Chapter 3: Teman Palsu

210 11 0
                                    

Hari itu hujan lebat, aku tergesa-gesa pulang dari tempat lesku. Aku lewat jalan lain, jalan yang bergang-gang seiring perjalanan. Disanalah aku bertemu anak itu, anak berkerudung yang duduk sendirian di sebuah gang kecil.

***

"Halo, bagaimana kabarmu, Trod?" tanyaku menghampiri gang tempat biasanya dia menyendiri.

"Aku baik. Terima kasih."

Anak itu begitu lucu. Umurnya lebih muda 3 tahun dariku dan tidak punya teman. Dulu dia berteman dengan sesamanya, lambat laun semua menjauhinya. Dia lebih memilih sendirian.

"Apa yang kau lakukan hari ini?"

"Tidak ada. Kau?"

"Baru pulang les. Aku mampir sebentar ke sini."

"Kalau begitu kau sudah boleh pulang."

"Kau dingin sekali," kataku. "Apa ada sesuatu?"

"Tidak. Terima kasih."

Anak laki-laki ini ketus sekali,sebenarnya orangnya baik.Sifat inilah daya tariknya. Baru beberapa hari aku berhubungan dengannya dan kuusahakan seakrab mungkin.Awal-awal bertemu, aku memandangnya dengan penuh ingin tahu. Kemudian dia melambaikan tangannya padaku,kurasa dia tahu aku bisa melihatnya,sejak itu kami berteman. Cirinya berpakaian kerudung, berambut hitam pendek dan berbadan kecil. Setelah percakapan singkat itu, aku pulang. Aku menemui Lily dulu.

"Lily."

Lily menghentikan tariannya dan berbalik melihatku.

"Kau pasti menemui anak itu lagi."

"Ya. Dia sendirian lagi."

"Dia akan selalu sendiri. Dia bukan anak yang baik. Jauhi dia."

"Ada apa dengan dia? Dia kan anak yang baik?"

"Tidak semua hantu anak-anak itu baik. Kau harus pandai memilih."

"Jika begitu kenapa kau mengatakan dia bukan anak yang baik?"

"Aku banyak mendengar tentang dia. Bukankah sudah kuberitahu padamu?"

"Itu kan hanya kabar angin yang kau dengar. Belum tentu benar."

"Dan penampilan anak-anak itu memang bisa menipu. Sudah kukatakan kalau dia sudah mencelakai orang."

Aku berpikir sejenak, hanya jalan buntu di kepalaku. Perasaan iba dan ketidakkemungkinan anak sekecil serta selucu itu bisa mencelaki orang, aku diam terpaku dalam ketidakpercayaan.

"Terserah apa pendapatmu. Yang penting aku sudah memberitahumu."

Lily kembali menari. Aku tahu dia marah, begitu juga diriku. Yah, perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, sama wajarnya dengan percecokan yang sudah sering kualami dengan abangku.Hari-hari berlanjut,masih saja aku bermain dengan Lily namun lebih sering aku bersama Trod. Bukannya aku marah dengan Lily sekali, tidak, bahkan kemarahan itu sudah tidak ada, hanya sikap Lily yang berbeda membuatku menjadi sedikit menjauh darinya. Aku tahu dia rindu padaku –rasaku sendiri- sebab ketika aku berniat menjumpai Trod, dia selalu saja mengikutiku. Dan mengintip saat-saat aku bersama Trod. Walau berusaha bersembunyi, dia selalu ketahuan.

"Kulihat kau sudah tidak sering bermain dengan Lily," kata abangku saat kami makan malam.

"......"

"Ada apa sebenarnya?"

"Masalah kecil."

"Jika begitu kecil tidak mungkin sampai begini bukan?" tanya bang Herlas. "Ceritakan."

Rainy Ghost (Indonesia)Where stories live. Discover now