekal penerangan obor yang dipegang oleh dua orang pengawwal, Zavir terus berjalan dengan langkah tegap menuju entah ke mana.

Sepertinya diam adalah hal terbaik yang dapat dilakukan Rayni saat ini. Mengingat pria itu memang sangat tangguh dan tak mudah dikalahkan, kecuali mungkin dengan cara licik. Rayni akan memikirkan cara agar dapat melarikan diri lagi nanti, setidaknya untuk yang kedua kali. Hidup dengan pria itu sama halnya suka rela menerjunkan diri ke neraka paling dasar, dan Rayni tidak mau terjebak untuk dibawa ke Haraam End.

Meskipun pria itu sangat menarik, dan mampu membuat jantung Rayni berdebar sedemikian cepat. Adakalanya ia takut, jika ikatan mereka tidaklah seindah bayangan yang terlintas dalam benak.

Merasakan bahu kokoh itu menyentuh kulitnya, membuat Rayni bersumpah ia mau ikut dengan suka rela jika Zavir meminta dengan cara baik-bail. Rayni sama sekali tidak akan menolak untuk meninggalkan El Firdaus asalkan Zavir mau menciumnya.

Ya Tuhan! khayalan macam apa itu? Rayni menggeleng keras untuk menghilangkan pikiran liarnya.

Rayni membelalakkan kedua mata dengan terkejut, ketika pria itu menurunkan tubuhnya di atas pasir secara tiba-tiba. Ikatan kaki dan tangannya dilepaskan, demikian juga dengan kain yang menutupi mulut. Rayni dapat bernapas lega kembali. Setidaknya Zavir masih memberi Rayni kesempatan. Gadis itu masih dibiarkan mengirup udara bebas kembali.

Tentu saja ada perasaan was-was dalam hati Rayni, karena ia dulu pernah kabur dari pengawasan pria itu. Selama ini Rayni merasa hidupnya sedikit tenang karena tidak harus berurusan dengan Zavir. Seribu pertanyaan menggayuti benak Rayni, karena pria itu kembali. Zavir mengambil kebebasan hidupnya setelah sekian lama menghilang seolah di telan bumi.

Meski sejujurnya Rayni sangat berharap Zavir datang. Ia sangat ingin, pria itu mengobati rasa rindunya. Rayni mendambakan mata biru itu, yang telah menelannya ke dalam palung cinta terdalam.

Angin malam mengembus dingin hingga ke sumsum. Rayni makin tidak percaya demi melihat pemandangan di sekeliling. Lihatlah, seharusnya tadi ia melihat darimana mereka muncul. Karena tiba-tiba saja mereka sudah berdiri di tengah padang pasir paling mencekam seperti ini. Tidak ada tanda-tanda ada pintu masuk atau keluar, dan gadis itu bergidik ngeri. Bagimana jika Zavir ternyata memiliki Jin seperti Aladin?

Mereka kini berdiri di tengah padang paling sunyi Sahara, karena sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah hamparan pasir kelabu saja di bawah cahaya bulan. Suasana terlihat terang benderang dengan purnama besar menggantung di atas langit, bahkan berjuta bintang tampak terjangkau untuk dipetik. Rayni dapat melihat seolah mereka tengah berdiri di dunia antah berantah, dengan sesekali suara ringkikan kuda menghiasi kesunyian syahdu itu.

Rayni memejamkan mata menikmati cahaya rembulan, meresapi keindahannya hingga jauh ke lubuk hati. Tidak, ia belum bersitatap dengan mata biru itu, karena keberaniannya seolah surut entah di mana. Rayni hanya cukup membayangkan kemesraan yang mungkin terjadi pada sepasang kekasih, yang sedang kasmaran di bawah indahnya purnama. Bercumbu dan bercengkrama seolah dunia hanyalah milik berdua.

Pesona Sahara (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang