Really?

139 4 1
                                    

AZA POV

Gue membuka mata gue dengan perlahan, kepala gue terasa amat berat sekarang.

Mungkin efek menangis semalam? Ya mungkin. Lebay? Are you kidding me? Coba kalian berada diposisi gue sekarang, ngeliat orang yang lo suka nge-post pict sama seseorang dengan sangat mesra. Pasti kalian cemburu kan? Sama gue juga.

Nyokapnya? Seriously? Itu masih muda banget, loh. Kakanya? Fyi, Rasyah itu anak tunggal. Jadi wajar dong gue ber-negatif thinking, kalo kalian jadi gue pasti akan brrfikiran hal yang sama dengan gue, gue yakin itu.

Gue masih asik mendumel tak jelas didalam selimut, entah mengapa hari ini badan gue seakan malas untuk bergerak keluar dari selimut.

Seakan-akan ada suatu magnet di dalamnya yang menarik tubuh ini untuk tetap berada diatasnya.

Selimut kesayangan gue juga sedang terasa sejuk, mungkin karena semalam hujan jadilah seperti ini.

Ohyaa semalam memang hujan turun cukup deras dan saat gue melihat postingan diInstagram doi membuat mood gue untuk galau meningkat!

Hujan bikin galau--- kata-kata itu bener-bener pas banget. Emang ya kalo lagi hujan terus bawaanya nge-galau, galaunya jadi makin plus-plus.

"Azaa.." suara kak Rania terdengar dibalik pintu kamar gue.

Panggilan kak Rania gue abaikan. Ketukan di Pintu kamar gue mulai terdengar. Siapalagi yang ngetok kalo bukan kak Rania.

"Azaa bangun,"

"Heeh." gumam gue. Entah kak Rania denger atau enggak. Gue lagi males banget buat adu mulut sama kak Rania.

"Sekolah woy," Ketukan kak Rania semakin kencang.

"Gila ya nih orang, pagi-pagi tenaganya udah kayak banci dikejar kantip." Gumam gue.

"Iya iya, gue prepare." Teriak gue.

"Jangan pake lama! Kalo gak gue tinggal,"

"Bawel lo kak, masih pagi." gue melempar guling ke arah pintu.

"Kalo gak mau nunggu lama, tinggal aja sih. Ribet amat lo, ahh!"

"Apa za? Oh mau gue tinggal? Oke bye aza. Mwa."

Gue berlari menuju pintu kamar gue untuk menarik kak Rania.

"Baperan banget lo kak sumpah," gue menarik tangan kak Rania yang ingin menuruni tangga.

"Maksud gue tadi jangan marah-marah nanti cantik lo ilang kak, nanti kalo kak Nick tambah gak cinta lagi, mewek deh." gue membuat penekanan dikata tambah, yang membuat air muka kak Rania menjadi sangat-sangat kesal.

"Terserah, gue tunggu dimeja makan."

Kak Rania mulai menuruni anak tangga. "Kak,"

Kak Rania menghentikan langkahnya, menatap gue dengan satu alis terangkat.

"I love you." godaku tak lupa dengan kedipan mata.

"Ew, Jomblo mulai nggak waras." Kak Rania menatapku geli.

"Iya, aku sayang kamu." goda gue lagi.

"Mandi atau gue tinggal?"

"Mendingan berangkat bareng Rasyah, upss." gue menutup mulut gue yang bener-bener ngember kaya kaleng.

"Gue bilang mama, mampus!"

Gue memainkan kuku tangan gue, "Serah, lo mau bilang mama ato enggak. Gue sih gampang tinggal bilang ka Nick kalo lo su.."

GOLDEN FLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang