Chapter 1: HUJAN

578 14 1
                                    

"Hujan," gumamku ketika rintik hujan pertama jatuh menimpa bebatuan.

Diam dan tenang aku memandang hujan. Melipat tanganku pada ambang jendela, melihat ke lapangan luas di samping kanan rumahku. Lapangan itu tersusun dari kumpulan bebatuan yang sangat rapi danhampir semua tempat ditutupi batu seperti itu. Rintik hujan perlahan membanjiri lapangan itu.

Rasanya damai hatiku memandang hujan. Sedikit mengejutkan sebab dulu aku benci hujan setelah kebakaran rumahku yang dulu. Hujanlah yang memadamkan kebakaran itu.Sayang, jika saja hujan lebih cepat turun, maka ayahku pasti selamat. Itu sudah berlalu.Seharusnya aku berterima kasih kepada hujan karena dialah yang menyembunyikan air mataku, juga penghibur takkala aku sedih. Jika tidak ada hujan, aku tidak tahu lagi bagaimana akan hidup, sedikit berlebihan mungkin. Bukan ini yang mau kuceritakan.Bukan.Sesuatu yang lain.Sesuatu yang mistik. Apa itu?

"Jejak kaki."

Jejak-jejak yang selalu muncul saat hujan.Tidak selalu lagibahkan terlalu sering sehingga bukan sekedar pemandangan yang aneh. Jejak-jejak itu memberi kengerian bagi orang-orang.Beberapa menyembah mereka dan tidak sedikit menganggap mereka mitos atau sesuatu yang biasa terjadi karena hantaman rintik-rintik hujan yang berdekatan akan membentuk jejak-jejak. Meskipun teori itu tidak benar sepenuhnya-sebabjejak-jejak itu dilihat dengan mata kepala mereka sendiri- mereka tetap berpegang teguh. Maklumlah, mereka kan tinggal di tengah pusat keramaian dimana jejak-jejak itu jarang atau tidak pernah muncul, kecuali di pinggir-pinggir kota seperti tempatku tinggal. Awalnya sangat mengerikan untukku.Katanya mereka adalah hantu anak-anak yang tidak dapat pergi ke alamnya. Tidak diketahui kenapa mereka tetap berada di dunia.Hanya di kotaku pula.Bahkan, paranormal terhebat dari waktu ke waktu pun tidak dapat menjelaskan ini.Yang bisa dilakukan mereka mungkin hanya membantu hantu-hantu itu kembali ke alamnya secara paksa. Itu adalah teknik pembasmian.Memaksa hantu-hantu itu menjadi tenang dan kembali ke dunia mereka.

Hantu-hantu itu bisa terlihat jelas saat hujansaja melalui jejak-jejak kaki mereka danjarang sekali menampakkan diri secara langsung. Alasan aku tidak lagi merasa ngeri melihat mereka sebab mereka terlihat riang gembira. Aku tidak ingat melihat beberapa di sekitar rumahku, tetapi ada satu yang selalu akan berada di lapangan yang aku pandang sekarang ketika hujan. Jejak itu hanya sepasang, kaki-kaki yang lincah dan melompat-lompatseakan menari kesana kemari. Aku ingin bergabung, itu keinginan yang tidak kuat sampai aku melihat sosoknya pertama sekali.

"Aku harap aku bisa melihatmu lagi," kataku dalam hati.

Itu sudah lama.Secara tidak sengaja aku melihat sosok gadis kecil cantik sedang menari-nari dalam hujan. Gadis itu berambut panjang hitam sampai pinggang, wajahnya elok, dan berbaju terusan warna putih kusam. Aku terpana, lalu dia menghilang. Tinggal jejak-jejak kaki, entah itu suatu keberuntungan atau kesialan dapat melihat gadis itu.Namun, sejak itu aku selalu memandang lapangan itu,berharap melihatnya lagi.Kali ini pun aku sudah memandang lapangan itu berjam-jam lamanya sampai abangku pulang.

"Christan, Abang pulang," kata Bang Herlas sewaktu membuka pintu.

"Bang Herlas! Bagaimana kenaikan pangkatnya?"

"Abang diangkat jadi senior juru tulis. Dan gaji abang dinaikkan," kata Bang Herlas sambil memelus kepalaku. "Ini ada daging. Kita akan pesta malam ini."

"Hore!"

Aku bergegas mengambil daging itu dan ke dapur. Jarang sekali kami makan daging. Kami tinggal berdua.Bang Herlas bekerja dari pagi sampai sore sedang akulah yang empunya seorang bibi mengurusi urusan rumah. Riang gembira aku menaiki bangku panjang tinggi,mengeluarkan daging dari keranjangnya -sangking banyaknya kurasa daging itu bisa untuk 3 hari-lalu kupotong daging secukupnya dan melemparkan mereka ke air dalam panci di atas kompor arang setelah mendidih. Sebenarnya masih ada sisa makan siang untuk makan malam, tapi kehadiran daging ini menambah lauk tambahan berupa sup daging kaldu. Meskipun baru berumur 10 tahun, aku sudah bisa melakukan banyak hal.Terima kasih untuk Bang Herlas yang sudah mengajariku memasakjuga pentunjuk para penduduk yang ramah hingga aku bisa seperti sekarang.

Rainy Ghost (Indonesia)Where stories live. Discover now