Today Playlist: Colbie Caillat - Bubbly

22.6K 1.7K 194
                                    

Chapter 10 | Aku lega sekarang! 


Wow!

Aku nggak nyangka kalau Luca bakal datang secepat itu. Setelah aku telpon dia, empat puluh lima menit kemudian dia datang mau jemput aku. Nina nggak ngizinin aku dekat-dekat sama Luca, karena kami harus fokus latihan. Jadi cowok ganteng itu nunggu di kursi Garden. Duduk sebelahan sama Damon lagi. Aku mau teriak ke Luca kalau cowok yang mau merkosa aku duduk di sebelahnya. Aku mau suruh Luca buat hajar itu pervert, biar dia tahu rasa. Biar Iblis itu takut dan nggak akan merkosa atau nyodomi pantat aku kayak Emon.

Eh, aku langsung sadar kalau itu hanya main-main. Damon nggak mungkin mau perkosa aku.

Yah, udah lah! Aku mau fokus latihan aja dulu. Aku dadah-dadah kecil ke Luca, dibalas acungan jempol sama cowok itu. Aku julurin lidah gemas ke arah Damon. Eh, yang tertawa malah Luca. Aduh, aku bukan lagi melucu tauk Luca! Aku lagi sebal sama cowok yang pakek kacamata sama masker yang duduk di sebelah kamu. Uh!

Tepat jam setengah tiga, latihan kami selesai. Aku duduk-duduk bentar sama anggota aku, lagi-lagi mendengarkan Nina ceramah. Aku kembali melirik Luca, daritadi dia foto-foto aku latihan terus, lho. Aku nggak tahu apa tujuan dia ngelakuin itu. Tapi, nggak apa-apa. Daripada dia duduk diam di situ, aku takut dia kesurupan. Yang duduk di sebelah dia itu kan Iblis berkasta setan. Aku nggak mau nasib Luca mirip Emily Rose, kesurupan bertahun-tahun terus metong. The end.

"Bar Bar Bar dari Crayon Pop atau I Am the Best-nya 2NE1 sebagai pengganti lagu Yesterday?" tanya Nina, kepala aku noleh ke cewek lesbian itu lagi. Ups! Aku keceplosan ngasih tahu. Udah lah, ya! Nggak perlu disembunyiin juga. Nina kelihatan banget kok Butchi-nya. Apalagi kalau dia julurin lidah, agak merah muda gitu karena keseringan jilat pepek-nya Raline—Vemme-nya. "Kalo dari gue, gue milih Bar Bar Bar. You, girs?"

Kenapa harus pakek lagu Korea, sih? Sekalian aja pakek lagu Sambalado-nya Ayu Ting Ting. Maksud aku, nanti kami malah disangka girlband. Ew! Aku kan cowok, meski aku agak bencong.

"Gimana kalo Runaway by Galantis aja?" tanya aku, masih nggak mau pakek lagu Korea. "Beat-nya cepet, sesuai sama gerakkan tiga-tujuh-tiga slip up yang lo buat tadi. Lagu Korea itu so-so last year, baby. Gue aja udah nggak tau siapa anggota Super Junior yang sekarang."

Nina diam, berpikir sejenak. Walaupun aku kadang sebal sama dia, dan dia juga sangat suka bitchy-in aku pakek mulut nyinyir lesbiannya, dia sangat suka ide-ide yang aku buat. Nggak suka pura-pura suka. "Nanti gue coba dengerin lagunya, deh," kata Nina kemudian, dia mengambil rag absorbent-nya lalu mengelap lehernya. "Oke, girls. Kita bisa bubar sekarang. Besok, habis pulang sekolah kita latihan lagi. Nggak ada pengecualian, remembuh!"

Aku putar bola mata aja. Aku bangkit sembari membuka tutup botol Evian aku. Setelah air segar itu masuk ke dalam mulut aku, aku berbalik. Ya, ampun! Si Iblis juga masih di situ, duduk sambil memain-mainkan jarinya. Aku tahu gelagat itu. Dia nggak puas sama jawaban yang aku kasih tadi. Aku kenal betul sifat Damon. Dia harus dapat jawaban yang memuaskan baru dia bisa tenang. Dia itu kan kayak arwah penasaran, kalau belum puas nggak bakal pergi ke akhirat.

Langkah aku pelan saat menghampiri mereka. Dua meter aku mau sampai, Luca berdiri dan kasih aku saputangan dia supaya aku bisa lap keringat yang ada di dahi aku. Dia tersenyum ganteng, dua detik kemudian wajahnya berubah serius.

"Mana yang mau perkosa lo?" tanyanya, menarik aku mendekat ke tubuhnya yang wangi parfum cedarsprig. "Gila, ya! Lama-lama Jakarta udah nggak aman lagi."

Aku menepuk punggung Luca agar cowok itu tenang. Bisa aku rasakan Damon mendelik aku. Pura-pura nggak peduli aja aku mah. Dia itu Iblis, dia nggak kasatmata. "I'm okay kok, Ca."

Catch Me If You CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang