Prologue

18.7K 507 1
                                    

Selang beberapa tahun sejak sahabat lelaki pertamanya itu menikah. Kemudian, menyusul pula yang lainnya. Bahkan, David yang paling muda di antara mereka berenam pun kini sudah memiliki Tyas yang menjadi pendampingnya di hidupnya.

Kini, tinggallah Kris yang menyendiri di studio barunya.

Baru-baru ini, Kris membeli sebuah studio baru di Montagne Apartment, lantai 9. Apartemen yang sama dengan apartemen yang Alex tinggali. Kris bosan hidup sendirian di rumah mewahnya di jalan protokol.

Jadi, sejak David menikah, dia memutuskan untuk tinggal sendiri di sebuah studio yang hanya muat untuk sebuah ranjang, meja kerjanya yang penuh dengan berbagai kabel, dan arena hiburannya, TV. Kamar mandinya hanya ada shower, wastafel dan kloset. Bajunya hanya ada beberapa saja disini. Dan untuk dapur, tidak ada dapur.

"How's life, Bro?" Tanya Carlos sambil meminum sake. "David sudah jarang kemari sepertinya sejak menikah?"

"Hei, David masih belum pulang dari bulan madunya, tahu!!" Gerutu Kris. "Aku kesal kalau harus mengingat Si Bocah itu sudah menikah dan meninggalkanku melajang sendirian seperti ini. Ngomong-ngomong, dimana Rhea?"

Carlos menyelesaikan ketikannya di laptop, "Rhea dan Sandy sedang ke Perancis, dan aku menolak untuk ikut. Karena kau tahu, Rhea pergi bersama orangtuanya. Jadi aku pikir itu adalah hal yang bagus. Sometimes, family time is needed right?"

Keluarga. Ah, Kris jadi rindu keluarganya di Jepang sana.

"Kris! Krisss!!!!" Seruan itu muncul dari luar Fons, yang kemudian masuk.

"Ya Tuhan! Kau akan membuat semua pelangganku pergi, Lex kalau bersikap seperti itu terus!!"

"Gomen--maaf. Tapi kau harus lihat berita ini! Aku yakin kau terkejut!" Alex menyodorkan ponselnya kepada Kris. Berita di internet yang sudah tersiar ke seluruh dunia itu membuat Alex berpikir kalau Kris pasti tidak tahu. Pasalnya, Kris bukanlah orang yang suka membaca berita di internet, walaupun keluarganya mempunyai perusahaan di bidang IT.

"Bacakan sajalah!" Pintanya.

Alex ragu, tapi kemudian dia mulai menarik napasnya dan membacanya perlahan. "The son of Shourai Tech has move on finally. He was seen by the media last Thursday on an event in the Embassy of Japan, helding hands with the Ambassador Culture, Michiko Nakahara..."

"Apa!?" Kris kaget, "Siapa?! Siapa yang menulis berita itu? Bisa-bisanya dia menuliskan berita seperti itu!"

"Tunggu, kau berpegangan tangan dengan Duta Kebudayaan itu memangnya?" Tanya Carlos, "Atau itu hanya jabat tangan biasa? Ah, tapi sepertinya kalau hanya jabat tangan tidak akan seheboh ini di dunia maya."

Terkutuklah orang-orang yang berani menulis hal mengenai Kris.

"Shourai Tech sepertinya akan mengadakan pesta besar-besaran nih," goda Alex, "Berita ini sudah tersebar ke seluruh dunia, Kris. Dan sudah di tulis sejak dua hari lalu ternyata!"

"Harusnya itu sudah menjadi berita basi!"

"Memang, tapi, berita tentang satu-satunya lajang yang tersisa dari Shourai Tech adalah berita yang paling seru buat orang-orang di luar sana. Khususnya warga Jepang dan Asia lainnya," jelas Alex lagi.

"Aduh, aduh!" Kris mengerutkan keningnya saat Shoucall, sebuah aplikasi yang di buat dari Shourai Tech dari ponsel Kris berdering. Terpampang jelas bahwa peneleponnya adalah ayahnya Kris dari Jepang sana. "Ayahku menelepon! Kenapa bisa begini?!"

"Angkat saja!" Seru Carlos, "Kau tidak ingat saat David dulu di telepon Ibunya?"

Kris menepuk dahinya lalu mengangkatnya segera. "Hai, Otousan--ya, Ayah. Kebetulan sekali Otousan meneleponku di siang hari seperti ini--"

Mr. Business and The Ambassador GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang