Don't be sad!

88 3 0
                                    

Hujan turun membasahi bumi, langit sangat gelap, matahari tidak memunculkan wajahnya sedikit pun. Seno menjulurkan tangannya, ingin menyentuh air hujan.

“ Hujan...  Selalu datang tanpa permisi, kemudian hilang dengan bekas yang cukup lama", gumamnya.

 Tiba-tiba wajah Lauren terlintas di fikirannya, ia melihat ke semua arah, tetapi tidak nampak ada Lauren di situ.

"Kemana sih ini anak?, biasanya setiap sebentar nge-line".

Seno melihat seorang perempuan sedang berteduh di pos satpam, cukup jauh dari tempatnya berdiri. Seno menyipitkan matanya, hendak melihat siapa di sana, wanita itu nampak kedinginan, beberapa kali mengusap lengannya, dan menggosokkan tangannya.

“ Lauren!!!”, Seno berteriak selantang mungkin, kelihatannya Lauren tidak mendengarnya, suaranya tak terdengar di kalahkan oleh gemuruh langit dan hujan yang cukup deras, serta angin yang mampu menyamarkan suaranya. Lauren menutup telinganya, ia ketakutan pada suara itu.

Seno berlari menuju pos, menembus hujan bukan halangan bertemu Lauren, baginya Lauren sangat berharga, ia tidak ingin melihat wanita itu ketakutan.

“ Ren.. lo gak apa-apa kan?”, suara Seno tersengal-sengal, tubuhnya basah kuyup, wajahnya yang lembut tertutupi air hujan.

“ Sen.. gue... gue takut..”, Kini Lauren tengah menangis, Seno menarik Lauren dalam dekapannya, tetapi Lauren menolaknya tiba-tiba.

“  badan lo basah..”, tangisan Lauren mereda.

Sesuatu yang lembut dan kering menyentuh lengannya, ia menoleh dan tersenyum. Ternyata Lauren sedang mengelap lengannya yang basah, lalu mengelap kepala  dan wajah Seno. Kini ia membeku dengan perlakuan Lauren, tidak bergeming sedikit pun, hanya memandang Lauren yang  bisa dilakukannya saat itu.

Seno menyingkirkan rambut Lauren yang menutupi wajah, lalu menyelipkannya ke belakang telinga, Lauren tersenyum.

“ ngapain nyamperin gue?, udah tau ujan deres kayak gini, kan jadi basah kuyup, nanti kalo sakit gimana?”, pertanyaan meluncur dari mulut Lauren.

"Ga pernah berubah ya?, mulut lo masih sebelas duabelas sama emak-emak, gak beda jauh!, bhahahahah", Seno tertawa melihat tingkah laku temannya itu.

"Hih, di khawatirin malah ngatain, amit-amit deh punya temen kayak lo".

"Kita kan emang udah temenan aneh!, kalo gitu... kita lebih dari temen aja gimana?", Seno tersenyum jahil.

"Okeh!".

Seno menatap Lauren lama, lumayan terkejut dengan apa yang dikatakan wanita dihadapannya itu.

"Okeh!, kita sahabatan!".

Seno hanya menghela nafas pelan, menggelengkan kepalanya, kemudian kembali tertawa.

“ lo ngapain di pos?”, ia mengalihkan pembicaraan.

“ gue.. tadi di suruh Rian tunggu di pos, katanya mau pulang bareng, tapi pas di telfon Hpnya gak aktif, terus hujannya turun tiba-tiba, jadinya gak bisa balik ke dalem kampus”, jelasnya, wajah Lauren tertunduk.

"Udah gue duga, pasti gara-gara si alay bin ajaib itu tuh!, emang gak tau diri tuh anak, awas aja kalo ketemu!, bisa-bisanya memperlakukan Lauren kayak gini!". Amarah Seno meluap, tetapi ia berusaha menahannya, agar Lauren tidak melihat wajahnya yang kini merah padam.

