Kesabaran & Perlakuan Arseno

53 0 1
                                    


Tiba-tiba ada seseorang yang manghalangi langkahnya. Dilihatnya Rian, menggandeng seorang wanita.

Plak!!

Lauren memberanikan diri untuk manampar Rian, semua mata tertuju padanya sekarang. Arseno yang mendengarnya, segera berlari menuju Lauren.

"Ngapain lo nampar cowok gue?", wanita yang di gandeng Rian, marah pada pada Lauren.

"Tanya aja sama pacar brengsek lo!, berani-beraninya mainin cewe!, lo pikir lo siapa?, ngaca woy!", amarah Lauren meluap-luap, sudah cukup baginya sabar, kali ini biarkan dirinya lega untuk sesaat.

Wanita itu marah, ia melayangkan tangannya ke pipi Lauren.

Plak!

Terjadilah adegan tampar-menampar malam itu.

"Cukup!", bentak Seno pada mereka berdua.

"Semuanya bubar!, hiraukan adegan tadi", ketua panitia memberikan isyarat pada mahasiswa yang lainnya. Mereka pun menurutinya.

"Kenapa ini??", tanya ketua panitia itu.

"Biar gue yang urus", Arseno mengambil alih.

* * *

Arseno menarik tangan Lauren, mengajaknya ketempat yang tidak begitu ramai.

"Lo kenapa hah?, kenapa sampe bikin keributan kayak tadi?", Seno menghela nafas panjang melihat Lauren yang hampir menangis.

"Gue kesel!, kesel gara-gara itu cowo... masih berani nongol depan muka gue", bibir Lauren kini maju, ia masih cemberut, tak berani menatap mata Seno.

"Terus ngapain main tampar-tamparan hah?", Seno membenarkan posisi wajah Lauren agar menatapnya.

Lauren malah menangis, tangisannya kali ini lebih mirip anak kecil yang kehabisan permen.

"Ngapain nangis sih?", Seno menariknya, memeluknya dan mengusap rambut Lauren lembut.

"Gue jadi inget lagu yang tadi di nyanyiin lo, hueeeee", ia menangis lagi.

"Emang gue nyanyi buat lo?", Seno melepaskan pelukkannya, ia memandang Lauren.

"Jadi bukan buat gue?", Lauren nampak bingung, kini tangisnya sudah tak ada. Seno yang melihatnya malah tertawa.

"Bhahahaha.... iya lagu yang tadi buat lo deh..", suara tawa Seno semakin keras, melihat Lauren yang kini sudah cemberut di buatnya.

"Udah ah.. abis ini kan lo tampil", Seno mengingatkan Lauren.

"Gak ah.. gak jadi tampil, males kalo kayak gini", Lauren masih cemberut.

"Dih... gak boleh gitu... kasian panitianya, udah sana, siap-siap, good luck ya..", Seno tersenyum, lalu Lauren meninggalkannya sendirian.

On this bright day I wanna swear
I will always be there by your side
Yes I promise you babe,
that I will always treat you right
Cause so many man I know,
you're the one that I love so true
Every little thing you did to me
Nobody else can do

I do, I do, I do, I do I do love you
I do, I do, I do, I do I do need you
I do, I do, I do, I do I do think about you
Theres nothing more that I want but you

Don't keep the problem inside
Just tell me and we'll try to fix it up
we gonna going through this together
I'll be there for you anytime you want
Cos so many girl I know,
You're the only one that I love so true
Every little thing you did to me
Nobody else can do

I do, I do, I do, I do I do love you
I do, I do, I do, I do I do need you
I do, I do, I do, I do I do think about you
There's nothing more that I want but you

Just believe what I say [2x]
Its not a game I'm trying to play [2x]
Never felt this way before [2x]
Now I love you more and more

Gotta do..gotta do...gotta do coz I do love you baby
Oooo...
Coz I do, I do, I do, I do I do love you
I do, I do, I do, I do I do need you
I do, I do, I do, I do I do think about you
There's nothing more that I want but you

~I DO - TEN TWO FIVE~

Semua orang bertepuk tangan, begitu juga Seno yang melihatnya. Lauren tersenyum puas kearahnya.

"Gimana bagus gak?", tanya Lauren riang.

"Hheemmm... lumayan?", Seno melirik Lauren.

"Ihh nyebelin, masa lumayan doang!", Lauren kembali cemberut.

"Dari pada lu manyun?", mereka tertawa.

"Iya bagus kok.. bagus banget malah, jadi pengen meluk", Seno tersenyum jahil.

Lauren tersenyum malu, ia menyenggol tangan Seno pelan, menggunakan sikutnya.

"Gak ah, entar kalo di peluk, Seno menang banyak", Lauren menjulurkan lidahnya, meledek Seno.

Cup!

Sebuah kecupan mendarat di pipi Lauren, Seno berpura-pura tidak ada yang terjadi. Lauren melotot, pipinya memerah sekarang. Pria itu kini tengah sibuk mendengarkan musik.

"Seno nyium pipi gue?, duhh.. kenapa ini jantung serasa loncat-loncat?, serasa mau meledak?!", Lauren hanya berbicara di dalam hatinya sendiri, sedangkan wajahnya sangat merah.

"Duh.. kok gue blo'on sih!, entar kalo dia marah gimana?, pake gak tahan segala ngeliat pipi bakpaunya lagi...", Seno pun sama dengan Lauren, berbicara sendiri di dalam hatinya. Mereka terdiam, sibuk dengan fikirannya masing-masing.

"Sen..".

"Ren..".

Mereka berbicara secara bersamaan, hati keduanya mengetuk-ngetuk sangat keras, seakan-akan berusaha melompat keluar.

Seno melirik Lauren, Lauren juga melirik Seno, lalu sama-sama memalingkan wajahnya, dan lurus memandang ke arah panggung.

Mereka sama-sama tersenyum kecil.

Keduanya malu untuk bertutur kata, hanya menikmati alunan musik nan indah malam itu, saat dimana keduanya terdiam menahan degub jantung yang tak kunjung henti, berusaha tak sekikuk mungkin di hadapan sang pujaan hati. Seno yang awalnya cuek tiada tara, menjadi peduli disetiap gerakan yang dibuatnya, berfikir berulangkali kata apa yang akan di ucapkannya, berharap Lauren memiliki perasaan yang sama saat itu, tidak egois bukan?. Setelah semua rasa yang ia tahan selama ini, setelah beribu diam yang ia lakukan, tak ada salahnya berharap walau sedikit bukan?.

Look At Me! Lauren..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang