Part 38

330 19 0
                                    

*Detektif Lukman*

"Dewi!" Seruku marah. Aku buru2 menerobos pintu kantornya, tanpa mengetuk.

Dewi terlonjak kaget melihat kedatanganku yang tiba2. Kurasa sejak kejadian di kantor beberapa waktu lalu, ia agak takut padaku.

"Apa yang kau lakukan pada Devin?" Serangku

"Aku menangkapnya atas tuduhan pembunuhan terhadap Bu Laras," jawab Dewi, "aku punya bukti."

Ia menyodorkan sebuah foto
"Ini adalah kamar kost Devin. Rumah Bu Laras."

"Bagaimanapun kau tidak bisa seenaknya..."

"Tidak, Lukman. Aku melakukan hal yang benar atas nama hukum. Entah kau setuju atau tidak!" Potong Dewi.

Aku terdiam, menghela napas.

"Sudah jelas kan? Devin ada hubungannya dengan semua ini, Man! Dengan Sandy dan Sinta, dengan Bu Laras, dengan Om Hans, bahkan mungkin dengan Josh! Kurasa lebih baik kau cepat membebaskan Idris karena bukan dia pelakunya!" Seru Dewi

Aku masih terdiam. Bingung. Apakah aku harus menerima semua yang dikatakan Dewi, bahwa Devin lah si pembunuh kejam yang menghabisi nyawa begitu banyak orang?

"Man," Dewi menepuk punggungku, "sekali ini, percayalah padaku. Devin pasti adalah dalang di balik semua ini!"

"Kita lihat saja nanti," ujarku pelan, lalu keluar dari kantor Dewi. Aku perlu bukti. Lebih banyak bukti.

***

*DEVIN*

"Devin!" Sebuah suara mengagetkanku dari lamunan

"Ah, detektif!!" Seruku, merasa lega ketika melihat sosok Detektif Lukman ada di luar selku.

"Kamu tidak apa2?" Tanyanya kuatir

"Entahlah, aku merasa ada yang tidak beres... Aku dituduh sebagai pembunuh Bu Laras... ahhh... aku sungguh tidak tau apa2, Detektif!" Ujarku sambil memegangi kepalaku yang pusing.

"Tenang saja, aku akan menolongmu," ujar Detektif Lukman menenangkanku

Aku mengangguk. Bagaimanapun satu2nya harapanku saat ini adalah Detektif Lukman...

"Oh ya!" Seruku. Tiba2 aku teringat tentang kasus anak Idris.

"Saya lupa memberitahukan, kemarin saya pergi menjenguk keluarga Idris... dan kabarnya anaknya hilang... Bisakah Anda menolong mereka?" Tanyaku

"Apa? Anak Idris?" Detektif Lukman menggeleng, "serahkan semua itu padaku. Sekarang yang harus kita pikirkan adalah bagaimana mengumpulkan bukti untuk mengeluarkanmu dari sini..."

"Tapi... ada yang aneh," ujarku pelan, "ketika istri Idris melihatku, dia mendadak histeris... Ia menyebutku sebagai dalang dari semua ini. Devin... setan pembunuh..."

Aku menggeleng2 dan menutup wajahku dengan kedua tangan.

Detektif Lukman menatapku iba. Ia meraih tanganku dari luar sel.

"Devin... apa kamu yakin... kamu tidak tau apa2 soal ini?" Tanyanya.

Aku menggeleng, "sungguh. Aku tidak tau detektif. Aku berani bersumpah!"

"Baiklah, baiklah... yang penting tenangkan dirimu dulu," ujarnya

"Kenapa? Apakah anda juga mulai tidak mempercayaiku?" Bisikku.

Detektif Lukman terdiam. Ia menatapku lekat2

"Semoga... semoga aku masih dapat mempercayaimu, Vin."

IKHLASWhere stories live. Discover now