Seno menghela nafas kasar, lalu mengeluarkan sesuatu dari tas-nya, ternyata sebuah swetter berwarna biru tua, Seno menaruh swetter itu ke atas kepala Lauren.

“ pake.. nanti demam”, Seno memandang lurus ke depan.

“ tapi kan.. yang basah kuyup lo bukan gue..”, Lauren melirik Seno tanda tak paham.

“ jangan bawel!, pake aja!”, Seno sedikit membentak, Lauren hanya menurutinya saja.

Hujan mulai reda, matahari mulai memunculkan sinarnya sedikit-demi sedikit, meskipun tidak ada pelangi, tetapi cukup cerah.

“ ujannya udah reda, ayo balik!”, tangan Seno menarik lengan Lauren, tetapi tertahan.

“ mau ketemu Adrian dulu, takut dia nungguin, lo maukan nemenin?”, tatapan mata Lauren seperti sedang memohon, Seno hanya mendengus, tetapi ia menyetujui. Ia selalu kesusahan menolak permintaan Lauren, meskipun permintaan itu dapat menyakitinya.

Mereka berjalan bersebelahan, sang wanita mengenakan swetter yang kebesaran, dan sang pria mengenakan baju basah akibat hujan, beberapa pasang mata melihat ke arah mereka berdua.

“ kayaknya cowo itu bela-belain basah-basahan, dan ngasih swetter punyanya cuman buat cewe itu deh”, salah seorang mengatakannya sambil berbisik ke teman yang di sebelahnya, tetapi Seno masih bisa mendengarnya, meskipun tidak begitu jelas.

Dugaan orang yang melihatnya, tepat sasaran, sesekali perempuan berteriak, “ so sweet banget.. ”.

Tetapi sepertinya Lauren tidak mendengarnya bahkan tidak melihatnya, ia sibuk mencari sesuatu.

Pasti Adrian. Seno hanya berdecak sebal.

“ Sen.. itu Adrian kayaknya deh..”, Lauren melompat-lompat girang.

Lauren berlari kearah Adrian, tiba-tiba langkahnya berhenti, kini ia melihat Adrian menggandeng lengan perempuan yang ada di hadapannya, lalu pergi.

Seno yang melihatnya, berjalan ke arah Adrian, wajah Seno di penuhi dengan amarah.

Berani-beraninya lo!, ninggalin Lauren di tengah hujan sendirian cuman buat nungguin lo!,  terus lo malah asik ngobrol sama cewe itu dengan keadaan senang, sementara Lauren harus ngelawan ketakutannya sama petir, gue gak bisa biarin Lauren sedih cuman gara-gara cowok alay kaya lo!, Seno menggeram, kemarahannya meluap-luap.

 Langkah Seno tertahan oleh Lauren, “ gak usah kesel.. ini salah gue kok!”, Lauren tersenyum, ia menahan tangisnya, Seno bisa melihatnya, cairan bening membendung di pelupuk mata Lauren, terlihat sangat jelas. Tangis Lauren pecah, membasahi pipinya, Seno miris melihat tangisan itu.

Ia menariknya dalam dekapan, kali ini Lauren tidak menolaknya meski pun tubuh Seno belum kering. Seno memeluk Lauren semakin erat, tangan Seno mengelus kepala Lauren lembut. Rasanya saat itu Seno juga ingin menangis, karena tau wanita yang di sayanginya menangis untuk pria lain. Beberapa menit mereka dalam posisi itu, pelukan Seno mulai meregang, tangisan Lauren mulai mereda.

 “ Arseno mau nganterin Lauren yang lucu ini pulang gak?”, suara Lauren kembali ceria, di sela-sela sesenggukkannya.

Dasar Lauren... keadaan kayak gini masih aja bisa senyum, ini yang gue suka dari lo..,Seno tersenyum diikuti dengan anggukkan.

Look At Me! Lauren..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang