One

7.7K 380 2
                                    

Chiko keluar dari gedung Kedutaan Jepang untuk Indonesia dengan pakaian rapih. Gadis dengan perawakan kulit kuning langsat, dengan tinggi 169 cm, rambut hitam legam, yang lurus dan halus, sampai punggungnya.

"Michiko Nakahara?" Tanya seseorang yang mengenakan pakaian yang biasa-biasa saja. "Bisa ikut aku sebentar?"

Chiko memandang sekilas. "Tapi Anda ini siapa ya?"

Laki-laki itu memberikan kartu namanya.

Tevin William
David Kajima Manager

"Anda manajernya David Kajima?" Tanya Chiko.

Tevin mengangguk senang. Ternyata, tugasnya tidak sesulit yang di pikirkannya. "Jadi, apa kau sibuk? Aku dan Tuanku ingin berbicara denganmu."

"Kau tidak akan menculikku, bukan?"

"Tentu saja tidak. Mana mungkin aku punya niat buruk untuk menculik orang penting sepertimu?"

Chiko melihat jamnya. Masih ada waktu yang cukup lama sampai acara makan malam kenegaraan di hotel Umejima. "Baiklah. Tapj aku hanya menyanggupi sampai jam empat sore."

"Tidak masalah." Mereka pun masuk ke dalam mobil Mazda CX-5 yang dibelikan David untuk Tevin, dalam rangka ucapan terima kasih. Tevin pun segera mengendarai mobilnya, untuk menuju ke tempat yang David minta.

Tevin Will
The target is here now.

David Kaj.
Great! Umejima hotel, seperti biasa, di restorannya.

Tevin Will
Okay. Just in several minutes be there.

-----

"Hei, diamlah sedikit. Kalian semua ribut sekali sih?" Keluh Leo.

"Disini sempit tahu!!" Balas Steffi, Gaby, Eugene, Rhea dan Tyas. "Kalian tahu tidak?!"

"Vid, kenapa harus VIP room yang paling kecil ini, sih?" Tanya Tatsuya bingung.

Restoran Umejima memiliki lima belas VIP room, yang dapat di sulap menjadi ruang pertemuan luar biasa, jika di persiapkan. Sekarang, mereka bersepuluh berada di ruang VIP nomor lima belas, dengan kapasitas maksimum hanya enam orang sebenarnya. Jadi, ruangan sempit itu dipenuhi sepuluh orang, di tambah dengan Chiko dan Tevin yang segera menyusul.

"Ya mau bagaimana lagi? Karena telat booking, kita harus sempit-sempitan di ruangan ini. Kita berjajar sepuluh bisa kan?" Kata David, tapi di balas tatapan sinis dari yang lainnya, "Mm.. mungkin itu ide yang buruk."

"Permisi, tamunya sudah datang." Suara Selvi dari luar rolling door itu terdengar jelas. Astaga, itu berarti Chiko sudah datang! Pintu itu pun terbuka, dan sosok Chiko pun muncul dari balik pintu.

Yang lainnya langsung bersikap kalem dalam sekejap.

Para lelaki itu terkesiap melihat wajah Chiko yang cantik, namun manis. Enak di lihat. Ah, pantas saja Kris sering-sering datang ke pameran budaya Jepang yang baru-baru ini sering di gelar di beberapa universitas ternama di Indonesia untuk jurusan sastra Jepang.

"Selamat siang," sapa Chiko. Sudut-sudut bibirnya terangkat membentuk senyum yang manis. Chiko seperti orang yang sudah lama di Indonesia. Caranya menggunakan bahasa Indonesia sudah sangat fasih, tidak ada aksen atau logat Jepang yang aneh terdengar saat dia berbicara.

"Siang Michiko Nakahara," sapa David Kajima. "Maaf harus mengganggumu tadi, lewat manajerku. Apa dia mengejutkanmu?"

Chiko menggeleng. "Tidak sama sekali. Tapi, kalian ini siapa ya?"

Mr. Business and The Ambassador GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang